Ayu Larasati, seorang dokter spesialis kejiwaan yang lebih senang tidur di rumah sakit daripada harus pulang ke rumahnya. Ada sebab nya dia jarang pulang ke rumah. Apalagi jika bukan drama ibunya yang menginginkannya menikah dan segera memberikannya cucu.
Ibunya memaksa ingin menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki.
Duta Wicaksana, seorang bupati yang amat disegani di kota Magelang. Dia amat pintar mengelola kota nya sehingga kota nya bisa menjadi kota maju. Tapi sayangnya belum memiliki pendamping. Dirinya pasrah ketika akan dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang perempuan.
Mereka dipertemukan dalam ta'aruf. Mungkinkah cinta mereka akan bersemi?
Atau mungkinkah bunga cinta itu akan layu sebelum waktunya?
Mari kita simak perjalanan kisah cinta mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mak Nyak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Calon Istri
Laras melajukan mobilnya ke arah rumah Duta. Dia menggunakan mobil abi karena mobilnya digunakan oleh Ais. Dia menuju alamat rumah yang diberikan oleh ibu.
Akhirnya Laras sudah sampai di depan rumah Duta. Dia melihat rumah mewah itu. Dengan gerbang tertutup dan ada penjaga nya.
Laras turun dari mobil dan menanyakan kebenaran pemilik rumah itu adalah Duta.
"Assalamualaikum pak, maaf numpang tanya. Ini benar rumah nya bang Duta?"
"Waalaikum salam, iya benar mbak. Mbak nya siapa ya?" tanya penjaga itu kepada Laras
Laras sedikit bingung hendak menjawab apa.
"Saya temannya bang Duta"
"Ooh, sudah membuat janji?" tanya penjaga itu lagi.
"Belum, harus buat janji dulu ya?" tanya Laras polos.
"Iya mbak, tidak sembarang orang bisa masuk rumah ini" balas penjaga itu lagi.
"Ooh gitu ya? Duh gimana ya?"
"Coba ditelpon aja dulu pak bos nya" Penjaga itu memberi saran.
"Hehehe, saya gak punya nomornya tuh pak" jawab Laras dengan cengengesan.
"Lhaaahhh, gimana sih si mbak? Katanya temennya, tapi kok gak tahu nomor telponnya. Bohong ya?" balas penjaga itu lagi.
"Iiihhh, gak pak, beneran saya temennya"
Saat Laras berdebat dengan penjaga itu, sebuah mobil mengklakson dari belakang.
"Tunggu sebentar mbak, saya buka gerbang dulu" penjaga itu segera membuka kan gerbang untuk mobil itu.
Duta yang berada di dalam mobil itu mengetahui kedatangan Laras. Dia tersenyum heran melihat Laras didepan gerbang.
"Ngapain dia disini?" tanya Duta kepada dirinya sendiri. Dia melajukan mobilnya masuk ke dalam rumah dan memarkirkan nya.
Dia berjalan menghampiri Laras. Laras yang melihat dari kejauhan, tiba-tiba saja jantungnya berdegup kencang.
Tenang Laras, tenang. Kenapa tiap ketemu dia jadi grogi begini siiiihhhh.
"Kenapa pak?" tanya Duta kepada penjaga rumah.
"Ini pak bos, ada yang ngaku-ngaku temennya pak bos. Tapi saya suruh telpon pak bos gak tahu nomor ponsel pak bos. Kan aneh. Makanya tidak saya kasih ijin masuk"
Duta tersenyum saat sudah berada di depan Laras.
"Assalamualaikum Ay" ucap Duta.
"Waalaikum salam bang"
"Ada apa Ay?"
"Laras cuma mau mengembalikan jam tangan abang yang ketinggalan di kamar mandi rumah abi. Laras ambilkan dulu jam nya" Laras hendak menuju mobil mengambil jam tangan milik Duta
"Masuk dulu deh, ketemu mamah dulu. Pak, ini memang bukan temen saya, tapi ini calon istri saya. Diingat wajahnya ya, nanti kalau dia main kesini langsung suruh masuk" ucap Duta menjelaskan kepada penjaga rumahnya.
Wajah Laras seketika merah padam karena mendengar kata calon istri dari mulut Duta.
"Oh, maaf mbak..."
"Laras" jawab Laras seakan tahu apa pertanyaan sang penjaga rumah.
"Iya, maaf mbak Laras. Saya tidak tahu kalau mbak calon istri pak bos"
Dia gak marah waktu aku bilang calon istri? Aseeekkk, lanjut kan! Lucu ih lihat wajahnya yang masih suka malu-malu. Batin Duta di dalam hati.
"Iya pak, gak papa" Laras menuju mobilnya diikuti Duta.
"Abang yang supirin, kamu duduk sebelah sana aja Ay" Duta menyuruh Laras untuk duduk di kursi penumpang.
Mereka berdua di dalam mobil. Duta terlihat santai terhadap Laras. Dia lebih banyak berbicara dan tersenyum daripada semalam. Berbeda dengan Duta, Laras masih malu-malu terhadap Duta.
"Kamu udah sarapan Ay?" tanya Duta berbasa basi saat di dalam mobil.
"Belum bang, tadi langsung jalan kesini" jawab Laras jujur.
"Segitu nya pengen ketemu abang? Sampai pagi-pagi pun rela dilakukan?" Duta sudah mulai berani menggoda Laras.
"Ih, apaan sih bang. Umi kalau gak diturutin bisa ngomel sepanjang hari bang. Laras malas berdebat sama umi"
"Ooohhh gitu" Duta mengemudikan mobil Laras memasuki halaman rumahnya.
"Sampai deh, besok lagi kalau ke rumah bilang sama yang jaga kamu itu calon istri abang"
"Iya" jawab Laras dengan menundukkan kepala takut ketahuan kalau wajahnya sedang merona.
Duta tersenyum mendengar jawaban Laras.
"Ini jam abang" Laras memberikannya kepada Duta.
"Makasih ya Ay" jawab Duta
Entah mengapa panggilan Duta selalu membuat Laras seperti terbang di awan. Degup jantung nya sedang tidak beraturan.
"Turun yuk, mamah ada di dalam. Ada Kinan sama kak Yuna juga yang kamu kira istri dan anak abang" Goda Duta kembali.
"Ih, abaaannggg, jangan diingetin lagi dong. Itu memalukan!" Jawab Laras reflek sambil melayangkan cubitan di perut Duta.
"Aaaaawww, sakit Ay. Berani ya sekarang pegang-pegang abang" Duta kembali menggoda Laras.
"Eh, maaf" Laras sontak menghentikan aksinya dan menarik kembali tangannya.
"Iya gak papa, dicubit lagi juga mau kok abang"
"Udah sih bang, muka Laras udah semerah udang rebus. Jangan digodain melulu" ucap Laras sambil menutup muka nya.
"Hahahah, iya-iya. Habisnya lucu sih kamu nya. Udah ah. Turun gih, masuk"
Laras turun dari mobil diikuti Duta.
"Eh bang, lupa. Ada makanan dari umi di jok belakang"
"Ya udah biar abang yang ambil. Masuk dulu sana"
Laras mengangguk dan langsung masuk rumah sesuai perintah Duta. Karena pintu rumah memang sedang dibuka untuk membantu sirkulasi udara yang ada di dalam rumah.
"Assalamualaikum" ucap Laras memberikan salam.
Orang yang berada di ruang tamu pun menoleh ke sumber suara.
"Waalaikum salam" ucap mereka kompak.
"Tante dokter!" pekik Kinan dan berlari memeluk Laras.
Begitupun dengan mamah Aini dan Yuna "Dokter Laras!" ucap mereka kompak.
Laras tersenyum dan melepaskan pelukan Kinan. Kinan mengajaknya duduk bersama eyang dan bunda nya.
Duta yang sedang melintas lantas menggoda Laras kembali. "Yang akur ya sama istri pertama dan anak abang"
Sontak Laras menoleh dan melotot ke arahnya. Semua nya tertawa. Kinan yang tidak tahu apa-apa pun ikut tertawa.
Dasar bang Duta. Bisa-bisanya hal itu dijadikan lelucon. Awas nanti, Laras balas! Batin Laras dalam hati.
"Ada apa nak Laras kemari?" tanya mamah Aini.
"Eh lupa belum cium tangan! Heheh" Laras menyalami calon mertua nya dan calon kakak iparnya itu.
"Iya bu, tadi disuruh umi ngantarkan jam tangan bang Duta yang ketinggalan di kamar mandi rumah abi"
"Panggilnya jangan bu doong, mamah! Mamah Aini! Oke?"
Laras tersenyum "Iya mah, oh iya, tadi dapat titipan makanan dari umi"
"Repot-repot banget sih dek, besok lagi kalau mau kesini gak usah bawa apa-apa" ucap Yuna.
"Betul kata kakak kamu, besok kalau mau main langsung main ajaaa. Gak usah repot-repot" Timpal mamah Aini.
"Iya mah"
Duta ikut duduk bersama mereka. "Mah, Kak, Kinan, sarapan yuk. Calon mantu mamah belum sarapan juga. Nanti pingsan karena kelaparan dia"
"Abaaangg" ucap Laras sambil melotot.
Mamah Aini dan Yuna saling lirik dan mengembangkan senyumnya mendengar interaksi yang terjadi antara Duta dan Laras. Pasalnya, Duta tidak pernah seperti itu terhadap perempuan.
"Udaaaahhh, jangan digodain melulu adik ipar kakak. Nanti dia kabur baru tahu rasa kamu dek" balas Yuna membela Laras.
"Ayo sarapan dulu" ucap mamah Aini beranjak ke meja makan diikuti oleh semuanya.
.
.
.
Like
Komen
Vote
Tip
Iiihhh bang Dutaaa, mulai berani godain Laras yaaaaa, 🤭🤭🤭
😂😂😂