NovelToon NovelToon
Tritagonis

Tritagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Poligami / CEO / Cintamanis / Dark Romance / Cintapertama
Popularitas:701
Nilai: 5
Nama Author: Girl_Rain

Setelah kesalahan yang dilakukan akibat jebakan orang lain, Humaira harus menanggung tahun-tahun penuh penderitaan. Hingga delapan tahun pun terlewati, dan ia kembali dipertemukan sosok pria yang dicintainya.

Pria itu, Farel Erganick. Menikahi sahabatnya sendiri karena berpikir itu adalah kesalahan diperbuat olehnya saat mabuk, namun bertemu wanita yang dicintainya membuat Farel tau kebenaran dibalik kesalahan satu malam delapan tahun lalu.

Indira, sang pelaku perkara mencoba berbagai cara untuk mendapat kembali miliknya. Dan rela melakukan apapun, termasuk berada di antara Farel dan Humaira.

Sebenarnya siapa penjahatnya?

Aku, Kamu, atau Dia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Girl_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Mabuk

  Pada akhirnya Farel tidak tau harus melakukan apa. Pikirannya seakan pecah dan selalu terukir kalimat 'andaikan', memohon pada cakrawala agar waktu terulang kembali dan ia akan memperbaikinya.

  Farel berakhir di club dan melampiaskan hasrat berbagai emosinya di sana. Meneguk wine yang tidak terasa telah dihabiskannya beberapa botol di dalam ruangan suite yang sediakan Fredrik, asistennya itu bekerja sigap dan membiarkan sendirian.

  Waktu berjalan cepat seusai menunggu hujan deras reda di dalam toko. Di depan pintu toko, Humaira menatap keluar kaca, lalu memandangi arloji yang menunjukkan pukul satu dini hari.

  "Aku tidak percaya hujannya reda pukul segini. Sekarang aku harus pulang ke rumah atau tidur di sini?"

  Dua pegawainya lebih dulu pulang karena berani menerobos hujan, sedang dirinya tidak ingin basah-basahan.

  "Padahal ini sudah beberapa kali terjadi, tapi tetap tak membuatku berniat membelikan payung."

  Uang yang dihasilkan dari penjualan toko sangatlah cukup untuk membeli satu payung, tapi Humaira hanya menyimpan uang makan untuk dirinya dan lebihnya menyetor pada Imam, suami dari pemilik toko.

  Deru mobil berhenti di depan toko menghentikan pandangan Humaira. Netra wanita itu fokus pada mobil hitam mewah yang terparkir, dan orang yang keluar dari mobil.

  "Humaira."

  Mata Humaira membola seketika, terkejut pada sosok Farel yang berjalan guntai ke arahnya.

  "Humaira." Mata Farel sayu dan wajah lelah, serta kondisi pakaiannya yang acak-acakan sudah bisa ditebak penyebabnya apa.

  Farel mabuk, dan pikiran yang tertuju pada Humaira membuatnya melajukan mobil ke tempat setahunya Humaira berada.

  Segera Humaira masuk ke dalam toko dan mengunci pintu. Jantungnya berdegup keras saat Farel berlari mengobrak pintu dengan kencang. Humaira bergegas lari ke belakang.

  "Humaira." Meski suara Farel berseru lembut, namun Farel mendobrak pintu kuat hingga akhirnya pintu itu berhasil terbuka.

  Langkah Farel yang panjang saat berlari berhasil mencapai tangan Humaira yang hendak menutup pintu dapur.

  "Aarrrgh!" pekik Humaira saat tangannya ditarik kuat menyebabkan tubuhnya keluar dari dari dapur, dan ditubruk pada dinding.

  Tubuh Humaira dikukung dan kedua tangannya disatukan di atas kepalanya dalam satu kepalan Farel. Pria yang sepenuhnya kehilangan kendali itu mendekatkan wajahnya pada Humaira.

  Humaira tidak lagi bisa bernapas normal, apalagi saat wajah dengan mata tertutup itu merasakan napas Farel menerpanya.

  "Humaira," lirihan Farel yang tersampaikan jelas pada telinga Humaira.

  "Farel, sadarlah. Kamu akan menyesal nantinya," ucap Humaira ditengah gemetarannya. Kelopak mata Humaira menutup, menyembunyikan bola mata yang sangat ingin ditatap Farel.

  Dan yah, Humaira akhirnya mengeluarkan air mata. Farel melihat kelopak mata Humaira lama sekali, sebelum akhirnya mendekatkan bibirnya dan mengecup mata itu.

  Humaira tersentak dan secara reflek membuka mata. "Apa yang Kamu lakukan?" Ia memekik marah merasa dilecehkan.

  "Aku akan menyesal? Justru Aku menyesal, mengapa tidak dari dulu Aku melakukan ini padamu."

  Itu bukanlah pertanyaan, melainkan pernyataan pada diri Farel. "Kenapa Kamu tidak memberitahuku? Kalau Aku tau, Aku tidak perlu menderita seperti ini."

  Jantung Humaira kembali dihantam. Pikirannya menerka-nerka maksud ucapan Farel.

  "Harusnya Kamu bilang, kalau wanita yang menghabiskan malam denganku itu Kamu, dengan begitu Aku tidak akan menikahi Indira dan menjalani kehidupan penuh penyesalan," terang Farel.

  Mata Humaira mengerjap, dan tampak lucu dimata Farel sehingga ia mengecupnya lagi. "Hei!" Tapi teguran Humaira malah ditertawakan oleh Farel.

  Humaira sedang berpikir tentang perkataan Farel, menebak-nebak alurnya hingga berakhir seperti ini.

  Apa Farel menikahi Indira karena Indira mengaku dialah yang one night stand bersama Farel, dan Farel yang tidak mengingat apapun mempercayai pengakuan Indira? Dan Farel akhirnya mengetahui semuanya hingga berakhir mabuk seperti ini.

  "Apa Kamu kemari untuk menyalahkanku?" tanya Humaira.

  "Iya, Kamu salah. Harusnya Kamu memberitahuku," jawab Farel melakukan kecupan itu lagi, lalu tertawa kesenangan.

  Humaira kesal dan berusaha keras melepas tangannya. Akan tetapi sedikit ia memberontak maka pegangan itu semakin kuat hingga menimbulkan ringisan dari bibirnya.

  "Terus, kalau Aku memberitahumu, Kamu mau apa? Apa yang akan Kamu lakukan? Bertanggung jawab padaku?" tantang Humaira memelototi Farel, dan berakibat dikecup lagi.

  Pria ini tidak tertolong lagi. Dia yang dulu menjaga jarak agar nafsunya tak menjamah Humaira, kini lupa pada niatnya itu.

  "Iya, Aku akan menikahimu, lalu kita memiliki anak yang lucu dan hidup bahagia selamanya," tutur Farel tersenyum lebar.

  Namun mendapat senyum remeh dari Humaira di balik cadarnya. "Dongeng yang indah. Kamu lupa apa yang membuat kita menjaga jarak? Lupa alasan kita nggak pernah mendekat satu sama lain? Lupa kalau Kamu pernah memilih menemaniku merasakan kedinginan ketimbang melakukan hal yang dilakukan pasangan lain?"

Humaira ingat hari itu, hari dimana hujan turun deras sedang ia tak membawa payung untuk menerobos hujan. Sementara bus sudah pergi beberapa menit lalu, meninggalkan yang terlambat karena ditinggal piket kelas.

Humaira duduk di halte, menunggu hujan reda atau khadim abinya cukup peka untuk menjemputnya lantaran ia selama ini tidak dimanjakan oleh antar-jemput menggunakan kendaraan.

Angin dingin berhembus dan Humaira memeluk tubuhnya yang menggigil, apalagi dalam seragam yang kebasahan akibat lariannya ke halte.

"Kamu kedinginan?"

Humaira menoleh pada asal suara dan mendapati Farel duduk diujung bangku halte. Laki-laki memandanginya sembari tersenyum. "Aku juga."

"Kamu bukannya bawa mobil?" tanya Humaira bingung, terlebih atas seragam sekolah Farel yang basah.

Apa dia kebasahan saat berlari ke sini? Pikir Humaira.

"Mobil Aku mogok," papar Farel.

"Mobil mahal bisa mogok juga rupanya," tutur Humaira tersenyum mengejek kepada Farel. Ya mau bagaimana lagi, sebelum ini Farel begitu membanggakan mobil barunya itu pada Humaira.

"Memangnya Kamu pikir mobilku apa?" sahut Farel berekspresi pura-pura kesal. Nyatanya saat wajahnya berpaling dari Humaira, bibirnya menyungging senyum sesaat sebelum melihat ke depan pada jalanan.

Lalu tiba-tiba ada sejoli yang melintasi hujan menuju ke halte, dan begitu tiba mereka pun berpelukan.

"Oppa, Aku kedinginan," ungkap si cewek. Dilihatnya dari ukuran badan dan tampang wajah serta seragam yang dipakai keduanya, sepertinya mereka SMP.

Mungkin jika dalam kondisi biasa Humaira akan cringe mendengar ucapan si cewek, tapi saat ini tubuhnya sangat kedinginan untuk peduli pada hal itu.

"Cintanya Aku kedinginan? Oppamu ini akan menghangatkanmu." Si cowok pun memeluk pacarnya. Mereka berpelukan dalam kondisi berdiri.

Begitupun Farel, matanya terus berfokus pada Humaira yang menggigil hebat. Sempat terlintas di benaknya untuk melakukan hal yang sama seperti kekasih itu, tapi otaknya masih memimpin meski hatinya memberontak.

"Aku nggak bawa jaket."

"Aku juga," sahut Humaira mengejutkan Farel. Meski dalam keadaan pucat, Humaira menunjukkan senyumnya.

Dan itu menghangatkan hati Farel. Maka dari itu, Farel pun memeluk tubuhnya sendiri, berlagak kedinginan seperti Humaira. Membuat gadis itu berpikir mereka mengalami hal yang sama.

Dan berhasil menyalurkan perasaan hangat satu sama lain.

1
kalea rizuky
hmmmm gass mp
kalea rizuky
anakmu yg jalang kok nyalahin orang oh tua bangka
kalea rizuky: tau ih sebel bgt liat modelan aki2 tolol
total 2 replies
kalea rizuky
Farel ma Indira selama jd istri sering tidur bareng gk thor
@Girl_Rain67: Nggak pernah 😄
total 1 replies
kalea rizuky
Farel uda tau bukan anak nya np g cerai oon amat
kalea rizuky
uda tau kn berarti Rifka bukan anak mu jd jangan sok baik
kalea rizuky
Indira jahat amat lu
@Girl_Rain67: Cinta, Mbak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!