"Ini putri Bapak, bukan?"
Danuarga Saptaji menahan gusar saat melihat ponsel di tangan gadis muda di hadapannya ini.
"Saya tahu Bapak adalah anggota dewan perwakilan rakyat, nama baik Bapak mesti dijaga, tapi dengan video ini ditangan saya, saya tidak bisa menjamin Bapak bisa tidur dengan tenang!" ancam gadis muda itu lagi.
"Tapi—"
"Saya mau Bapak menikah dengan saya, menggantikan posisi pacar saya yang telah ditiduri putri Bapak!"
What? Alis Danu berjengit saking tak percaya.
"Saya tidak peduli Bapak berkeluarga atau tidak, saya hanya mau Bapak bertanggung jawab atas kelakuan putri Bapak!" sambung gadis itu lagi.
Danu terenyak menatap mata gadis muda ini.
"Jika Bapak tidak mau, maka saya akan menyebarkan video ini di media sosial!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 17. Kakak Madu
Danu masih menahan sisa kemarahannya ketika mendapat telepon dari Mila. Namun, Danu enggan menjawabnya. Hal itu membuat Mila tampaknya enggan menyerah dan terus spam telepon hingga Danu terpaksa harus menjawab telepon tersebut.
Saat melihat Danu menelepon, Beby menatapnya penuh perhitungan. Entah kenapa, melihat Clara datang dan menghinanya, mengganggu hidupnya terus menerus rasanya ia ingin segera membuat wanita itu tutup mulut.
Sepertinya Clara benar-benar senang melihatnya menikahi pria tua dan dianggap itu adalah sebuah penghinaan besar. Membuat Beby malu seumur hidup dan tidak lagi menjadi saingannya, membuat Clara merasa telah menang. Tapi apa ceritanya akan sama jika Beby menggandeng Papinya, lantas menjadi ibu tirinya?
Mereka pasti pingsan. Tapi sepertinya perlu segera diwujudkan.
Makan bakso rasanya belum pernah tidak semenarik ini. Selera makan Beby lenyap, berganti pikiran rumit bagaimana membujuk Danu membawanya ke rumah keluarga besar Danu tanpa kentara dialah yang sangat menginginkan.
Ah, itu sangat memusingkan.
...
Danu memasuki rumah besar Mila sekali lagi.
"Aku harap kamu tidak sibuk hari ini," sambut Mila begitu melihat Danu muncul diruang tengah. "Biar hanya akad, tapi sebaiknya kita mempersiapkan dengan baik acara anak kita."
Tatapan Danu menjadi sangat tidak terbaca oleh Mila ketika mereka saling beradu pandang.
"Mari, masuk." Mila mendahului Danu sebab Danu tidak berkata apa-apa. Meski begitu, tidak membuat Mila berpikir hal ini adalah sebuah pertanda yang tidak baik.
Danu bisa melihat kesibukan orang-orang dari penjahit yang biasa Mila panggil ketika mereka ada acara. Tampak beberapa orang mengepas jas dan kebaya yang Danu tahu harganya tidaklah murah.
"Pak Danu sudah datang, tolong beliau didahulukan." Mila begitu bijaksana dan berwibawa memanggil penjahit agar mengukur Danu lebih dulu. Senyum Mila tak pudar bahkan dengan teliti mengkoreksi detail yang menurut Mila tidak pas.
Danu tampak datar dan banyak berpikir ketika diukur oleh penjahit sehingga dia tidak terlalu memperhatikan apa yang Mila pilih untuknya. Hingga setelah setengah jam berlalu, Danu telah selesai dengan acara menjemukan itu, sehingga ia berniat keluar.
Namun, Mila yang melihat gelagat Danu ingin pergi segera mendekat.
"Apa masih ada acara di luar?" Mila tampak sumringah menatap Danu, tangannya mengait lengan Danu manja.
Danu melihat semua itu tapi tidak merespon sama sekali. "Mila, lepaskan tangan saya!" ujar Danu dingin.
"Akadnya Clara besok sore, jadi sebaiknya tidur di sini saja! Kemarin aku—"
"Mari kita duduk bersama keluarga besar kita di depan."
Mila merasa lega, lalu menyusul keluarga besar mereka yang kini duduk di ruang tengah sembari berbincang-bincang. Minus Clara yang hari ini entah pergi kemana setelah fitting, kedua kakak Clara sekarang berada di antara mereka. Candra dan Cakra.
Danu disambut begitu hangat oleh mereka semua, lalu nimbrung dalam obrolan yang dalam hingga Danu menemukan celah untuk memulai menghaturkan niatnya.
"Mila, mumpung ada Kyai Hasan yang menjadi saksi pernikahan kita, saya ingin menyampaikan niat yang telah saya pendam beberapa waktu lamanya bahwa saya ingin mengembalikan Mila kepada Kyai Hasan selaku kakak paling tua."
Mata Mila sedikit berguncang. Ada rasa sakit yang mendadak menelusup.
"Jadi benar, kamu mau menikah dengan wanita itu, Dan?"
Bahkan Danu tidak mengelak dari tatapan Mila yang terluka itu. "Benar, saya sudah menikah secara sah baik agama dan negara dengan seorang wanita yang saya cintai."
Muliawan dan Kyai Hasan—kakak tertua Mila terbelalak kaget.
"Itu sebabnya, saya memutuskan untuk menceraikan Mila karena sejujurnya saya tidak lagi memiliki perasaan padanya." Ucapan Danu seolah menjawab pandangan semua orang di sini. "Kami tidak pernah mencatatkan pernikahan sampai sekarang, jadi saya pikir cukup dengan kata talak dan disaksikan oleh Kyai Hasan, saya dan Mila tidak punya hubungan apa-apa lagi."
"Danu!" Mila spontan berdiri, menatap Danu tidak terima. "Setelah semua yang aku lakukan untuk mendukung kamu, inikah balasan yang kamu berikan padaku?"
"Mila—"
"Mas Mul, biar saya jelaskan semuanya," sela Danu ketika Muliawan hendak menengahi mereka. Muliawan pasti akan condong ke Mila meski dia menyebutnya menengahi.
"Danu-Danu ...." Kyai Hasan bersuara berat ketika memanggil Danu agar mendekat. Ia tidak ingin ada keributan di sini. "Sini, Nak! Biar Kakakmu ini yang meluruskan semuanya."
Tentu Kyai Hasan memikirkan keluarga Soeroso yang nyaris hancur terkikis jaman. Danulah yang kini menjadi tulang punggung mereka. Kekuatan yang berasal dari wibawa dan kebijaksanaan Danu adalah sumber kehormatan keluarga mereka. Saat ini, tanpa Danu, nama besar Soeroso bahkan tidak bergema lagi.
Kyai Hasan menyadari hal itu, tapi dia pikir semua baik-baik saja melihat perangai Danu yang begitu mengayomi dan menyayangi semua anggota keluarga Soeroso. Jujur saja hal ini sangat mengejutkan bagi Hasan sendiri.
Ketika Danu tiba di sisi Hasan, Hasan mengusap pundak Danu. "Laki-laki boleh beristri lagi lebih dari satu tanpa menceraikan istri pertama. Mas yakin kamu mampu bersikap adil, Danu."
Danu menunduk. Masalahnya bukan disana. Tapi ada pada hatinya yang lelah dijadikan alat dan dimanfaatkan oleh mereka semua. Pun ia mulai menemukan arti hidup sejak melihat Beby. Rasanya, dia ingin terus melihat Beby agar gairah hidupnya menyala kembali. Ia ingin bebas melihat cahaya hatinya itu tanpa ada gangguan dari Mila maupun Clara.
"Mila, kamu mau kan menerima istri Danu dengan tangan terbuka? Toh kalian sudah dewasa." Kyai Hasan sebenarnya maklum akan keputusan Danu, tapi Mila mungkin tidak. Untuk sekarang, inilah keputusan yang terbaik.
Mila menatap semua orang, lalu mengangguk dengan ekspresi terpaksa. "Saya akan terima istri Danu yang baru, akan saya perlakukan dengan baik nantinya."
sampai Danu mencerailan mila dan clara sadar diri bahwa dia hanya anak sambung yg menyianyikan kasih sayang ayah sambungnya 💪
mila mila sombongnya tdk ketulungan sm Danu
merasa dulu cantik anak pejabat