NovelToon NovelToon
Iblis Yang Merindukan Cahaya

Iblis Yang Merindukan Cahaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Iblis
Popularitas:422
Nilai: 5
Nama Author: Sofiatun anjani

Kevin terbangun dari komanya ketika seorang iblis merasuki tubuhnya dan melenyapkan jiwanya.

bersikap layaknya iblis yang hendak menghancurkan dunia, namun tidak bisa membunuh satu manusia pun.

Ria masih belum sanggup kehilangan satu-satunya orang yang menjadi alasan untuknya bertahan sampai detik ini juga. Tidak, Ria tidak bisa, setelah orang tuanya meninggal 5 tahun yang lalu, Kevin lah satu-satunya orang yang terus mendampingi dan menyemangatinya untuk terus bertahan. dan kehilangannya adalah sebuah mimpi buruk paling mengerikan yang pernah Ria alami.

Sanggupkah Ria bertahan dengan kepingan dihatinya? lalu apa sebenarnya motif sang iblis? akankah Kevin bisa hidup kembali dalam raganya yang perlahan hancur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Setelah selesai mencuci piring dan membersihkan meja makan Ria pun berjalan ke kamarnya sambil terus memikirkan bagaimana nanti ia akan minta maaf, karena lagi pula ia tidak sepenuhnya salah kan.

"Hah… Kalo dipikir-pikir…. gue jadi berasa kayak Kevin deh, dia kan selalu minta maaf duluan walaupun gue yang salah sih" ujarnya sambil teringat kembali dengan Kevin yang justru membuatnya jadi semakin rindu dengan sosok yang paling berkesan dalam hidupnya itu.

"Tapi sekarang giliran gue yang harus minta maaf duluan kan, itu yang selalu lo ajarin ke gue"

"AAAARGH…!!"

Saat tiba-tiba Ria tidak sengaja mendengar suara teriakan dari dalam kamarnya, Ria pun terlonjak kaget dengan apa yang barusan ia dengar, siapa dan apa yang terjadi Ria tidak sempat untuk memikirkan hal itu dan langsung bergegas membuka pintu kamarnya yang beruntungnya tidak dikunci, dan satu hal yang ia pikirkan saat membuka pintu kamarnya...

Cklek!

"ARON!!"

***

Pagi hari, matahari mulai memancarkan sinarnya, menembus kaca jendela dan membuat ruangan itu sedikit lebih terang. perlahan laki-laki yang tengah terbaring di atas kasur itu pun mulai membuka matanya saat melihat cahaya matahari menerpa wajahnya.

Aron, iblis yang menempati tubuh Kevin itu pun mencoba menggerakkan tubuhnya. Namun sia-sia, saat ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya yang membuatnya kembali teringat dengan kejadian semalam. Saat Loran membalik kembali sihirnya kembali ke dalam tubuhnya yang mungkin akan hancur jika ia tidak membuat pertahanan diri agar tubuh ini bertahan dan kembali ke semula dengan jiwanya yang mungkin juga ikut melemah karenanya.

Saat itulah Aron juga melihat seorang perempuan tengah tertidur di pinggir kasurnya sambil duduk di kursi, dilihat dari rambutnya yang acak-acakan sepertinya dia tidur dengan nyenyak semalam.

Ria mulai menggeliat di kursi yang didudukinya, Aron pun langsung memejamkan matanya pura-pura tidur. Ria yang terbangun dari tidurnya pun mulai meregangkan otot-ototnya yang tegang karena tidur dengan posisi yang sama sepanjang malam.

"Seharusnya gue nggak tidur disini" ucap Ria mengeluh dengan lehernya yang kini terasa pegal. saat matanya tertuju pada seseorang yang ada di depannya yang masih belum juga bangun.

"Nggak perlu di bangunin kali ya" Ria melihat Aron yang masih belum sadar, mengingat kejadian semalam Ria yang hendak menemui Aron di kamarnya untuk minta maaf justru mendapati Aron yang terbaring tak sadarkan diri di atas lantai dengan darah yang yang menggenang di sekelilingnya.

Awalnya Ria pikir ia hendak membawa Aron ke rumah sakit tapi saat tiba-tiba ia melihat bagaimana darah itu berhenti mengalir ditambah dengan Aron yang setengah sadar menolak untuk dibawa ke rumah sakit, Ria akhirnya memilih untuk merawatnya sendiri di rumah dengan pt3k seadanya.

Mengingat bagaimana kondisi Aron saat ia menemukannya, Ria tidak habis pikir dengan apa yang semalam Aron lakukan padahal dirinya iblis tapi tidak bisa menyelamatkan diri sendiri, bukan bermaksud khawatir padanya, hanya saja yang terluka itu tubuh Kevin, bagaimana kalau wajahnya yang terluka dan membekas.

Ria pun memperhatikan perban yang dipasang di beberapa bagian tubuh Aron yang seperti luka bakar tadi malam yang kini tak lagi mengeluarkan darah, yang artinya mungkin Aron bisa menyembuhkan lukanya sendiri, membuat Ria kembali bernafas lega karena tidak perlu mengeluarkan uang lebih untuk biaya ke rumah sakit.

"Yah gue rasa masuk akal kalo iblis bisa nyembuhin diri mereka sendiri, setahu gue sih dari film-film gitu" ujar Ria menyimpulkan tebakannya yang sepertinya benar.

Ria pun akhirnya pergi dari kamarnya untuk bersiap sekolah hari ini. Setelah memastikan Ria benar-benar sudah pergi Aron pun membuka matanya kembali, melihat pintu kamar yang sudah tertutup rapat.

"Apa sebenarnya yang dia pikirkan?" ucapnya sambil mengangkat tangan kirinya yang juga dibalut perban melihat simbol iblis yang kini tersisa setengahnya saja

"Cih! iblis itu, apa yang sebenarnya ia inginkan, aku sudah tidak punya banyak waktu lagi"

Sambil menghela nafas panjang Aron kembali memejamkan matanya, karena tidak ingin berpikir lebih keras olehnya, ditambah dengan luka dalam yang juga masih belum pulih sepenuhnya benar-benar harus istirahat seharian penuh jika perlu dan berharap semua ini cepat selesai hingga waktunya tiba.

***

Setelah siap dengan seragam sekolahnya, Ria terlebih dahulu mengantarkan makanan untuk Aron, melihat posisi tidurnya yang menyamping dengan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut Ria tahu kalau Aron sudah bangun sejak tadi.

"Gue udah siapin sarapan buat Lo" ucap Ria sambil meletakkan makanannya yang ia bawa di atas meja samping kasur.

"Oh ya hari ini kayaknya gue pulang malam, gue tinggalin makanan di kulkas lo bisa angetinnya kan?" tidak ada respon darinya, akhirnya Ria lelah dan memilih untuk pergi saja, lagi pula ia bisa terlambat jika meladeni Aron terlebih dahulu.

Selepas kepergian Ria Aron pun mengambil posisi duduk setelah merasa lebih baikkan. Ia menatap makanan yang ada di atas meja di sampingnya dengan tatapan aneh, padahal ia tahu kalau ia iblis dan hampir mati jika saja Ria tidak merawat lukanya, tapi dia masih memberinya makan. Entah kenapa Aron tiba-tiba merasakan perasaan aneh lagi di dadanya, perasaan asing yang belum pernah ia rasakan sebagai seorang iblis, tapi entah kenapa perasaan itu justru membuatnya nyaman dan lebih rileks seakan beban di pundaknya perlahan terbang terbawa angin lalu.

***

Hari seperti biasanya, Ria berangkat tepat waktu sebelum bel masuk. sepanjang jalan Ria terus memikirkan tentang kejadian semalam entah kenapa Ria tidak bisa tidak memikirkannya, atau mungkin karena dia belum minta maaf pada Aron.

"Hai Ria!" saat tiba-tiba seseorang memanggil namanya Ria pun mendapati Rama yang sudah ada di sampingnya.

"Oh Rama, hai" Rua membalas setelah benar-benar sadar dari lamunannya sambil tersenyum.

"Lo udah lebih baik?" tanya Rama memastikan sambil memperhatikan raut wajah Ria yang terlihat lebih baik daripada kemarin.

"Yah… gue ngerasa lebih baik kayak biasa” ujar Ria jujur dan melempar senyum pada Rama.

"Bagus deh kalo gitu"

Setelahnya mereka berdua hanya diam sambil berjalan beriringan ke kelas yang sama, hal itu pun menarik perhatian Rama, memang benar Ria hari ini terlihat lebih baik tapi entah kenapa Rama merasa ada sesuatu yang tengah Ria pikirkan.

Terlihat dari bagaimana Ria sadar dari lamunannya saat Rama menyapanya. Tapi Rama memilih untuk tidak menanyakan hal itu padanya, Rama pikir situasi sekarang cukup membuatnya terbebani.

"Hai Rama! Ria!"

Tak lama Mita, Raka, dan Seli datang menyapa mereka berdua diikuti Roy di belakang sambil memasang wajah dingin dan memasukkan kedua tangannya ke saku celananya.

"Wah… pagi-pagi udah berduaan aja nih ye" ujar Mita menggoda pasangan pagi yang mereka temui pagi-pagi.

"Yah… kalian keliatan serasi deh" ucap Raka "tapi nggak semudah itu loh dapetin Ria, Rama" Raka menyinggung Rama dengan terang-terangan seperti biasanya jika ada orang lain yang tengah dekat dengan Ria.

"Satu sekolah aja nggak ada yang bisa dapetin bidadari sekolah kayak Ria" bisik Seli memberitahu Rama dengan wajah menggoda. Rama yang mendengarnya pun baru tahu kalau bidadari yang dibicarakan satu sekolah itu adalah Ria.

"Kalian! emang nggak ada kapok-kapoknya ya! berhenti bicara yang bukan-bukan!" ucap Ria yang terbawa emosi jika teman-temannya sudah membahas tentang dirinya, dan tanpa sadar Ria justru menampilkan wajah merahnya yang tiba-tiba memanas.

"Oke Ria gue akui perasaan lo emang cuman buat Kevin seorang" Raka pun mulai memanas-manasi situasi.

“"Wuuuh…"

Mereka bertiga pun saling menyoraki Ria dengan semangat setiap kali Ria digoda oleh teman-temannya karena dekat dengan cowok baru, tidak bisa melawan karena kehabisan kata-kata jika sudah menyangkut tentang Kevin, Ria pun hanya bisa menahan emosinya dengan wajah yang sempurna memerah dan pipi yang menggelembung sudah seperti ikan buntal.

Rama yang baru menyaksikan pemandangan langka itu pun jadi ikut tertawa karenanya, betapa lucunya Ria dengan wajah seperti itu, benar-benar momen yang akan ia ingat seumur hidupnya. Bahkan mungkin kalau boleh ia ingin sekali mengambil fotonya dan mengunggahnya.

Saat tiba-tiba perasaan aneh menyelimutinya, baru menyadari kehadiran Roy yang tengah menatapnya sedari tadi, mendapat tatapan balik dari Rama, Roy langsung pergi ke kelasnya meninggalkan yang lainnya tanpa sepatah katapun. Dan itu cukup mengganggunya seakan perasaan itu barusan bukan dari naluri manusianya melainkan naluri barunya sejak menerima misi dari pria tua berjubah putih itu.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!