Menikahi Pria terpopuler dan Pewaris DW Entertainment adalah hal paling tidak masuk akal yang pernah terjadi di hidupnya. Hanya karena sebuah pertolongan yang memang hampir merenggut nyawanya yang tak berharga ini.
Namun kesalahpahaman terus terjadi di antara mereka, sehingga seminggu setelah pernikahannya, Annalia Selvana di ceraikan oleh Suaminya yang ia sangat cintai, Lucian Elscant Dewata. Bukan hanya di benci Lucian, ia bahkan di tuduh melakukan percobaan pembunuhan terhadap kekasih masa lalunya oleh keluarga Dewata yang membenci dirinya.
Ia pikir penderitaannya sudah cukup sampai disitu, namun takdir berkata lain. Saat dirinya berada diambang keputusasaan, sebuah janin hadir di dalam perutnya.
Cedric Luciano, Putranya dari lelaki yang ia cintai sekaligus lelaki yang menorehkan luka yang mendalam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quenni Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10 - Flashback Lucian
FLASHBACK!
Tepat setelah kepergian Anna. Lucian tak merasakan kebahagiaan. Ia pikir setelah Anna meninggalkan rumah ini, ia akan merasa bahagia. Apa karena sekarang Kakeknya telah tiada? Jadi keberadaan Anna tak lagi berpengaruh.
Tangannya terkepal, memperlihatkan buku-buku kukunya yang perlahan memutih. Ia merasa bimbang. Apakah ia keterlaluan pada gadis itu. Entah kenapa ia terus memikirkan Anna, sejak malam pernikahan mereka.
Malam itu, Lucian bermimpi. Tidak, ia hanya mengira kenangan itu sebagai mimpi karena rasa bencinya. Mimpi saat dirinya dengan kasar merenggut kesucian Anna, yang telah sah menjadi Istri. Namun, saat terbangun ia hanya mendapati dirinya sendiri di dalam kamar, dengan hanya menggunakan celana pendek. Itulah kenapa ia berpikir itu mimpi.
Lucian berjalan menuruni tangga. Tatapan matanya mengarah pada meja makan yang terdapat keluarganya. Ia merasakan perasaan asing saat melihat pemandangan itu. Namun, ia tak menghiraukannya.
"Morning, Kak Luci!" teriak Liana, dengan wajah gembira. Karena akhirnya ia tak perlu melihat Anna lagi.
"Akhirnya, kita tidak perlu lagi menatap wajah gadis hina itu," celetuk Rianti, dengan senyum bangga.
Lucian tak menghiraukan, ia bergerak cepat mengambil nasinya dan ingin cepat-cepat pergi dari sini. Sebenarnya, ia bisa saja makan di luar daripada harus terus-menerus menahan rasa canggung ini. Namun, ia benar-benar menyukai masakan Bi Tias, sangat cocok di lidahnya.
HAP!
Lucian mulai mengunyah makanannya dengan santai. Namun, mulutnya tiba-tiba berhenti mengunyah. Ada rasa asing di lidahnya. Ia merasa ini bukanlah masakan yang biasanya ia makan. Bahkan pakaiannya juga dipilih tak seperti biasanya. Biasanya ia memakai stelan jas rapi dengan dasi yang senada, terlihat benar-benar cocok dengannya. Namun, pagi ini ia mendapati hal tak biasa, dimana perpaduan dasi dan jasnya terasa tak cocok.
"Bi..." Panggil Lucian di sela kunyahannya.
"Ya, Tuan," jawab Tias.
Lucian menatap Tias. "Kenapa makanannya berbeda? Ini masakan Bibi, kan? Yang kemarin juga masakan Bibi, kan?" tanya Lucian dengan penuh curiga.
Deg!
Tias terdiam, dengan keringat dingin menetes di pelipisnya. "Y-ya, Tuan," jawabnya terbata.
Lucian mengernyitkan dahinya."Jangan bohong, Bi! Aku tidak suka kebohongan! Atau Bibi mau saya pecat!" bentak Lucian, merasa di bohongi. Akhir-akhir ini emosinya sangatlah meluap-luap.
"Ma-maaf, Tuan!" Tatapan Tias beralih menatap Rianti, ia takut jika menjawab jujur Rianti akan memecatnya, tetapi jika tidak pun ia akan di pecat oleh Lucian.
"Katakan sejujurnya? Bahkan pakaian yang biasanya kupakai selalu cocok, kenapa sekarang berbeda!" tanya Lucian lagi, dengan penuh amarah, sorot matanya tajam.
"Tenanglah, Lucian! Apa sih yang berbeda, menurut Mama sama saja," kilah Rianti, sambari mengunyah makanannya.
"Aku tau! Kalian semua juga tahu, bahwa lidahku ini sangat sensitif. Aku bisa merasakan masakan ini berbeda!" ucap Lucian penuh penekanan.
Rianti menghela nafas jengah. "Baiklah! Itu semua adalah masakan gadis hina itu," jawab Rianti. Ia tak akan berbohong lagipula Lucian pasti akan bertambah membenci Anna.
BRAK!
Lucian menggebrak meja dengan kuat, membuat semua orang terlonjak kaget. Namun, mereka lebih merasa kaget dengan tatapan mata Lucian yang penuh amarah. "Jangan bilang pakaian saya juga dia yang siapkan selama ini? Jawab Bi!" bentak Lucian, berdiri menatap Tias yang sedang bersimpuh.
"Maafkan saya, Tuan! Saya tidak tega dengan pada Anna! Dia meminta tolong pada saya dengan menangis," ungkap Tias. Membuat Lucian benar-benar tak habis pikir. Ia berjalan meninggalkan meja makan dan segera menuju ke Perusahaan.
Ia merasa benar-benar marah. Ia yang selalu mengatakan membenci wanita itu, malah sangat menyukai semua hal yang Anna lakukan diam-diam padanya. Masakan bahkan gaya pakaian yang di pilih gadis itu. Ia merasa seperti telah di bodohi oleh gadis itu.
Sejak saat itu, hari-harinya terasa semakin buruk. Ia semakin jarang pulang karena takut terbayang semua tentang Anna. Ia hanya menghabiskan waktunya untuk kerja dan kerja. Hingga popularitasnya semakin meroket.
Lucian bingung dengan perasaannya. Seakan-akan dirinya telah melepaskan sesuatu yang berharga baginya.
FLASHBACK OFF.