NovelToon NovelToon
Wifi Couple

Wifi Couple

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Idola sekolah
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Auraliv

Albar tak bisa terpisahkan dengan Icha. Karena baginya, gadis itu adalah sumber wifinya.

"Di zaman modern ini, nggak ada manusia yang bisa hidup tanpa wifi. Jadi begitulah hubungan kita!" Albar.

"Gila ya lo! Pergi sana!" Icha.

Icha berusaha keras menghindar Albar yang tak pernah menyerah mengejar cintanya. Bagaimana kelanjutan cerita mereka?

*Update setiap hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auraliv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 - Kado Tak Diundang

Hari ulang tahunnya datang tanpa dentuman kembang api atau pesta meriah. Sesuai permintaan, Icha hanya ingin makan malam keluarga sederhana. Tanpa teman sekolah, tanpa Albar—yang jelas-jelas tak lagi muncul di sekitar hidupnya.

Dan itu seharusnya membuat semuanya lebih tenang… seharusnya.

“Ichaaa, cepetan dong! Udah jam enam!” seru Zio dari bawah tangga.

“Iya, bentar!”

Icha berdiri di depan cermin, memperbaiki poni dan menata ulang kaus putih yang sederhana tapi bersih. Ia tak ingin tampil terlalu heboh, tapi juga tak mau terlihat seperti belum mandi.

Di luar kamar, ibu dan ayah sudah siap. Mereka akan makan di restoran Jepang kecil langganan keluarga, tempat di mana setiap tahun Icha selalu memesan menu yang sama: salmon teriyaki dan es krim matcha.

Begitu sampai di restoran, suasana langsung terasa hangat. Lampu-lampu gantung bernuansa kayu dan aroma kaldu memenuhi udara.

Pelayan mengantar mereka ke meja sudut yang sudah dipesan sebelumnya.

“Wah, rame juga malam ini ya,” kata Ayah sambil melihat sekeliling.

Icha duduk di pojok, bersebelahan dengan Zio yang langsung mengambil buku menu dan menunjuk gambar sushi paling besar.

Makan malam dimulai seperti biasa. Obrolan ringan. Tawa. Sedikit sindiran dari Zio soal umur Icha yang "udah tua". Tapi di tengah semua itu, tiba-tiba seorang pelayan datang membawa sesuatu yang tidak biasa.

Sebuah kotak kado berwarna biru dongker, dihias pita emas.

“Ini… untuk Mbak Icha,” kata pelayan itu sopan.

Mata Icha membulat. “Hah? Tapi saya gak—”

“Katanya dikirim tadi siang, untuk disampaikan pas jam makan malam,” jelas si pelayan.

Icha memandang kado itu sejenak, bingung.

“Siapa yang ngirim?” tanya Ibunya, penasaran.

Icha membuka kartu kecil yang terpasang di pita. Di situ hanya tertulis satu kalimat:

“Selamat ulang tahun. Maaf kalau gue gak bisa jadi gangguan favorit lo lagi.”

Tanpa nama. Tapi Icha tahu persis tulisan siapa itu.

Tangannya sedikit bergetar saat membuka kotak. Di dalamnya ada benda yang ia kenal sangat baik: sebuah power bank lucu berbentuk panda—benda yang dulu sering ia pinjam dari Albar saat baterainya habis dan ia malas bawa charger.

Dan di bawahnya, ada satu lagi benda: selembar foto polaroid dari acara lomba musik, saat Albar berada di panggung, dan—entah siapa yang memotret—tampak siluet dirinya berdiri jauh di belakang.

Matanya memanas.

Dia tidak mengundang Albar. Tapi cowok itu masih muncul, bahkan ketika sudah tak mengusik seperti dulu.

Zio berseru, “Eh, itu cowok yang suka ganggu Kak Icha kan?! Wah, dia keren juga ya. Kirim kado gituan.”

Icha buru-buru menyimpan kotak itu ke tasnya. “Makan, yuk. Es krimnya keburu cair.”

Tapi semua sudah tahu, dia tidak sedang memikirkan es krim.

Malam itu, saat sudah kembali ke rumah dan semua tertidur, Icha duduk di kamarnya dengan lampu temaram. Ia menatap foto polaroid itu lama.

“Kenapa sih, lo gak bisa hilang sekalian?”

Tapi hati kecilnya menjawab:

“Karena lo yang nggak pengen dia beneran hilang.”

Ponselnya bergetar.

Pesan dari Dinda masuk.

Tebak siapa yang gak masuk sekolah hari ini? Si Albar! Padahal Reina nanyain dia terus.

Icha diam sejenak. Lalu membalas:

Dia sibuk mungkin.

Atau sakit hati karena lo ngacangin terus?

Gue gak minta dia ngirim kado.

Tapi lo seneng, kan?

Icha menutup layar. Tidak menjawab. Tapi senyumnya perlahan muncul, walau hanya sedikit.

Keesokan harinya di sekolah, suasana terasa lebih ramai dari biasanya. Banyak siswa baru masuk ekskul, termasuk Reina yang semakin sering kelihatan ngobrol sama Dinda sekarang—mungkin mencoba cari tahu soal Icha.

Saat istirahat, Icha duduk sendirian di bangku taman sekolah.

Ia membuka ponsel, menatap nama di daftar kontak: Albar Wifi Gratis.

Namanya masih tersimpan. Masih belum dihapus, walau sekarang tak pernah menghubungi.

Dan tanpa pikir panjang, Icha mengetik pesan:

Makasih kadonya.

Ia hampir mengirim. Tapi jari-jarinya berhenti. Lalu ia hapus, ganti kalimat:

Lo gak ganggu lagi. Tapi kok justru bikin sepi, ya?

Ia menatap layar itu lama. Lalu akhirnya hanya menulis:

Gue suka kadonya.

Dan tekan kirim.

Tak ada balasan malam itu.

Tapi buat Icha, mengetik pesan itu saja sudah membuat dadanya terasa sedikit lebih ringan.

Untuk pertama kalinya sejak lama, ia tak lagi menyangkal: ia memang merindukan gangguan itu.

Dan mungkin… mulai berharap gangguan itu kembali.

1
Sari Kumala
bucin ini
Kristina Sinambela
keren
Kristina Sinambela
keren ceritanya
Kristina Sinambela
bagus seru
Kristina Sinambela
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!