Bab 5
Setelah selesai makan, Bulan pun membuka bukunya dan mengerjakan PR.
Bapak Edi
"Bulan, apa Bapak boleh masuk!"
Pak Edi menghampiri Bulan yang sedang sibuk dengan buku-bukunya. Kemudian Pak Edi duduk di samping Bulan.
Bapak Edi
"Apa kamu senang, sekolah di tempat yang baru?"
Bulan tampak diam tanpa menjawab pertanyaan Bapaknya.
Bapak Edi
"Maafkan Bapak, Nak. Selama ini kamu selalu menderita, apa perlu kamu sekolah di rumah saja, biar Bapak yang urus semuanya."
Bulan menghentikan kegiatannya dan beralih menatap wajah teduh milik Bapaknya itu.
Bulan
"Home shcooling itu mahal, Pak. Sudah tidak apa-apa, Bulan sudah biasa kok mendapatkan cacian dan hinaan dari mereka jadi Bapak tidak usah khawatir."
Mata Bapak Bulan tampak berkaca-kaca, di peluknya tubuh mungil puteri kesayangannya itu.
Bapak Edi
"Maafkan Bapak."
Bulan
"Bapak tidak usah minta maaf, Bulan tidak apa-apa kok."
Bapak Edi melepaskan pelukkannya, di tatapnya wajah cantik Bulan dengan seksama. Wajah Bulan selalu mengingatkan dirinya kepada mendiang sang istri.
Bapak Edi kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya kepada Bulan.
Bapak Edi
"Ini ada Bapak ada uang, kamu simpan baik-baik kalau perlu kamu beli keperluan yang kamu butuhkan."
Bulan
"Ini terlalu banyak, Pak."
Bapak Edi
"Tidak apa-apa, kamu simpan dan tabung. Selama ini kamu tidak pernah minta apa-apa sama Bapak, tidak seperti Eriska yang selalu minta di belikan ini itu."
Bulan
"Terima kasih, Pak."
Bapak Edi mengusap lembut kepala puterinya itu.
Bapak Edi
"Ngomong-ngomong, bagaimana di sekolah barunya? apa kamu sudah mempunyai teman?"
Bulan
"Ada sih Pak anak yang baik sama Bulan, namanya Una dan Dewi tapi Bulan masih takut kalau mereka akan pura-pura baik sama Bulan kaya di sekolah Bulan yang sebelumnya."
Bapak Edi
"Kamu jangan suudzon dulu, kali aja mereka memang benar-benar tulus berteman dengan kamu. Jangan menutup diri Nak, Bapak itu sayang sama kamu, Bapak ingin kamu bahagia."
Bulan
"Iya Pak, Bulan akan mencoba berteman mudah-mudahan mereka memang tulus mau berteman dengan Bulan."
Bapak Edi
"Ya sudah, Bapak istirahat dulu kamu juga jangan terlalu malam belajarnya."
Bapak Edi pun pergi meninggalkan kamar Bulan.
Bulan
"Semoga saja apa yang di katakan Bapak benar kalau Una dan Dewi tulus mau berteman denganku."
Bulan yang terbiasa mendapat bullyan dari teman-temannya membuat dia seakan-akan menutup diri akan hadirnya orang baru.
Bulan tidak terbiasa mendapat perlakuan baik dari teman sekolahnya sehingga membuat Bulan tidak percaya akan orang yang mendekatinya.
Di sekolah sebelumnya, anak-anak yang mendekati dia biasanya karena butuh Bulan untuk membantu mengerjakan PR setelah mereka tidak butuh, mereka kembali membullynya.
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
Comments
☠☀💦Adnda🌽💫
nggak semua orang .... jahat sama kamu bulan... cobalah membuka diri.... mereka beneran tks pengin tmn sama kamu kok🤔
2021-12-27
1
Masttk Eko Prasetyo
semoga ayah bulan cepat sadar atas kelakuan istri barunya
2021-12-16
1
⚘DewPck🌱Sqd🐛🌽🦃⃝⃡ℱ
itu uang jangan smpe ketahuan emak tiri ya bulan bisa berabe nanti ,,
tenang aja Bulan ,,Una dan Dewi baik kok ,mereka tuluss
2021-12-11
2