NovelToon NovelToon
Rumah Untuk Doa Yang Terjawab

Rumah Untuk Doa Yang Terjawab

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Anak Genius / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Keluarga
Popularitas:357
Nilai: 5
Nama Author: Pchela

“Sudahlah, jangan banyak alasan kalau miskin ya miskin jangan hidup nyusahin orang lain.” Ucap istri dari saudara suamiku dengan sombong.

“Pak…Bu…Rafa dan Rara akan berusaha agar keluarga kita tidak diinjak lagi. Alhamdulillah Rafa ada kerjaan jadi editor dan Rara juga berkerja sebagai Penulis. Jadi, keluarga kita tidak akan kekurangan lagi Bu… Pak, pelan-pelan kita bisa Renovasi rumah juga.” Ucap sang anak sulung, menenangkan hati orang tuanya, yang sudah mulai keriput.

“Pah? Kenapa mereka bisa beli makanan enak mulu? Sama hidupnya makin makmur. Padahal nggak kerja, istrinya juga berhenti jadi buruh cuci di rumah kita. Pasti mereka pakai ilmu hitam tu pah, biar kaya.” Ucap istri dari saudara suaminya, yang mulai kelihatan panas, melihat keluarga Rafa mulai maju.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pchela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rezeki Rafa

Rasa haus yang belum kunjung hilang membuat tenggorokan Pak Adi terasa kering. Dia segera meneguk air hingga mengabiskan dua gelas air hingga tandas. Sejenak, dia mengingat penghinaan Ratna, yang membuat dadanya terasa sesak.

“Apa hamba sehina itu, sampai-sampai istri adik hamba tega menghina separah itu.” Gumamnya sendiri, namun Pak Adi tidak akan menceritakan pada istrinya ataupun anaknya. Takut, mereka ikut sedih karenanya.

Tadi Pak Adi sempat untuk meminum air keran di rumah Ratna. Tapi, dia urungkan karena takut sesak nafasnya tambah parah, dan menjadi beban bagi istri dan anaknya.

Saat itu juga, Rara baru saja pulang dari sungai bersama Riri. Mereka habis mencuci baju, dan mandi di sungai, rasanya air sungai lebih segar karena kita bisa menggunakan dengan leluasa dan Riri sampai bisa berenang saking senangnya.

Tubuh Rara letih, sepulang sekolah harus mencuci lagi. Tapi, dia juga merasa segar karena setelah bergulat membuat getuk di dapur, dia merasakan aliran air yang menyegarkan tubuhnya. “Assalamualaikum…” ucap Rara saat baru membuka pintu rumah.

“Waalaikumsalam… baru pulang ra?” Suara Pak Adi yang mengagetkan Rara dan Riri, Riri sampai menengok dua kali memastikan itu benar suara Bapaknya. “Pak, bapak sudah pulang? Katanya Bapak bakalan lembur di rumah Om Herman?” Tanya Rara penasaran.

“Iya, habis ini Bapak akan balik lagi, Bapak pulang cuma minum air saja.” Ujar Pak Adi, Rara tersenyum kecil, dalam hatinya ada rasa sesak. Dia tahu, pasti Bu Ratna melarang ayahnya minum air di rumah mereka.

“Bapak mau kembali sekarang juga? Gimana kalau Rara masakn dulu? Ibu juga bakalan pulang sebentar lagi, gimana kalau Bapak makan dulu, biar ada tenanga bikin kolamnya.” Ujar Rara, Pak Adi pun terdiam sejenak, perutnya sudah kelaparan sejak tadi, lalu mengangguk setuju dengan ucapan Rara.

Bapaknya lalu duduk bersama dengan Riri, Riri menceritakan tentang jajanan yang banyak di dalam rumahnya yang di beli sama kak Rafa. Dan jajan itu masih banyak di dalam kresek, Riri sampai terbanyang hingga sekarang, dan akan memakannya nanti malam lagi. Dia begitu senang dengan banyak makanan di rumahnya. Pak Adi, mendengar cerita Riri dengan senyum bahagia.

Rara memasak telor balado, lalapan dan juga sup sayur bayam yang dia petik di kebun samping rumah. Rara, pandai memasak karena di ajarkan oleh sang ibu sejak kecil, dan Rara memang juga memiliki hobi memasak.

Tidak perlu menunggu lama, masakan rata pun jadi. Aroma telur balado menyeruak hingga teras depan. “Duh, pasti anak ibu yang masak ini, aromanya enak sekali.” Ujar Bu Lastri yang tiba-tiba sudah berjalan ke arahnya.

“Bu, ibu sudah pulang…” ucap Rara dengan senang. Bu Lastri pun tersenyum, “Kamu, bawa saja kedepan ya sayang. Biar Ibu yang lanjutkan membuat telor balado nya” ujar sang ibu, Rara pun mengangguk patuh, lalu membawa makanan ke depan di tempat ayah dan bang Rafa duduk.

“Dik, ada yang perlu abang bantu?” Tanya bang rafa. Rara pun mendongak, “nggak bang, piring yang satunya sudah di bawa sama Riri,” sahut Rara dengan lembut.

Mereka pun duduk bersama, lalu menyantap makanan dengan nikmat dan penuh rasa syukur. Setelah selesai makan, Rara dan ibu membawa piring ke belakang lalu mencucinya, setelah itu kembali bergabung ke ruangan tengah untuk sekedar bercerita dan menikmati teh hangat.

“Pak, ini Rafa ada sedikit rezeki buat modal Bapak membuat kandang ayam petelur, di belakang rumah. Kan ayam kita tinggal tiga ekor saja, kalau Bapak tambah lagi sepuluh ekor atau lebih ayam petelur lumayan Bapak telurnya bisa kita jual.” ujar Rafa, sembari memberikan setumpuk uang pada ayahnya.

Pak Adi terkejut melihat uang yang begitu banyak, dia belum pernah memengang uang sebanyak itu. “Kamu dapat dari mana uang ini Rafa? Uang ini sangat banyak? Kamu masih sekolah, kamu belum bekerja nak, dapat dari mana?” Tanya Pak Adi dengan gugup.

“Itu hasil, dari kerjaan Rafa pak. Rafa kerja sebagai desain baju. Dan bajunya di jual ke luar negeri, Abang juga punya sahabat dari pulau Bali yang membantu Abang menjual desain baju nya.” Jelas Abang Rafa. Bapak pun, mengeleng tidak menyangka.

“Wahh abang… Abang punya teman dari pulau Bali? Keren bang…nanti kita bisa pergi kunjungi teman abang yang dari pulau Bali itu ya? Biar Riri bisa cerita ke teman-teman Riri kalau Riri pernah pergi ke pulau Bali, soalnya teman-teman Riri belum ada yang pernah ke Bali. Biar, Riri bisa sombong juga kayak Yaya, biar Yaya tidak ngejek Riri terus…” ujarnya tiba-tiba menjadi murung.

“Nak…tidak boleh seperti itu, kamu harus tetap rendah hati kapanpun, mau seberapa kuat dan luas pengalaman mu. Sikap kamu harus tetap sederhana ya nak.” Ucap sang ibu, kepada semua anaknya.

Bapak kembali menatap putranya. “Nak, Bapak bangga sekali sama kamu, walaupun kita dari desa tapi pikiran kamu tidak sempit, semoga Allah selalu melindungi dan membuka pintu rezeki Mu lebar-lebar. Bapak dan ibu akan senantiasa mendoakan semua anak-anak Bapak.” Ujar sang Bapak dengan mata yang berkaca-kaca.

“Amin pak amin, rafa tidak akan mungkin berada di posisi ini jika bukan dengan doa Bapak dan Ibu. Sekarang, Bapak terima saja ya Pak.” Ujar Rafa menyodorkan uang itu lagi, Pak Adi pun menerimanya sembari mengusap matanya yang berair.

“Alhamdulillah, mulai besok Bapak akan membuat kandang ayamnya, dan mencari anak ayam petelur yang murah. Supaya, dapat banyak, doain Bapak ya bu dan anak-anak biar usaha Bapak lancar.” Ujar Pak Adi.

“Nanti, jika modalnya sudah kembali, Bapak janji akan mengembalikan uang kamu Rafa.” Ucap Pak Adi, “tidak pak,tidak perlu membalikkan buat aku lagi, itu sudah jadi uang Bapak.” Tolak Rafa.

“Bapak akan tetap mengembalikannya nak… itu uang kamu, masa depan mu masih panjang kamu bisa tabung uang itu kembali.” Ucap Pak Adi. Suasana semakin haru. Rara dan Bu Lastri berulang kali mengusap air matanya melihat pemandangan itu.

“Ya, sekarang giliran ibu yang cerita ya…” ucap Bu Lastri menetralkan suasana. “Apa Bu,” tanya Pak Adi, Ia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia sekarang.

“Tadi, ibu jual getuk, hasilnya lumayan lo pa…Ibu dapat, uang seratus dua puluh lima ribu rupiah. Biasanya, ibu hanya pegang uang lima puluh ribu saat gajian di hari Minggu saja, tapi hari ini ibu bisa mendapatkan uang dua kali lipat dari gaji di rumah mbak Ratna. Alhamdulillah…” cerita Bu Lastri

“Alhamdulillah bu…Ibu simpan ya uangnya,” ujar Pak Adi. Bu Lastri pun mengangguk, “iya pak, akan Ibu tabung semuanya. Soalnya, sembako sudah dibelikan oleh Rafa, dan uang jajan rafa dan Riri pun masih ada, modal membuat getuk pun masih banyak. Jadi semua uang ini bisa Ibu tabung Pak.” Ujar Bu Lastri.

Bu Lastri merasa lega, setelah sekian lama akhirnya mereka bisa menyisihkan uang untuk di tabung lagi. Terakhir Bu Lastri bisa menabung saat dua bulan menikah dengan Pak Adi saja, setelah itu uang mereka hanya lewat begitu saja.

Jarum jam menujukan pukul setengah delapan malam. Pak Adi kembali lagi ke rumah adiknya untuk melajutkan membuat kolam. Bu Lasri membekali suaminya dengan air hangat, dan biskuit yang Rafa beli tadi, agar suaminya tidak kelaparan.

Tak lupa pak Adi, juga mengoleskan minyak hangat pada tubuhnya. Udara dingin seperti ini, rentan sekali membuat sesak napas Pak Adi kambuh.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!