Soul-verse Beast adalah sebuah game MMORPG yg populer tidak hanya gamenya yang asik, tapi juga game ini memberikan kesempatan akses bagi para player untuk bermain secara realtime!
Soul-verse Beast game yg memiliki 5 elemen yaitu; Api, Air, Tanah dan Cahaya. Juga elemen kegelapan yg bisa beresonansi menjadi elemen unik, seperti; Angin, Es dan petir.
Game Soul-verse Beast sudah berusia 2 tahun mengguncang dunia karena setiap update patch 2 bulan sekali mereka melakukan pemilihan bagi semua player yg beruntung dapat bermain game Soul-verse Beast secara realtime. Dan pemeran utama dalam cerita ini Wazeng dan Vogaz, mendapatkan keberuntungan itu!
Perjalanan dimulai, apa saja yang akan mereka lakukan disana? Dan, apa mereka akan mendapatkan kehidupan yg lebih berwarna dalam dunia game? Ikuti cerita mereka menjelajah dunia Soul-verse Beast!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MoonShape, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan
Kristal besar di tengah ruangan bersinar biru lembut. Wazeng menekan ikon 'kembali' pada tab hologramnya. Satu per satu, tubuh mereka diselimuti cahaya teleportasi dan tertarik sampai keluar dungeon.
Cahaya matahari senja menyapu jalanan berbatu di luar dungeon. Pohon-pohon bergoyang pelan di tengah hembusan angin. Mereka berjalan pulang menuju Kota Ravathen.
Hazuki memegangi kepala, sedikit merasa pusing karena baru bangkit "Rasanya... masih sedikit pusing, tapi... aku penasaran bagaimana boss itu bisa mati... padahal jelas sekali aku langsung teleport kembali sesaat setelah respawn di luar dungeon..."
Eimi mendengus bangga sambil membusungkan dada "Dua boss sekaligus! Kau lihat wajah si kadal dan si kalajengking waktu aku meledakkan mereka? Kayak FWOOSSHH, JEDERRR!" Eimi yang kegirangan bahkan sampai memperagakannya dengan merentangkan tangan.
"Kalau mereka punya wajah. Tapi ya... efeknya keren." Vogaz menimpal
Wazeng hanya terkekeh, ia kemudian membuka tab hologram melihat statistik tim "Level kalian naik. Gear baru, skill baru... Ini hasil keras kalian. Dan besok kita akan menuju Hidden Cavern, dungeon kedua yg aku pilih!" ucapnya tegas penuh rasa percaya.
Mereka terus berjalan hingga tiba di kota— suasana damai dengan angin sepoi sepoi yang membawa dedaunan kecil dari hutan menyapu rasa lelah mereka— mereka pun melanjutkan langkah sampai tiba di penginapan Ember Inn.
Pintu kayu terbuka. Hangat, tenang, dan punya aroma Lavender dari ruang utama. NPC Resepsionis menyapa singkat dan memberikan kunci kamar mereka 2-A dan 2-B
...----------------...
...----------------...
Eimi duduk di atas tempat tidurnya, mengenakan piyama sederhana, ia sedang mengelap tongkat sihir barunya dengan kain lembut— dia bahkan tak bisa menyembunyikan wajah girangnya.
Hazuki duduk di lantai, bersandar ke ranjang sambil memijat lengan dan bahunya yang pegal "Aku nggak tahu... ternyata ngehajar kalajengking raksasa itu bikin bahu serasa dihantam golem." keluh Hazuki.
Eimi tertawa main main "Makanya... pakai sihir. Cuma ayun tongkat, lalu... boom, jederrr..."
Hazuki menoleh, matanya menyipit "Sihir itu butuh MP. Tapi tinju Gratis seumur hidup." Ia tersenyum bangga meski pipinya masih sedikit lebam.
"Tapi jujur, kamu keren banget waktu lompat tinggi terus ngasih tinju api ke kepala si kadal. Aku sampai lupa napas."
Hazuki sedikit tercengang, ia tak mengharapkan pujian itu, namun bibirnya melengkung tipis berusaha membalas pujian Eimi "Kamu juga. Walau aku gak liat gimana bossnya mati... tapi, dari reaksi Wazeng dan Vogaz sudah jelas kalau kamu melakukan hal gila, kan?"
"Yah... iya sih, tapi aku juga nggak yakin. Itu seperti sihir yg tak bisa kupakai lagi." Eimi memandang hiasan bulan pada tongkatnya "Tapi... rasanya muncul begitu saja. Kayak... aku cuma ingin melindungimu."
"Dunia ini aneh ya... Satu hari kita dipukul monster, hari berikutnya kita berbagi roti dan selimut. Sampai menumbangkan dua boss mengerikan itu..." gumam Hazuki masih memeijat bahunya sendiri.
Eimi tersenyum lembut, lalu turun dari tempat tidur kemudian duduk di sebelah Hazuki "Itu artinya kita cocok jadi partner." dia menyandarkan kepalanya pada pundak Hazuki.
Hazuki berpura-pura mengeluh "Partner yang harus berbagi kamar sempit."
"Kamar sempit... tapi banyak cerita." bisik Eimi bersandar di bahu Hazuki— Hazuki pelan merangkul bahunya "Kau... terasa sungguh seperti adik ku." gumamnya
...----------------...
...----------------...
...----------------...
Di kamar sebelah, Wazeng dan Vogaz duduk menyilangkan kaki di kursi balkon, ditemani dengan sinar lembut dari bulan, juga Tab hologram yg menyala redup di hadapan mereka.
Vogaz menyeruput teh herbal dari botol kaleng "Gila juga, ya. Mereka benar-benar bertarung sampai habis-habisan. Eimi bahkan... berubah."
Wazeng menatap langit di kejauhan "Eimi berubah. Hazuki lebih tenang."
"Kau yakin mereka siap?" tanya Vogaz, menyilangkan tangan di belakang kepala.
Wazeng memejamkan mata sejenak "Setelah apa yang kita lewati tadi? Ya. Mereka siap."
...----------------...
...----------------...
...(Maksud Vogaz "siap" untuk dungeon berikutnya dengan level lebih tinggi... Bukan dungeon Fenrir ^_^)...
...----------------...
...----------------...
...Mereka tidur bersiap untuk esok hari...
...----------------...
...----------------...
Cahaya matahari pagi masuk lembut lewat jendela kaca yang sedikit berembun. Suara burung kecil dan roda gerobak pedagang NPC terdengar samar dari jalanan kota.
Di dalam kamar, Hazuki mengikat rambutnya ke belakang dengan ikat kepala yang dibelinya bersamaan dengan armor, sambil berkaca pada cermin "Mhm... cocok."
Eimi duduk di tepi ranjang dengan mata berat setengah mengantuk "...Kakak terlihat imut." lirihnya pelan sambil menguap.
Hazuki sedikit malu tapi dia berpura pura serius "Itu cuma buff tambahan. Skill utamanya tetap tinju api!"
Eimi tertawa kecil. Ia kemudian mencuci wajahnya dan mereka pun bergegas keluar kamar.
Wazeng dan Vogaz sudah duduk di teras meja panjang— saling berseberangan, masing masing dengan roti panggang dan minuman teh hitam panas. Wazeng membaca peta hologram kecil yang melayang di atas meja.
"Dungeon berikutnya terletak di sisi barat pegunungan Glenmor. Lebih jauh daripada Raventusk Hollow kemarin. Dungeon ini berlevel 40–50. Monster tipe biasa." Wazeng mengumumkan lalu memakan roti, nyam nyam
Vogaz sambil mengunyah pelan "Tak ada laporan aneh sejauh ini. Tapi... kau tahu sendiri, Zeng. Laporan bukan jaminan."
Wazeng mengangguk menelam roti "Karena itu kita tetap awasi semuanya. Kita harus tetap waspada kalau terjadi insiden seperti dulu."
Eimi dan Hazuki tiba sambil menyapa singkat lalu duduk. Di samping Wazeng dan Vogaz
Eimi mengambil satu potong roti "Dungeon kedua ya... rasanya kayak naik kelas!" nyam nyam.
Hazuki sedikit melirik ke arah jalanan "Aku harap isinya nggak monster kalajengking lagi. Kemarin aku nyaris kehabisan napas karena udara racunnya." nyam nyam
"Kalau itu terjadi lagi, tinggal tonjok mukanya, kan kau ahli." balas Vogaz lalu menyeruput teh.
Hazuki sambil mengunyah roti "Sudah pasti. Aku lebih kuat sekarang!"
"Kau memang lebih kuat... tidak..." Wazeng menggeleng pelan "Tapi kalian berdua sudah bertambah kuat."
...----------------...
...----------------...
...----------------...
Beberapa saat kemudian, di depan gerbang kota Ravathen sebelah barat Tim Kage no Hikari berkumpul. Mereka tampak lebih tajam di bawah cahaya pagi. Eimi dengan tongkat sihir barunya yang berhiaskan kristal bercahaya, Hazuki dengan gauntlet berapi, dan Wazeng serta Vogaz dalam mantel yang tertutup.
Wazeng mengaktifkan hologram penunjuk arah "Waktu tempuh sekitar dua jam(?)" ia sedikit ragu. "Jalanan berbatu, tapi stabil. Kalau kita berangkat sekarang, kita bisa sampai sebelum siang."
Eimi mengangkat tangan bersemangat "Ayo~! Ayo~! Hidden Cavern menunggu kita!"
Mereka pun melangkah keluar dari gerbang kota. Di iringi dengan sinar matahari pagi, dunia masih luas. Dan petualangan berikutnya baru saja dimulai.
...----------------...
...----------------...
Mereka berjalan menyusuri jalanan bebatuan, pepohonan hijau tinggi mengapit jalan kecil. Di kejauhan, siluet tebing Glenmor sudah mulai terlihat.
Eimi sedikit mencolek Wazeng "Zeng~ dungeon ini nggak ada... kejutan super kayak Raventusk kemarin kan?" entah kenapa semangatnya tiba tiba hilang, 𝓐𝓾𝓽𝓱𝓸𝓻 pun bingung.
"Kalau ada, kita hadapi. Tapi, kuperiksa ulang sistemnya tadi malam... Tak ada anomaly log di Hidden Cavern... Belum."
Hazuki sedikit terkejut "...‘Belum’ itu kata yang buruk."
Langkah mereka perlahan melambat ketika mulai menurun ke arah ngarai sempit. Kabut tipis mulai muncul di sekitar jalan masuk Goa yang menganga gelap di antara dua batu besar.
Wazeng berhenti tepat di depan pintu masuk goa "Oke. Saatnya evaluasi cepat sebelum masuk. Kita periksa semuanya: status tim, equipment, item cadangan, dan anomali." Semua membuka Tab hologram masing masing
...Wazeng – Lv.48 – (Assassin Dagger) HP 30.000 / 30.000 | MP 100%...
...Vogaz – Lv.47 – (Assasin Dagger) HP 30.000 / 30.000 | MP 100%...
...Hazuki – Lv.41 – (Fighter Gauntlet) 27.500 / 27.500 | MP 100%...
...Eimi – Lv.37 – (Magic Support, Moon Staff) 25.000 / 25.000...
Wazeng menyentuh dinding gua, lalu pintu dungeon terbuka perlahan, jamur bercahaya mulai menampakan jalanan sempit di dalam "Tidak ada anomali. Ini... dungeon biasa... Formasi seperti sebelumnya, kalau boss kita gunakan formasi Hazuki depan, Aku dan Vogaz samping, Eimi di tengah. Tapi kalau hanya monster kecil kita akan membagi rata sesuai jumlah." perintahnya tegas.
Tanpa banyak kata, hanya dengan saling menukar anggukan mereka melangkah masuk ke Hidden Cavern. Lampu sihir biru menyala di dinding alami gua itu, dan langkah mereka mulai bergema di lorong sempit berlapis kabut tipis.
...----------------...
...[Hidden Cavern Lantai 1/3]...
...----------------...
...----------------...
"Dunianya (sera) terhenti......"
Gimana tuu kak, kalo emang gitu sorry udah kasih kritik hehe