Bab 4
Seperti biasa semua anak-anak tampak berhamburan keluar kelas dengan sorak-sorai dan saling dorong satu sama lain seperti akan di bagi BLT.
Una
"Lan, kita duluan ya."
Bulan hanya menganggukkan kepalanya.
Dewi
"Bye Bulan, sampai jumpa besok!"
Una dan Dewi pun segera keluar, begitu pula dengan Bintang dan yang lainnya.
Setelah selesai membereskan peralatan tulisnya, Bulan pun segera keluar dari kelas.
Bulan pun mulai berjalan kaki, jarak antara rumah Bulan dan sekolah memang tidak terlalu jauh tapi kalau jalan kaki ya lumayan membuat tubuh berkeringat.
Bintang
"Bulan, kamu mau pulang ya? yuk, aku anterin."
Bintang mengikuti langkah Bulan dengan mendorong motornya. Lagi-lagi Bulan tidak menggubris sapaan Bintang, membuat Bintang semakin bersemangat mengikuti Bulan.
Bintang
"Rumah kamu jauh ga? ayo biar aku anterin kamu, gratis kok ga perlu bayar."
Bulan masih tetap berjalan tanpa menoleh sedikit pun ke belakang, hingga akhirnya karena sudah males mendengar ocehan Bintang akhirnya Bulan menghentikan langkahnya dan itu membuat Bintang tersentak.
Bintang
"Aku cuma ingin mengantarkan kamu pulang."
Bulan
"Stop, jangan ikutin aku lagi."
Bulan
"Pokoknya jangan ikutin aku lagi," geramnya.
Bintang
"Kalau kamu ga mau aku ikutin, ya sudah ayo naik biar aku anterin kamu."
Bulan sangat kesal kepada Bintang yang sangat keukeuh ingin mengantarkannya pulang, berdebat pun percuma Bulan tidak akan menang.
Bulan
"Awas kalau kamu ikutin aku lagi."
Bulan pun segera berlari meninggalkan Bintang yang saat ini tampak sedang bingung.
Bintang
"Pasti ada sesuatu yang sedang Bulan sembunyikan, aku harus mencari tahunya."
Bulan terus saja berlari, hingga akhirnya Bulan menolehkan wajahnya ke arah belakang dan ternyata Bintang sudah tidak mengikutinya, Bulan pun menghentikan langkahnya dengan napas yang terengah-engah.
Tidak lama kemudian, Bulan sampai di sebuah rumah sederhana dengan pagar kayu yang mengelilingi rumah sederhana itu.
Ibu Dinda
"Waalaikumsalam...dari mana saja kamu jam segini baru pulang?" ketusnya.
Bulan
"Maaf Bu, Bulan barusan jalan kaki."
Bulan terlihat menundukkan kepalanya, dia begitu takut menatap wajah Ibu tirinya kejam itu.
Ibu Dinda
"Alasan, sudah sana ganti baju setelah itu kamu cuci pakaian dan piring kotor yang sudah numpuk."
Bulan
"Tapi Bu, bolehkah Bulan makan dulu? soalnya Bulan sangat lapar."
Ibu Dinda
"Apa! Ayah dan adik kamu belum pulang, jadi sebelum mereka pulang kamu tidak boleh makan dulu. Cepat sana jangan bengong!" bentaknya.
Bulan pun dengan cepat mengganti bajunya dan setelah itu Bulan segera menuju dapur.
Beberapa kali Bulan memegang perutnya karena dia merasa sangat lapar. Nasi goreng yang dia buat sendiri tidak bisa dia makan karena tumpah akibat perbuatan anak-anak yang tidak bertanggung jawan.
Bapak Edi
"Assalamualaikum."
Ibu Dinda
"Waalaikumsalam, eh Bapak sudah pulang. Mau langsung makan, Pak."
Bapak Edi
"Boleh, Bulan mana? apa dia sudah makan?"
Ibu Dinda
"Bulan sedang mencuci pakaian, Ibu sudah melarangnya tapi Bulan tetap keukeuh ingin memcucinya."
Bapak Edi
"Bulan memang anak yang rajin."
Bulan hanya bisa meneteskan airmata mendengar penjelasan Ibu tirinya itu.
Ibu Dinda
"Waalaikumsalam, anak Ibu yang paling cantik sudah pulang, cantik ga Nak sekolahnya?"
Eriska
"Capek banget Bu, Eris lapar Bu pengen makan."
Ibu Dinda
"Yuk, kita makan sama-sama."
Bapak Edi
"Bulan...sini kita makan, cucianya simpan dulu."
Ibu Dinda
"Pak, Bulan sudah makan duluan tadi jadi kita makan saja."
Bapak Edi
"Iyakah? ya sudah kita makan."
Lagi-lagi, Bulan hanya bisa meneteskan airmatanya dengan tangan yang terus mengusap perutnya yang lapar.
Eriska adalah anak bawaan Ibu tirinya, maka dari itu Ibu Dinda sangat memanjakan Eriska. Apapun yang dia minta, Ibu Dinda selalu mengabulkannya.
Ibu Dinda dan Eriska pandai sekali bersandiwara di depan Ayah Edi. Mereka selalu bersikap lembut kepada Bulan jika di hadapan Ayahnya, tapi mereka akan bertindak kejam saat Ayah Bulan pergi untuk bekerja.
Setelah selesai cuci pakaian dan piring, Bulan pun melangkahkan kakinya menuju meja makan dan berniat ingin mengambil makan tapi sayang, lauk pauknya sudah habis hanya tersisa nasi dan sepotong tahu.
Bulan segera mengambil nasi dan tahu itu, kemudian Bulan membawanya ke kemar. Bulan makan dengan deraian airmata.
Bulan
"Bu, Bulan rindu sama Ibu. Bulan tidak kuat kalau harus begini terus," batinnya.
Bulan hanya bisa meratapi nasibnya saat ini.
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
Comments
Aqiyu
pengen baca tapi kok males ketuk-ketuk HP mulu gimana dong ga bisa apa dibuat yang biasa aja😢😭
2022-06-01
1
☠☀💦Adnda🌽💫
astaghfirullah... aku jd mak tiri.... jahara bngt y aku 🤭🤭🤭🤭🤦♀🤦♀🤦♀🤦♀
2021-12-27
1
Masttk Eko Prasetyo
semangat bulan yakinlah dunia bukan hanya milik ibu tiri kejam suatu saat nanti ayahmu pasti menyadarinya
2021-12-16
1