Zhang Jian adalah Pangeran, pendekar, pembual, dan penegak keadilan yang suka bikin onar.
Dia bukan murid biasa di Sekte Kunlun, ia datang membawa warisan legendaris: Cincin Naga Langit, peninggalan Siluman Naga dari dunia lain yang membuatnya kebal terhadap serangan Qi dan nyaris tak terkalahkan.
Akan tetapi, tak ada kekuatan yang abadi.
Cincin itu hanya akan melindunginya selama sepuluh tahun. Setelah itu? Dia akan menjadi sasaran empuk di dunia yang tak mengenal belas kasihan. Dunia di mana para pendekar saling menyingkirkan demi kejayaan sekte, harta karun langit, dan ramalan kuno yang bisa mengguncang tatanan alam.
Ketika Sekte Demon mengancam kehancuran dunia, Zhang Jian harus memilih: tetap menjadi bayangan dari kekuatan pinjaman, atau membuka jalan sendiri sebagai pendekar sejati.
Langit tak akan selamanya berpihak.
Bisakah seorang pembual menjadi legenda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bang Regar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Xiao Mei Gelisah Karena Tidak Bisa Menyerap Qi
“Hei, kau! Dasar murid baru tidak tahu rasa bersyukur!” Gadis muda berdada rata tiba-tiba muncul. “Kami di dapur membuat roti itu dengan sepenuh hati, kau yang hanya tinggal makan saja hanya pandai mengeluh. Kalau kau tidak mau memakannya, maka keluar saja dari restoran ini!”
Zhang Jian tertegun, berani sekali seorang gadis muda yang mungkin baru berusia 15 tahun terus-menerus menempelkan spatula ke keningnya.
“Ma-maaf senior, bos kami ini dibesarkan di lingkungan istana sehingga ia tidak terbiasa makan roti ker—” Lu Han ingin meminta maaf, tetapi raut wajah gadis itu langsung berubah saat Lu Han hendak mengatakan roti itu sangat keras.
“Kalau kalian ingin makanan yang enak, maka gunakan Poin Sekte yang banyak. Jangan datang kemari kalau tidak memiliki Poin Sekte!” gerutu gadis itu.
Paaaaang!
Sebuah wajan membentur kepala gadis itu, lalu seorang pemuda tampan muncul sembari tersenyum hangat. Dia menangkupkan tinju untuk menunjukkan rasa hormat.
“Tolong maafkan ucapan nyeleneh junior Yu, ia baru menjalankan misi sebagai juru masak selama dua hari. Akan tetapi ia lebih banyak mengeluh dari pada bekerja,” kata pemuda tampan tersebut.
“Teganya kau senior Ye Guang. Aku sudah bekerja dengan sepenuh hati, tapi kau malah membela orang asing ini!” gerutu gadis remaja bernama Ye Yu tersebut.
“Kembalilah ke dapur, jangan membuat masalah lagi.” Ye Guang menegur Ye Yu, lalu menoleh ke arah Zhang Jian. “Kalian sepertinya murid baru dari Puncak Matahari, kebetulan aku juga dari sana. Kalau kalian mengalami kesulitan dalam berkultivasi, maka datanglah ke gua batu sebelah timur. Aku tinggal di Faksi Duan Xiuyuan.”
Zhang Jian menangkupkan tinju untuk menunjukkan rasa hormat. “Terimakasih atas saran senior Guang. Jika kami mengalami kendala dalam berkultivasi, maka kami akan mengunjungi faksi senior. Kebetulan juga beberapa rekan dari Kerajaan kami juga anggota faksi Duan Xiuyuan.”
Yang dimaksud oleh Zhang Jian adalah para murid-murid baru dari Klan besar Kerajaan Naga Agung. Mereka semua bergabung dengan faksi Duan Xiuyuan setelah dihajar hingga babak belur oleh Yan Zhaoge.
“Aku akan menunggu kedatangan kalian,” sahut Ye Guang segera kembali ke dapur.
Dia menganggap Zhang Jian pemuda yang menarik. Ini pertama kali ia melihat ada murid baru yang berani berkonflik dengan faksi kuat. Murid langsung Ketua Sekte saja pas pertama kali datang ke Kunlun tetap menundukkan kepalanya pada faksi kuat demi bertahan hidup agar tidak di-bully oleh murid senior.
“Senior Ye Guang sangat baik sekali, tidak seperti senior lain yang menganggap murid-murid baru seperti seekor semut,” puji Zhang Lin, anggota Klan Kerajaan yang memiliki Akar Spritual level menengah.
Ayahnya merupakan seorang Jenderal yang sering melatih dirinya, Zhang Jian, dan anak-anak muda Klan Zhang seni beladiri.
Sama seperti Zhang Yilan, ia dan anggota Klan Zhang lainnya memiliki misi rahasia melindungi sang pangeran selama berada di Sekte Kunlun walau pada akhirnya ternyata mereka yang harus dilindungi oleh Zhang Jian.
“Ya, senior Ye Guang memang baik sekali walaupun juniornya sangat menyebalkan,” sahut Xiao Mei masih kesal pangerannya dilempar spatula oleh Ye Yu.
“Baiklah, cepat habiskan roti kalian supaya kita segera kembali ke goa batu. Kita harus segera berkultivasi agar memiliki kekuatan untuk menghadapi musuh dan bisa mengambil misi,” sahut Zhang Jian.
Cukup sekali ini saja ia makan roti yang sangat keras ini. Giginya sampai ngilu karena memaksa mengunyah roti tersebut.
Sayang sekali, Poin Sekte tidak bisa direbut dari murid-murid lain seperti Batu Spritual. Mungkin untuk mencegah murid lebih kuat mengambil semua Poin Sekte murid lemah, kalau hal itu terjadi maka murid-murid lemah itu tidak akan bisa membeli tehnik beladiri level tinggi.
...***...
Keesokan paginya di Puncak Matahari, kabut tipis masih menyelimuti lereng gunung. Cahaya matahari yang menyelinap di antara pepohonan menyinari wajah Zhang Jian yang tengah duduk bersila di depan goa batu miliknya. Tubuhnya tenang, nafasnya mengalir perlahan, dan aliran Qi dari Batu Spritual mengalir masuk ke Dantiannya, telur Roh Binatang Mistis perlahan-lahan mulai bersinar samar.
“Akhirnya,” gumam Zhang Jian bahagia.
Dia telah berhasil mengalirkan Qi ke dalam telur Roh Binatang Mistis. Sebuah pencapaian awal yang sangat penting dalam perjalanan Kultivasi seorang pemilik Roh Binatang Mistis. Qi-nya mulai menyesuaikan diri dengan energi roh yang tertidur di dalam telur tersebut.
Tidak hanya itu, di hari kedua sejak ia menerima gulungan teknik dasar. Zhang Jian berhasil menguasai tiga teknik sekaligus; teknik elemen lumpur, elemen tanaman merambat, dan elemen pasir. Meski ketiganya berasal dari Akar Spritual level rendah, itu merupakan pencapaian yang luar biasa baginya.
“Jika saja ada teknik elemen air,” pikir Zhang Jian sambil menghela nafas panjang. Elemen air adalah akar spiritual utamanya.
Namun sayangnya, Sekte Kunlun tidak menyediakan teknik dasar untuk elemen air. Alasannya sederhana—elemen air dianggap kurang berguna dalam pertarungan agresif. Sebuah anggapan yang membuat Zhang Jian diam-diam mengejek sistem pelatihan yang terlalu terpaku pada kekuatan ofensif.
Adapun teknik ilusi, salah satu elemen spesial miliknya masih sulit dipahami. Energinya tidak stabil, sulit dikendalikan, dan membutuhkan kondisi mental yang sangat tenang. Zhang Jian sadar, teknik ini membutuhkan waktu dan pengalaman serta tidak bisa dikultivasikan secara tergesa-gesa.
Batas waktu tiga hari yang ditetapkan Tetua Kedua pun tiba. Semua murid baru yang memiliki Akar Spiritual level rendah telah berhasil menyerap dan mengumpulkan Qi, kecuali Xiao Mei.
Gadis kecil itu duduk meringkuk di pojokan goa. Air matanya berlinang sejak matahari terbit. Tangannya menggenggam gulungan teknik dasar, tapi tubuhnya sama sekali tak merespon ajaran di dalamnya.
“Kenapa? Kenapa aku tidak bisa seperti yang lain?” ucapnya pelan.
Zhang Jian menghampiri dan mengusap kepalanya.
“Mei Mei, kamu sudah melakukan yang terbaik. Jangan menangis lagi, ya? Aku janji, kamu tidak akan dikeluarkan dari Sekte Kunlun. Selama aku masih di sini, kamu akan tetap aman.”
Xiao Mei mengangguk, meski air matanya belum berhenti.
Zhang Jian merenung dan menduga alasan Xiao Mei tidak mampu menyerap Qi mungkin karena ia tidak memiliki elemen dasar. Biasanya pemilik Roh Binatang Mistis memiliki Akar Spiritual ganda, tapi mungkin belum muncul karena usia Xiao Mei yang masih sangat muda.
Untuk sementara Zhang Jian menyuruh rekan-rekannya pergi mengambil gulungan teknik dasar masing-masing ke Tetua Kedua. Dia juga berpesan agar mereka tidak menyebutkan kondisi Xiao Mei.
Beberapa waktu kemudian, mereka kembali sambil membawa gulungan masing-masing.
“Tetua Kedua tidak menanyakan Xiao Mei,” kata Lu Han. “Sepertinya beliau sudah lupa atau mengira semua murid sudah berhasil menyerap Qi.”
“Syukurlah,” sahut Zhang Jian sambil menghela napas lega.
Mereka juga menyampaikan kabar baru bahwa Zhou Fan telah mencapai Ranah Pembentukan Fondasi Tingkat Satu. Sebuah pencapaian luar biasa dalam waktu kurang dari seminggu.
Zhang Jian terkejut mendengarnya, ia baru berada di Ranah Qi Meng—ranah paling dasar dalam perjalanan Kultivasi tapi murid inti sudah melanglang ke Ranah Pembentukan Fondasi Tingkat Satu.
Dia merasa kesenjangan bakat antara yang jenius dengan yang biasa-biasa saja terlalu besar. Namun, tiba-tiba ia teringat sebenarnya Akar Spritual utamanya juga level tinggi. Apakah karena elemen air tidak berguna, makanya bakatnya ikut lemah juga?