ketika kita ingin melupakan masa lalu namun itu sulit, padahal itu semua yang membuatnya sakit hati setelah 5 tahun dia menghindar dari segala urusannya dengan masa lalu apa jadinya jika takdir justru menuntunnya bertemu dengan org yang selama ini ingin dia hindari.
apa dia akan menemukan kebahagiaan atau akan terluka untuk yg kedua kalinya?
ini karya pertama ku mohon dukungannya teman-teman
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sriiwidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan pernikahan
Andreas sedang mengamuk di rumah nya bagaimana tidak Dia sudah menuruti semua keinginan orang tuanya untuk mau di jodohkan dengan anak sahabat papanya. Andreas meminta agar jangan sampe hal ini terdengar oleh Ziah. Apalagi jangan sampai undangan di terima Ziah. Andreas akan merahasiakan pernikahan nya, dia tidak mau melihat Ziah terluka apalagi dia berjanji akan memperjuangkan dirinya.
Namun tadi pagi saat Lidya calon istrinya dan Mama nya sedang di ruang keluarga membicarakan perihal pernikahan Andreas sempat mendengar obrolan mereka.
"Kamu udah nyuruh kurir kan buat nganterin undangan pernikahan kalian ke rumah nya?" tanya Bu Ratih sambil tersenyum.
Andreas yang awalnya ingin menghampiri mereka malah diam di balik rak pernah pernik. Dia penasaran perasaan seluruh keluarga dari kedua belah pihak sudah di beritahu, dan temannya pun tidak ada yang di luar kota.
" Udah mah, Atas nama Hanna.Fauziah kan? Alamatnya di sumber sari." jelas Lidya. Bu Aminah hanya mengangguk.
Andreas lantas menghampiri keduanya, mereka sama-sama terkejut saat melihat Andreas berdiri di hadapan mereka.
"Siapa yang mengirimkan undangan itu?" Tanyanya sedikit berteriak bahkan Andreas terlihat emosi.
Bu Ratih maupun Lidya tidak mau menjawab, mereka hanya diam sambil menundukkan kepalanya.
"Ma dreas pernah bilang sama Mama, dreas mohon jangan sampai undangan ini sampai di tangan Ziah. Kurang apa dreas menuruti semua keinginan Mama bahkan Andreas mau menikahi Lidya karena permintaan Mama." jelasnya lagi sambil menggebu-gebu. Bu Ratih tidak menyangka respon Andreas akan seperti ini.
"Mama lakuin semua itu demi kalian, kamu akan menikah dreas tidak baik masih menjalin hubungan dengan seorang wanita. Seenggaknya biar dia menjauh dari kamu setelah melihat undangan itu." jelas Bu Ratih, dia tentu sengaja melakukan itu biar di area sekolah Ziah tidak berani mendekati Andreas.
Andreas pergi menuju kamarnya dia akan ke rumah Ziah untuk menjelaskan semuanya. Andreas masuk ke kamar dan membanting pintu kamarnya, dia sangat emosi saat ini di bayangan otaknya Ziah yang sedang menangis. Dia tidak bisa membayangkan hal itu dia yang berjanji tidak akan membuatnya menangis dia juga yang berjanji akan memperjuangkan dirinya tapi malah dia sendiri yang mengingkari itu semua.
Saat Andreas akan berangkat hendak membuka pintu rumahnya Bu Ratih menyusulnya.
"jika kamu sampai berani mendatangi rumah nya lagi, Mama gak segan-segan akan mengeluarkan Ziah dari sekolah itu.Mama akan membongkar hubungan kalian di sekolah." ancam Bu Ratih. iya Bu Ratih bisa saja melakukan itu dengan membongkar hubungan mereka berdua.
Andreas diam di tempat nya kenapa dia sama Sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimana dengan Ziah. Andreas memukul pintu dengan sangat kencang untuk melampiaskan kekesalannya. Di saat seperti ini dia seperti laki-laki bodoh. Bu Ratih dan juga Lidya terkejut dengan yang di lakukan Andreas, Bu Ratih tidak menyangka respon Andreas akan seperti itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ziah membuka undangan pernikahan itu, Nama yang tertera sangat jelas Andreas Wijaya tapi mempelai wanita nya bukan dirinya melainkan Lidya Maheswari, berulang kali dia baca tetap nama mempelai pria tidak berubah itu sangat jelas nama Andreas.
Ziah duduk di lantai sambil menekuk lutut nya wajah dia sembunyikan untuk meredam tangsisannya. Pantas saja laki-laki itu jarang menghubungi nya ternyata dia sibuk mempersiapkan pernikahannya. Ziah tidak menyangka Andreas tega melakukan ini pada dirinya.
Drrttt.. drrttt
Hp yang dia simpan di atas kasur berdering, Ziah beranjak dari duduknya. Ziah kira yang menelponnya adalah Andreas tapi ternyata Mariam.
"Halo assalamualaikum iam," jawabnya dengan suara yang parau karena Ziah sudah sangat lama menangis.
"Zi kamu gak papa?" tanya Mariam cemas. Dia juga sama baru mendapatkan kabar dari guru-guru yang lain kalau Andreas akan menikah. Guru yang lain yang tau hubungan mereka sangat terkejut, apalagi pak usep dan bi Asih mereka saksi bagaimana Andreas meyakinkan Ziah bahwa dia tidak akan mengkhianati perempuan itu.
uhuk.uhuk, Ziah terbatuk karena tenggorokan nya terasa kering.
"iya gak papa kok iam. Emang kenapa?" Ziah balik bertanya. Dia tidak tau kalau Mariam sudah tau semuanya.
"kamu gak usah bohong ya, aku tau kamu lagi nangis kan? Aku udah dapet kabar barusan pas pulang sekolah naik angkutan umum anak-anak kelas lain ngobrolin kalo pak Andreas akan nikah, aku kaget makanya nelpon kamu, dari kamu nangis gini aja aku udah tau jawabannya." jelas Mariam. Dia ingin datang ke rumah sahabatnya untuk menghiburnya tapi dia juga tidak bisa karena ketiga motor di rumah nya sedang di gunakan semua.
"gak apa-apa kok, Aku juga yang terlalu banyak berharap. Coba kalo aku tidak terlalu berekspektasi tinggi tentang hubungan ini dan juga tentang dia mungkin gak akan sesakit ini." ujar Ziah dia mati-matian menahan tangisnya tapi tidak bisa, dia menangis sampai sesegukan.
"Jangan nangis terus dong, aku bingung gak bisa ke sana buat menghibur kamu." pinta Mariam, Dia tidak tega mendengar suara Ziah yang parau dia yakin Ziah pasti menangis dari tadi.
"Udah yah, aku pengen tidur rasanya badan cape banget. Pengen istirahat." pinta Ziah. Kepalanya terasa pusing karena terlalu lama menangis.
" ya udah tapi kalo ada apa-apa hubungi aku ya?" pinta Mariam . Ziah tidak menjawab malah mematikan sambungan telepon nya. Dia merebahkan kan dirinya di atas kasur. Dia menangis dalam diam, sampai-sampai memukul dadanya yang terasa sesak. Bayangkan lima hari lagi Andreas akan menikah, lalu bagaimana dengan dirinya. Ziah sampai tertidur mungkin karena terlalu lama menangis membuatnya lelah.
Tok..tok. Tokk
Ketukan di pintu kamar Ziah membangunkan Ziah dari tidurnya. Ziah bangkit dari tidurnya seraya meregangkan tubuhnya. Pintu terbuka Bu Aminah menatap wajah Ziah, dia melihat mata anaknya membengkak hidung nya pun masih memerah.
"Kamu habis nangis? Mata kamu Sampai bengkak kayak gitu" tanya Bu Aminah
"enggak Bu, mungkin karena kelamaan tidur tadi langsung tidur masuk kamar." jelas Ziah, dia tidak mungkin bercerita itu akan membuat Bu Aminah khawatir.
"ya udah cepet mandi bentar lagi magrib." perintah nya pada Ziah, setelah Bu Aminah pergi Ziah masuk kamar untuk mengambil handuk dan baju ganti, namun dia malah berdiri di depan cermin matanya bengkak seperti di sengat lebah. Pantas tadi ibunya langsung bertanya seperti itu.
Setelah mandi Ziah duduk di ruang keluarga sambil membawa HP nya, dia ikut bergabung dengan kakak dan adiknya yang sedang menonton TV. Kakak nya menatap ke arah Ziah lumayan lama.
"kamu kenapa? Lagi ada masalah?" tanya Tias kakaknya Ziah.
"Enggak, orang aku cuma tidur kelamaan jadi matanya bengkak." jelas Ziah cepat dia tidak ingin di tanya ada apa atau kenapa, saat ini dia sedang menahan mati-matian rasa sakitnya. Saat akan bertanya kembali ponsel Ziah bergetar.
Drrt.. Drrrt
Di layar tertera nama Bang Reas, namun bukannya di angkat Ziah malah menolak panggilan itu. Lalu dia dengan sengaja memblokir nomor Andreas. Dia berjanji tidak akan mencari tahu tentangnya lagi.
Di sekolah dia akan menghindar sebisa mungkin.
Sampai Masuk sekolah kelas 11 Ziah seolah menutup diri untuk mengetahui segalanya tentang Andreas, dan seolah waktu sedang mendukung nya guru olah raga kelas 11 dan 13 di ganti dengan pak Toni, jadi Andreas hanya mengajar di kelas satu. Dari sana hubungan keduanya berakhir meski tanpa ada kata putus, bukan kah sebuah undangan saja sudah menjelaskan semuanya.
Dan saat Ziah kelas 12 , Dia mendengar bahwa Andreas pindah mengajar di sekolah yang lain, entah apa alasannya Ziah tidak tahu dan tidak ingin tahu. Pernah Mariam dan pak Gery membujuknya untuk bertemu dengan Andreas namun Ziah sudah sangat kecewa.
Hingga lima tahun berlalu mereka tidak pernah bertemu lagi.