NovelToon NovelToon
GAZE

GAZE

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Duniahiburan / Matabatin
Popularitas:940
Nilai: 5
Nama Author: Vanilla_Matcha23

“Setiap mata menyimpan kisah…
tapi matanya menyimpan jeritan yang tak pernah terdengar.”

Yang Xia memiliki anugerah sekaligus kutukan, ia bisa melihat masa lalu seseorang hanya dengan menatap mata mereka.

Namun kemampuan itu tak pernah memberinya kebahagiaan, hanya luka, ketakutan, dan rahasia yang tak bisa ia bagi pada siapa pun.

Hingga suatu hari, ia bertemu Yu Liang, aktor terkenal yang dicintai jutaan penggemar.
Namun di balik senyum hangat dan sorot matanya yang menenangkan, Yang Xia melihat dunia kelam yang berdarah. Dunia penuh pengkhianatan, pelecehan, dan permainan kotor yang dijaga ketat oleh para elite.

Tapi semakin ia mencoba menyembuhkan masa lalu Yu Liang, semakin banyak rahasia gelap yang bangkit dan mengancam mereka berdua.

Karena ada hal-hal yang seharusnya tidak pernah terlihat, dan Yang Xia baru menyadari, mata bisa menyelamatkan, tapi juga membunuh.

Karena terkadang mata bukan hanya jendela jiwa... tapi penjara dari rahasia yang tak boleh diketahui siapapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilla_Matcha23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3 - PENGLIHATAN YANG XIA

Tok… tok…

“Masuk,” suara Xia terdengar lembut tapi tegas.

Pintu ruangannya terbuka.

Seorang pria muda dengan jas hitam rapi melangkah masuk, membawa setumpuk berkas di tangannya. Wajahnya tampak cemas namun tetap sopan.

“Bos, Anda terlihat sangat kelelahan,” ujarnya hati-hati.

“Sebaiknya Anda pulang dan beristirahat malam ini.” Xia mengangkat kepalanya perlahan.

Tatapan matanya tajam tapi tetap tenang, seolah menyembunyikan ribuan pikiran di balik senyum tipisnya.

“Sebaiknya kau berikan padaku berkas itu, agar bisa segera kutandatangani.” Asisten itu tersenyum kaku, lalu menyerahkan dokumen tersebut.

Xia membuka halaman pertama, membaca sekilas, lalu menandatanganinya dengan gerakan anggun namun cepat. Begitu selesai, ia meletakkan pena peraknya pelan di atas meja.

“Bagaimana perkembangan saat ini?” tanyanya datar.

“Apakah ada sesuatu yang perlu aku tahu?”

Pria muda itu menarik napas dalam, menunduk sedikit sebelum menjawab,

“Sebaiknya Anda lebih fokus pada perusahaan, Nona Xia. Beberapa… tikus, sudah mulai terlihat sangat rakus.”

Xia mengangkat alis tipisnya, tanpa ekspresi.

“Berikan aku daftar nama mereka,” ucapnya tenang.

“Aku ingin tahu siapa yang berani bermain di dalam wilayahku.”

Suasana ruangan mendadak hening.

Lampu kristal di atas meja kerja berpendar lembut, sementara di luar jendela, bayangan kota Hangzhou berkilau di bawah hujan tipis malam itu. Di balik ketenangannya, Yang Xia bukan hanya seorang dokter.

Ia adalah pemilik Yáng Tiansheng Group dan ketika seseorang mencoba menantangnya, dunia korporat akan segera bergetar.

Asisten itu menunduk sedikit, lalu mengeluarkan satu map berwarna hitam dari tasnya. Ia meletakkannya perlahan di atas meja kaca.

“Ini laporan tambahan, Nona Xia. Kami menemukan seseorang yang tampaknya menyelidiki proyek Hanxi Hospital di Hangzhou... dan juga seseorang bernama Yu Liang.”

Xia menatapnya, pupil matanya sedikit menyempit.

“Yu Liang?” suaranya terdengar datar, tapi ada nada halus yang sulit ditangkap di dalamnya.

Asisten itu mengangguk. “Aktor yang sedang melejit saat ini. Kami tidak tahu kenapa namanya muncul di laporan. Tapi orang-orang yang mengikuti gerakannya… sama dengan yang memata-matai proyek rumah sakit Anda.”

Ruangan mendadak terasa lebih sunyi.

Xia menatap berkas di hadapannya, lalu membuka halaman pertama. Foto seorang pria muda muncul, wajah yang samar-samar dikenalnya. Ia menatap lama, seakan matanya tertahan pada pandangan itu.

Senyum tipis Yu Liang di foto promosi terasa berbeda sekarang, ada sesuatu di sana, kesedihan yang sama seperti yang ia lihat beberapa hari yang lalu.

“Siapa yang memerintahkan penyelidikan ini?” tanya Xia, masih menatap foto itu tanpa berkedip.

“Kami belum tahu pasti. Tapi pola pergerakannya sama seperti jaringan yang dulu menyerang cabang rumah sakit kita di Tokyo,” jawab sang asisten, nada suaranya sedikit tegang.

Xia menutup map itu perlahan.

“Jangan lakukan apa pun dulu. Awasi mereka dari jauh. Aku ingin tahu mengapa nama pria ini terlibat.”

“As you wish, Nona Xia.”

Begitu pintu tertutup, Xia bersandar di kursinya. Tangannya mengusap pelipis pelan. Sekilas bayangan wajah Yu Liang muncul di benaknya, tatapan mata itu, luka di balik senyumnya.

Ia menghela napas panjang.

“Apa yang sebenarnya kau sembunyikan, Yu Liang… dan mengapa seakan kita terhubung?” gumamnya lirih.

Hujan di luar jendela mulai deras.

Xia berdiri dan berjalan ke arah kaca besar di belakang meja kerjanya. Dari sana, ia bisa melihat pantulan dirinya dan untuk sesaat, bayangan lain muncul di refleksi itu: sosok Yu Liang yang memandangnya seolah mereka berdiri di ruangan yang sama.

Xia terdiam.

Jantungnya berdegup pelan tapi pasti.

Cahaya di ruangan bergetar lembut, seperti merespons sesuatu yang tak terlihat.

Ia menutup matanya sejenak. Dan ketika membuka mata, pandangannya bukan lagi di ruang kantor...

melainkan di sebuah set film, di mana Yu Liang sedang duduk di bawah cahaya lampu syuting, menatap kosong ke arah langit-langit.

..

Juni, 2014.

Langit berwarna kelabu, dan jalan-jalan licin oleh pantulan lampu toko yang berkilauan. Di salah satu menara kaca milik Tianluo Entertainment, Yu Liang berdiri di depan lift, menatap pantulan dirinya di pintu logam.

Kemeja putih yang ia kenakan terasa terlalu kaku. Jemarinya menggenggam map berisi dokumen panggilan kontrak.

Ia menelan ludah, ini adalah langkah pertama menuju impiannya, tapi entah mengapa, dadanya terasa berat.

Lift berbunyi pelan.

Saat pintu terbuka, aroma parfum mahal bercampur kopi memenuhi udara. Seorang wanita muda berdiri di dalam, mengenakan seragam hitam dengan logo Tianluo di dadanya.

“Yu Liang? Tuan Han Zhiyan sudah menunggu di lantai dua puluh satu,” katanya ramah, tapi tatapannya datar, seperti wajah yang sudah terlalu sering melihat mimpi orang lain menjadi kenyataan, atau hancur di ruangan yang sama.

Di ruangan luas berhias kaca dan marmer putih, Han Zhiyan sedang menatap layar besar yang menampilkan data statistik artis-artisnya.

Tanpa menoleh, ia berkata pelan,

“Duduk. Aku sudah membaca profilmu.”

Yu Liang menuruti, meletakkan map-nya di meja.

Han Zhiyan menekan sesuatu di tablet, lalu menatapnya lurus-lurus.

“Kau punya potensi alami. Tapi potensi saja tidak cukup. Dunia ini tidak menunggu siapa pun yang ragu-ragu.”

Ia mengambil selembar kertas kontrak, mendorongnya ke arah Yu Liang.

“Kontrak eksklusif lima tahun. Semua urusan promosi, jadwal, dan media di bawah kendaliku. Kau hanya perlu satu hal, menurut.”

Yu Liang menatap tulisan kecil di bagian bawah:

‘Segala bentuk pelanggaran akan dikenai sanksi finansial dan pemutusan hak tampil permanen.’

Ia menelan keras. “Lima tahun… bukankah terlalu lama?”

Han Zhiyan tersenyum kecil. “Jika kau ingin menjadi legenda, kau tak bisa berpikir pendek. Lima tahun ini akan menentukan siapa dirimu. Aku hanya butuh satu tanda tangan.”

Sunyi.

Jam di dinding berdetak pelan, seperti menghitung detik menuju keputusan besar.

Yu Liang menggenggam pena. Ia teringat masa-masa di mana ia hampir menyerah mengejar mimpinya, audisi yang gagal, tatapan orang-orang yang meremehkannya.

Lalu ia menatap Han Zhiyan sosok yang seperti tahu segalanya, sekaligus menyembunyikan sesuatu yang tak bisa dijelaskan.

Goresan pena terdengar di udara.

Tanda tangan itu terukir.

Han Zhiyan menatapnya lama, lalu berkata tenang, “Selamat datang di dunia yang sebenarnya, Yu Liang.”

Ia berdiri, menepuk bahu pria muda itu.

“Kau tidak akan bisa mundur sekarang.”

...

Cahaya putih dari lampu sorot menembus tirai tebal studio. Di tengah panggung kosong, seorang pria berdiri diam, tubuhnya tegak, namun matanya tampak kosong.

Yu Liang, bintang baru yang wajahnya mulai sering muncul di papan reklame, baru saja menyelesaikan sesi pemotretan pertamanya untuk sebuah majalah mode internasional.

“Cut!” Suara fotografer terdengar keras.

“Sempurna! Wajahmu luar biasa ekspresif. Tim, beri dia istirahat sepuluh menit!” Yu Liang hanya mengangguk.

Ia menatap pantulan dirinya di cermin besar di sudut ruangan. Di balik cahaya dan riasan, ia masih melihat seseorang yang asing, seorang anak muda yang berusaha terlihat kuat, padahal di dalamnya ada kekosongan yang belum sempat ia pahami.

Pintu studio terbuka pelan.

Seorang pria melangkah masuk dengan gaya santai namun berwibawa. Setelan abu-abu muda, senyum tipis yang tampak penuh perhitungan.

“Jadi ini... Yu Liang yang semua orang bicarakan,” katanya pelan, suaranya tenang tapi menusuk.

Asisten produksi langsung menunduk, memberi jalan. “Chen Wei, manajer eksekutif Tianluo Entertainment,” perkenalannya singkat.

Yu Liang menoleh perlahan. Ia sudah mendengar nama itu, Chen Wei. Orang yang dikenal bisa mengubah aktor amatir menjadi bintang nasional dalam hitungan bulan. Tapi juga pria yang ditakuti karena caranya yang dingin dan tanpa kompromi.

“Aku dengar kau menolak tawaran debut variety show?” tanya Chen Wei tanpa basa-basi.

Yu Liang diam sejenak. “Aku tidak merasa cocok di acara seperti itu. Aku ingin fokus pada akting.”

Chen Wei menatapnya lama. Ada sedikit senyum yang sulit diartikan. “Fokus pada akting? Dunia ini tak sesederhana itu, Liang. Jika kau ingin bertahan, kau harus mengerti... popularitas datang lebih dulu, bakat menyusul belakangan.”

Ia mendekat, menatap mata Yu Liang dengan intens.

“Dan aku bisa memberimu keduanya, jika kau tahu bagaimana cara bermain di dunia ini.” Yu Liang tidak menjawab.

Namun sesuatu di dalam dirinya bergetar, antara rasa takut dan rasa ingin tahu. Ia tahu pria di depannya bukan sekadar manajer biasa. Ada sesuatu di balik ketenangan Chen Wei, sesuatu yang terasa berbahaya… tapi juga menjanjikan jalan yang selama ini ia cari.

“Besok datang ke kantor pusat Tianluo,” ucap Chen Wei sambil berbalik.

“Kau punya potensi besar, tapi potensimu tidak akan berarti apa-apa tanpa arah yang benar.” Langkah kakinya menghilang di koridor.

Yu Liang menatap ke arah pintu yang baru saja tertutup, hatinya berdebar tak karuan. Ia belum tahu bahwa pertemuan singkat itu akan menjadi awal dari segalanya. Ketenaran, pengkhianatan, dan rahasia gelap yang perlahan akan menghancurkan dunia yang sedang ia bangun.

Kilatan itu lenyap secepat datangnya.

Xia kembali di ruangannya, napasnya tersengal pelan.

1
Om Ganteng
Lanjut thorrr💪
Om Ganteng
Yang Xia
Om Ganteng
Chen Wei
Om Ganteng
Yang Xia/Determined/
Om Ganteng
Yu Liang/Sob/
Om Ganteng
Thor... apa ini Yu Menglong?
Zerine Leryy
Thor, Yu Liang... seperti Yu Menglong/Sob//Sob/
Zerine Leryy
Guang Yi keren...
Zerine Leryy
Bagus, lanjutkan Thor... Semoga ceritanya bagus sampai akhir/Good//Ok/
Zerine Leryy
Yang Xia dibalik Yang Grup, Guang Yi dan Feng Xuan 👍 perpaduan keragaman yang keren
Zerine Leryy
Ceritanya bagus, Sangat jarang ada Ceo wanita yang tangguh seperti Yang Xia.
☘☘☘yudingtis2me🍂🍋
Jelek nggak banget!
Yue Sid
Aduh, cliffhanger-nya bikin saya gak tahan nunggu, ayo lanjutkan thor!
Gladys
Asik banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!