Di dunia di mana kekuatan spiritual menentukan segalanya, Yu Chen, seorang pelayan muda dengan akar spiritual abu-abu, berjuang di dasar hierarki Sekte Awan Hening. Di balik kelemahannya tersembunyi rahasia kuno yang akan mengubah takdirnya. Dari langkah kecil menuju jalan kultivasi, ia memulai perjalanan yang perlahan menantang langit itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morning Sunn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 10: Terobosan Tahap 5: Pondasi Spiritual
Kabut malam turun perlahan di atas Sekte Awan Hening, menyelimuti lembah seperti tirai tipis dari sutra spiritual.
Udara terasa berat, tapi menenangkan, seolah langit sendiri menahan napasnya.
Di antara cahaya lentera yang bergoyang di jalan setapak, satu sosok berjalan sendirian.
Yu Chen melangkah tanpa suara, membawa satu kantong kain kecil berisi Batu Roh tingkat menengah. Tatapannya tenang, tapi di balik ketenangan itu, matanya menyimpan ketegangan aneh—antara harapan dan bahaya.
Sudah berhari-hari ia menunda langkah ini. Kini, ketika tubuh dan Qi-nya stabil setelah kemenangan di arena, ia tahu waktu itu telah tiba.
Langkah menuju Pondasi Spiritual, langkah yang akan menentukan apakah ia benar-benar bisa menjadi kultivator sejati, atau hanya satu nama lagi yang tenggelam di antara ribuan gagal.
Tempat yang ia tuju adalah reruntuhan tua di sisi barat sekte, di mana menara batu yang pernah runtuh kini tertutup lumut dan akar.
Tidak ada murid yang berani datang ke sana karena konon formasi lama masih aktif dan menelan energi spiritual siapa pun yang mendekat.
Tapi bagi Yu Chen, tempat itu justru terasa akrab—seolah energi naga di dalam dirinya memanggilnya kembali ke sana.
Ia berdiri di tengah reruntuhan, menatap langit malam. Di atasnya, bintang-bintang berkilau samar, tenggelam dalam kabut Qi sekte.
Ia menurunkan diri, duduk bersila di atas tanah yang dingin.
“Di sinilah semuanya dimulai,” katanya pelan. “Dan di sinilah aku akan menantang batas pertama.”
Ia mengeluarkan Batu Roh tingkat menengah, memegangnya di kedua telapak tangan.
Energinya terasa padat dan berat, seperti arus air spiritual yang terus mengalir tanpa henti.
Ia menarik napas, memejamkan mata, dan mulai memusatkan kesadarannya ke Dantian.
---
Qi di tubuhnya mulai bergerak pelan, mengikuti aliran yang ia hafal dari Kitab Naga Langit.
Pusaran energi yang semula sebesar kelereng mulai membesar, berputar semakin cepat, menelan setiap tetes Qi dari Batu Roh di tangannya.
Setiap kali energi itu berputar, otot dan tulangnya bergetar hebat.
Seolah tubuhnya bukan lagi daging, tapi logam panas yang ditempa palu dewa.
Napasnya terputus-putus, darah menetes dari sudut bibir, tapi matanya tetap tertutup rapat.
“Langkah pertama,” ia bergumam di antara desahan. “Padatkan Qi menjadi cairan spiritual…”
Rasa sakitnya menggila. Setiap pembuluh Qi di tubuhnya seolah meledak satu per satu, tapi di balik rasa sakit itu, muncul kehangatan aneh—energi naga dari kristal dada yang ikut berputar, memperbaiki yang rusak dan memperkuat setiap saluran.
Dunia di sekitarnya menghilang. Ia tak lagi merasa duduk di reruntuhan sekte, melainkan di ruang kosong tanpa batas.
Di sana, di tengah kehampaan, seekor naga purba muncul dari kabut hitam, matanya bersinar seperti dua matahari.
Suara berat namun lembut terdengar di kepalanya.
“Tubuhmu sudah kuat. Tapi jiwa dan Qi-mu belum bersatu. Jika kau ingin menembus Pondasi Spiritual, kau harus menyerahkan seluruh ketakutanmu pada langit.”
Yu Chen menatap naga itu dengan tenang.
“Ketakutan?” katanya perlahan. “Aku sudah kehilangan rumah, sekte, bahkan nama asliku. Apa lagi yang perlu kutakuti?”
Naga itu membuka mulutnya dan menelan dirinya bulat-bulat.
---
Cahaya ungu keemasan menyala dari tubuh Yu Chen di dunia nyata.
Pusaran energi di Dantian-nya berubah bentuk, dari kabut menjadi cairan padat yang berkilau seperti logam cair.
Setiap tetesnya membawa tekanan spiritual yang luar biasa, membuat udara di sekitar ikut bergetar.
Reruntuhan menara di sekitarnya retak, batu-batu mulai melayang pelan karena resonansi energi.
Namun di tengah proses itu, suara langkah terdengar dari jauh.
“Tetua Fang, aku yakin energinya berasal dari sini!”
Cao Feng muncul dari balik kabut bersama dua murid luar lain. Wajahnya pucat, tapi matanya masih menyala dengan dendam yang belum padam.
Di belakangnya, Tetua Fang berjalan perlahan, jubahnya bergoyang oleh angin Qi.
Ketika melihat cahaya keemasan di tengah reruntuhan, matanya langsung memantul tamak.
“Jadi benar. Anak ini… tubuhnya sedang membentuk Pondasi Spiritual.”
Ia tersenyum tipis, menatap Batu Roh yang masih berputar di udara di sekeliling Yu Chen.
“Kalau aku menyerap energi itu sekarang, mungkin aku bisa menembus tahap berikutnya tanpa bertahun-tahun meditasi.”
Tanpa ragu, ia mengangkat tangan, membentuk bilah Qi hitam pekat, dan melemparkannya ke arah Yu Chen.
Namun serangan itu tak pernah sampai.
Gelombang tekanan spiritual luar biasa meledak dari tubuh Yu Chen.
Cahaya naga menembus langit, dan raungan dalam yang dalam dan bergema mengguncang seluruh lembah.
Cao Feng dan dua muridnya langsung terhempas ke tanah.
Tetua Fang menahan diri dengan dinding Qi-nya, tapi bahkan itu pun bergetar hebat, seolah menahan angin badai.
Dari tengah lingkaran cahaya, Yu Chen perlahan membuka mata.
Cahaya emas menari di irisnya. Suaranya tenang, tapi dalam seperti gema gunung.
“Kau mengganggu pembentukan Pondasiku…”
Ia mengangkat tangan, dan udara di sekeliling langsung berputar menjadi spiral besar.
Serangan Qi Tetua Fang pecah sebelum sempat mendekat.
“Tidak mungkin… kekuatan ini—” Tetua Fang belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika arus energi naga menabraknya dari depan, menghancurkan pelindung Qi-nya dan melemparkannya ke dinding batu.
Ia terbatuk darah, menatap anak muda di depannya dengan campuran takut dan kagum.
“Kau… monster macam apa…”
Yu Chen melangkah pelan, tiap langkahnya meninggalkan jejak cahaya samar di tanah.
“Aku bukan monster,” jawabnya datar. “Aku hanya tidak mau mati lemah.”
Dengan satu dorongan ringan, ia melepaskan gelombang Qi terakhir dari tubuhnya, menekan semua orang di sekitarnya ke tanah. Udara terasa berat, dan dalam keheningan itu, naga cahaya di belakangnya menghilang perlahan ke dalam tubuhnya.
Pondasi Spiritual—terbentuk sempurna.
---
Beberapa jam kemudian, Yu Chen berdiri sendirian di atas reruntuhan.
Cahaya keemasan di tubuhnya telah mereda, menyisakan kehangatan lembut yang berdenyut di Dantian.
Ia menatap kedua tangannya yang kini memancarkan Qi padat dan terkendali.
“Jadi… beginilah rasanya menjadi kultivator sejati.”
Angin lembah bertiup lembut. Bau tanah basah bercampur dengan aroma spiritual yang samar.
Ia menatap ke arah timur, ke arah puncak sekte yang menjulang di bawah bulan.
Jauh di sana, Gao Wen berdiri di menara pengawas, menatap cahaya yang baru saja padam di lembah barat.
“Anak itu…” gumamnya. “Dia benar-benar melakukannya.”
Tetua Ming yang muncul di sampingnya tidak berkata apa-apa. Ia hanya menatap langit dengan wajah serius.
“Formasi bawah tanah bereaksi lagi malam ini. Jika benar dia penyebabnya… maka sejarah Sekte Awan Hening akan berubah.”
Gao Wen memejamkan mata. “Atau mungkin, akhirnya kita menemukan penerus yang bisa menyingkap misteri itu.”
---
Sementara itu, Yu Chen kembali ke asramanya menjelang fajar.
Langit di atas mulai berwarna keperakan, dan kabut spiritual bergerak lembut di antara gunung.
Ia menatap tangannya lagi, merasakan kekuatan yang kini mengalir alami di setiap helai urat dan tulang.
Di dalam dadanya, kristal naga bergetar pelan, mengirimkan satu gelombang pesan yang nyaris seperti suara.
“Langit dan bumi bukan lagi batasmu. Kau baru saja menapaki langkah pertama.”
Yu Chen tersenyum kecil. “Langkah pertama, ya… lalu ke mana setelah ini?”
Ia menatap jauh ke lembah di bawah sana.
Sekarang, dengan kekuatan baru di tubuhnya dan rahasia naga di bawah sekte, ia tahu dunia luar sudah menunggunya.
Dan kali ini, ia tidak akan melarikan diri. Ia akan menantang langit itu sendiri.