NovelToon NovelToon
Istri Kecil Pak Dokter

Istri Kecil Pak Dokter

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua / Dokter / Pernikahan rahasia
Popularitas:95.3k
Nilai: 5
Nama Author: Safira

Jodoh itu unik.

Yang selalu diimpikan, tak berujung pernikahan. Yang awalnya tak pernah dipikirkan, justru bersanding di pelaminan.

Lintang Jelita Sutedjo dan Alan Prawira menikah atas dasar perjodohan kedua orang tuanya. Selisih usia 10 tahun tak menghalangi niat dua keluarga untuk menyatukan anak-anak mereka.

Lintang berasal dari keluarga ningrat yang kaya dan terpandang. Sedangkan Alan berprofesi sebagai dokter spesialis anak, berasal dari keluarga biasa bukan ningrat atau konglomerat.

Pernikahan mereka dilakukan sekitar empat bulan sebelum Lintang lulus SMA. Pernikahan itu dilakukan secara tertutup dan hanya keluarga yang tau.

Alan adalah cinta pertama Lintang secara diam-diam. Namun tidak dengan Alan yang mencintai wanita lain.

"Kak Alan, mohon bimbing aku."

"Aku bukan kakakmu, apalagi guru bimbelmu yang harus membimbingmu!" ketus Alan.

"Kak Alan, aku cinta kakak."

"Cintaku bukan kamu!"

"Siapa ??"

Mampukah Lintang membuat Alan mencintainya? Simak kisahnya.💋

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 - Menahan Malu

Tok...tok...tok...

Lintang mengetuk pintu kamar mandi. Dirinya hendak meminta izin pada Alan. Dikarenakan sehari-hari Lintang terbiasa pamit atau meminta izin jika ingin keluar rumah.

Tentu semua itu berkat didikan yang disiplin dari keluarga Sutedjo.

"Kenapa enggak dibuka juga? Apa kakak enggak denger?" batin Lintang seraya menatap heran karena tak ada sahutan Alan dari dalam kamar mandi.

Padahal faktanya, sang suami sedang resah bercampur malu di dalam sana.

"Ya ampun, gimana ini? Keluar-enggak, keluar-enggak?" gumam Alan seraya mulai berhitung keberuntungan ala tempo dulu.

"Kak Alan! Apa kakak baik-baik saja di dalam?" tanya Lintang setengah berteriak sembari tangannya terus mengetuk pintu kamar mandi.

"Iya, aku baik-baik saja." Alan terpaksa menyahutinya. Ia juga tak ingin membuat Lintang khawatir di luar sana.

"Syukur kalau begitu. Adek mau minta izin keluar. Apa boleh?"

"Ke mana?"

"Ke mini market bawah,"

"Ngapain?"

"Adek mau beli po_pok," jawab Lintang santai.

Detik selanjutnya...

Ceklek...

Derit pintu kamar mandi dengan cepat terbuka, namun hanya setengah. Alan dalam kondisi hanya mengenakan handuk pada tubuhnya untuk menutup bagian perut ke bawah hingga lutut. Kepala Alan sedikit menju_lur keluar.

"Kamu tadi bilang mau beli apa ke mini market?" tanya Alan yang mendadak meragukan indera pendengarannya sendiri. Padahal jelas-jelas telinganya tadi mendengar jika Lintang berniat membeli po_pok.

"Mau beli po_pok,"

"Hah, apa?" tanya Alan hanya untuk memastikan bahwa telinganya masih bagus dan tak perlu mengecek ke dokter THT.

"Po_pok," jawab Lintang mengulanginya.

"Buat apa? Terus siapa yang mau pakai tuh po_pok? Apa kamu?" cecar Alan dengan mimik wajah terkejut bercampur heran plus bingung.

Justru dalam otaknya saat ini, apa Lintang masih pakai popok?

Sungguh terlalu, kalau benar.

"Buat kakak," jawab Lintang singkat.

"APA ??" Alan sontak terkejut setengah mati untung dia punya jantung yang aman jadi tak perlu dilarikan ke IGD karena serangan jantung mendadak.

Secara refleks, nada suaranya naik secara tajam hingga beberapa oktaf.

"Kakak kan ng0m_pol. Maaf, tadi adek buka koper kakak tanpa izin dulu. Adek cuma mau ngecek stok po_pok punya kakak. Ternyata kosong. Makanya adek minta izin ke bawah buat beli po_pok merek yang bagus kayak punya Radit dan Rizal. Adek jamin enggak bocor lagi kalau misal kakak ngom_pol," cicit Lintang berusaha menjelaskan apa adanya secara panjang kali lebar kali tinggi.

Sedangkan Alan, hanya bisa terdiam dengan bibir terbuka dan menganga. Ceng0k.

Beruntung di dalam kamar hotel bintang lima tersebut tidak ada lalat beterbangan. Jika ada lalat berkeliaran di sana, pasti hewan itu sudah masuk ke dalam mulut Alan yang sedang menganga tersebut.

Sungguh, saat ini Alan ingin sekali kembali menjadi anak-anak saja. Hidup tanpa beban dan tak perlu memikirkan permasalahan orang dewasa atau rumah tangga.

Anak kecil semisal usia TK/SD, hidup mereka hanya memikirkan bermain dan belajar. Paling-paling hanya pusing mikirin matematika bukan soal cinta apalagi pasangan.

☘️☘️

Alan menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Ia berusaha memukul mundur emosinya saat ini. Alan teringat wejangan dari orang tua Lintang agar sabar dalam menghadapi istri kecilnya itu.

Sebenarnya Lintang juga tak sepenuhnya salah. Sejak awal bertemu Alan, ia sudah minta bimbingan pada pria itu dalam mengarungi rumah tangga nantinya. Dikarenakan Lintang sadar jika dirinya tak sempurna seperti wanita normal lainnya.

Hanya ada cinta yang besar darinya untuk Alan Prawira. Sosok pria dewasa yang menjadi cinta pertamanya sekaligus pernah menolongnya di masa lalu.

Mungkin bagi Alan, ia tak akan ingat wajah Lintang dan kenangan tersebut yang terjadi di antara mereka berdua. Tapi tidak bagi Lintang, ia langsung terharu atas sikap Alan di masa lalu dan jatuh hati sejak itu.

"Tak perlu beli po_pok. Aku tak butuh itu, Lintang."

"Oh, jadi kakak enggak pakai po_pok."

"Tentu saja enggak," jawab Alan dengan suara tertahan.

Lintang tampak berpikir. Namun sebelum bibirnya membuka suara, Alan lebih dahulu berucap.

"Aku menyelesaikan mandiku dulu dan jangan keluar dari kamar ini! Mengerti?"

"Iya, Kak."

"Satu hal lagi, jangan pernah beli po_pok! Benda itu hanya untuk anak-anak, bukan untuk kita sebagai orang dewasa kecuali sudah lansia yang memang membutuhkannya. Paham?"

"Iya, Kak. Maafin adek," cicit Lintang lirih seraya kepalanya menunduk di depan Alan.

Akhirnya Alan pun pamit untuk melanjutkan mandinya yang tertunda gara-gara si Doi ngom_pol dan perkara po_pok. Sungguh hal ini sama sekali tak ada dalam ekspektasi Alan bahwa malam pengantinnya akan seperti ini.

☘️☘️

Alan dan Lintang sudah rapi dan selesai sarapan pagi setelah drama yang membag0ngkan. Alan bernafas lega karena alergi Lintang juga sudah pulih dan tak tampak lagi di wajah maupun leher sang istri.

Keduanya bersiap pergi ke bandara. Beberapa jam lagi adalah jadwal pesawat ke Jakarta yang akan membawa Alan.

Keluarga Lintang sudah berada di bandara. Ada kedua orang tua Lintang dan Mas Dewa yang tampak di sana.

"Papi-Mami, Mas Dewa." Lintang menyapa keluarganya seraya tersenyum sumringah.

Rambut Lintang terlihat sedikit basah karena memang tadi ia keramas. Walaupun mereka berdua tidak melakukan adegan malam pemersatu bangsa. Namun hal itu justru menarik perhatian Mas Dewa.

"Pengantin baru cie-cie. Langsung keramas aja nih," goda Mas Dewa.

Lintang pun tersipu malu. "Sudah belah duren apa belum nih, Dek?" goda Mas Dewa kembali.

"Belah duren maksudnya gimana, Mas?" tanya Lintang yang belum paham maksud pertanyaan Dewa. "Aku dan kakak enggak beli durian," imbuhnya.

"Dewa," tegur Mami Sinta agar tak menggoda Alan dan Lintang.

"Haha..." Mas Dewa pun langsung tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Lintang sembari melihat lirikan tajam dari ibunya.

Sedangkan wajah Alan terlihat datar. Walaupun tampak sedikit bersemu merah karena mendengar godaan dari kakak iparnya tersebut.

"Oke, bos. Hamba akan menurut," ucap Mas Dewa kepada Mami Sinta.

"Mi, tadi Kak Alan ngom_pol di kamar hotel." Lintang tiba-tiba berceletuk santai pada keluarganya.

Sedangkan pupil mata Alan seketika melebar usai mendengar ucapan istri kecilnya itu yang terlalu amat sangat jujur, pikirnya.

"Astaga nih bocah kalau ngomong enggak pakai saringan dulu!" batin Alan menggerutu sebal.

Lintang terdidik sebagai anak yang jujur dan tak bisa berbohong. Alhasil semuanya diceritakan oleh Lintang perkara tadi pagi soal Alan yang mengom_pol.

Rasanya saat ini Alan ingin marah pada Lintang karena membuka aib nya di depan keluarga. Tapi, Alan tak bisa berbuat banyak. Tak mungkin membentak sang istri di depan mertua dan kakak iparnya saat ini.

Alan hanya bisa tertunduk menahan malu sekuat tenaganya di depan keluarga Lintang. Mas Dewa justru semakin tertawa kencang.

Papi Aryo menatap tajam putra keduanya itu. Nyali Mas Dewa pun seketika menciut. Akhirnya pria itu berusaha menahan gelak tawanya.

Tentu saja semua orang di sana selain Lintang, sudah mengerti maksud kalimat mengom_pol yang terjadi di kamar pengantin.

"Mas Dewa nakal ih! Jangan ketawain kakak!" seru Lintang yang tak terima pada kakak keduanya itu.

Bahkan ia menepuk cukup kencang pundak Dewa dengan telapak tangannya.

"Aku dulu kan juga masih pakai po_pok dan ngom_pol sewaktu SD. Bener kan, Mi?"

"Iya, Sayang."

"Jadi, kakak enggak salah kok. Mungkin semalam kakak mimpi ke_cebur kolam jadi gak sadar kalau ngom_pol," Lintang tetap berusaha membela Alan di depan Mas Dewa.

"Kolam ikan apa kolam ubur-ubur," ledek Mas Dewa seraya tertawa kecil.

"Sudah-sudah ayo ke sana. Sebentar lagi pesawat Alan waktunya boarding," ujar Mami Sinta.

Mereka pun berjalan ke arah tempat keberangkatan pesawat Alan. Dikarenakan masih ada waktu, Mami Sinta sengaja mengajak Lintang pergi ke area outlet minuman kekinian.

Mas Dewa sedang menerima telepon, sehingga pria itu memilih untuk melipir sejenak ke sudut lain. Kini, tinggal Papi Aryo dan Alan yang duduk berdua saja.

"Lan,"

"Iya, Pi."

"Maafin Lintang. Dia memang perlu banyak bimbingan terutama dari kamu sebagai suaminya,"

Papi Aryo pun meminta maaf pada Alan atas nama putrinya, perkara pembahasan Lintang secara terbuka mengenai hal-hal yang terjadi di kamar hotel tadi pagi.

"Iya, Pi. Tidak apa-apa. Aku mengerti kok. Doakan semoga saya bisa membimbing Lintang menjadi istri yang jauh lebih baik seperti harapan papi-mami,"

"Aku mengandalkan mu, Lan." Papi Aryo menepuk pundak Alan tampak menaruh harapan besar pada menantunya itu.

Bersambung...

🍁🍁🍁

1
kiya
ya sudahlah klo bgtu kelakuan mu lin, terserahmu lah, terima aja nanti klo si alan sesuka hati memperlakukanmu
As Lamiah
emang outour solehot ku ini pinter banget mengulk hati para reders yg baca kisah di setiap karunya mu tour yg selalu nagih nunggu up mu tour
As Lamiah
yaaaa gitudeh kalo bucin akut mah gak bisa marah beneran yg ada takut kehilangan 🤭
FP
terbaik
Eni Istiarsi
namanya juga bocik 😄
kaylla salsabella
alan ada di kamar mandi lin🤭
Teh Euis Tea
hadeuhhh dasar bocil bknnya bikin si alan yg merasa bersalah, makin menjadi tyh si slan di hawatirin makin merasa di atas awan, besok2 pasti di ulang lg
gemes sm si lintang jdnya
Nurminah
kita yg emosi yg buat cerita bikin pelakunya klepek ama spagetti
Nurminah
hadeh
dyah EkaPratiwi
lintang ngambeknya kurang lama
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
ish Lintang ngapain sih nangis nangis...biarin aja siAlan pergi
Nena Anwar
ya nggak lah Lintang SiAlan mana berani marah sama Gendhis, mau bilang nggak suka ponselnya dipegang aja dia takut dengan alasan Gendhis lagi hamil muda masa iya tibang bilang aku gk suka ponselku dipegang kamu Gendhis trus Gendhis keguguran gitu karena kepikiran SiAlan ngomong begitu
Tuti Tyastuti
nah jawab lan
Zuhril Witanto
enggak
Zuhril Witanto
mau ngajak makan malam
Zuhril Witanto
bagus lah gak di kasih
Zuhril Witanto
bagus
Zuhril Witanto
kok Alan jadi pengganti galih
Sri I
keren pokoknya
cecla9
syukurin loe Alam gaib
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!