5 jiwa yang tertransmigrasi untuk meneruskan misi dan mengungkap kebenaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kurukaraita45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10 : Rumah
...Petunjuk :...
"Semua yang terjadi bukanlah kebetulan. Pasti ada sebab tertentu bagi hidupmu."
...****************...
Terkadang dibalik keindahan yang begitu menawan, terdapat banyak luka di dalamnya yang tidak diketahui oleh yang melihatnya.
...Evelyn Yashani Difhana...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Siang hari ini terasa amat berbeda bagi Daisen dan juga Lisa, dimana mereka akan menuju sebuah taman untuk refreshing otak sebentar.
Disaat keduanya tiba di taman, di situlah pembicaraan di mulai. "Cita-cita kamu apa?" tanya Daisen secara tiba-tiba.
"Eum apa ya?"
"Aku mau ngasih tau cita-cita juga nilaiku ini asal kita pergi ke suatu tempat sekarang."
"Kemana?"
"Ayok ikut aku! Karena aku rasa di sini vibesnya kurang."
Setelah berjalan beberapa menit, juga beberapa meter dari taman akhirnya Lisa menghentikan langkahnya di depan sebuah danau hijau nan indah dengan pemandangan pepohonan yang rindang.
"Kok ke sini?" tanya Daisen.
Lisa tersenyum, "Iya, ini tempat favorit aku. Kalo lagi banyak masalah ya aku sering ke sini, rasanya nyaman sekali." Lisa duduk di atas rerumputan hijau sambil sesekali melirik kekasihnya.
"Gitu... Ayok katanya mah cerita!" Daisen pun duduk di sebelah Lisa dan dengan siap sedia ia mendengarkan apa yang akan kekasihnya tersebut ucapkan.
"Ini nilai aku, kamu lihat aja!" Lisa menyerahkan kertas yang sejak tadi ia pegang tersebut.
Daisen memandangnya dengan takjub, hasil tersebut pasti akan sangat memuaskan untuk Lisa. "Kamu dapat 90?"
"Iya Alhamdulillah, kamu tau 'kan kalo di mapel ini nilaiku selalu paling rendah dari nilai lainnya. Dan sekarang aku sedikit bangga dengan diriku."
"Kamu harus selalu bangga, kamu itu tidak pernah gagal di mataku." Daisen menyerahkan kertas tersebut.
Lisa tersenyum sumir, lalu kertas yang ia pegang pun sengaja dijatuhkan. "Aku itu selalu gagal menurutku. Tapi, ini hanya diri aku yang tau. Aku, hampir selalu gagal."
"Semua itu salah, kamu terlalu perfectionis. Dan menurutku kamu yang sekarang itu lebih dari cukup, cukup lebih baik dari sebelumnya." Daisen memandang matanya lekat, ada kesedihan yang tak dapat Lisa utarakan walaupun itu kepada Daisen.
"Aku boleh bersandar kepadamu 'kan?" tanya Lisa, dia menyandarkan kepalanya di bahu Daisen.
"Tentu boleh, dong."
"Kalo aku cape rumahku itu kamu, kamu gak boleh pergi dari aku ya?" Lisa menatap mata Daisen.
"Sa! Aku usahain gak pernah pergi dari kamu, Sa... Kamu cinta pertamaku dan aku hanya mau jatuh cinta satu kali di satu wanita yaitu kamu. Mencintai kamu cuman dikasih kesempatan satu kali sama Tuhan, aku harap Tuhan gak pernah hapus rasa ini dari hatiku juga sebaliknya." Daisen kembali memandang lekat bola mata Lisa, juga kecantikannya.
"Makasih ya, aku selalu beruntung punya kamu. Aku harap selamanya kita akan saling bersama, karena kemanapun dan dimanapun akan ku cari kamu, cintamu dan juga kebahagiaan kita."
Mereka berpelukan, lalu membelai senyuman. "Kenapa sih nanya cita-cita? Kamu juga 'kan udah tau."
"Kali aja berubah cita-citanya."
"Gak kok, cita-citaku masih sama ingin jadi penulis. Karena penulis itu seru, bisa mengungkapkan apa yang dirasa dan bisa menuliskan apa yang diharapkan. Juga bisa membuat pelajaran bagi pembacanya, dan yang terpenting bisa menghasilkan karya literasi."
"Aku akan selalu support kamu! Apapun itu, selama feedback-nya baik, aku akan selalu dukung kamu."
"Makasih ya, sekali lagi kamu jangan pernah pergi dari aku kapanpun itu."
Daisen tersenyum sumir. "Siap tuan putri!" Daisen memberi penghormatan kayaknya ia hormat kepada bendera, mereka berdua pun tertawa terbahak-bahak.
...----------------...
Ada 2 bab dibuat singkat aja, nanti ada bab panjangnya.