Di cerai karena anak yang dia lahirkan meninggal, membuat hati Adelia semakin terpuruk, akan tetapi beberapa hari kemudian, dia di minta untuk menjadi ibu susu anak CEO di tempatnya bekerja, karena memang dirinya di ketahui mempunyai ASI yang melimpah.
Apakah Adelia mampu menyembuhkan lukanya melalui bayi yang saat ini dia susui? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelajaran Hidup.
Shofia hanya menangisi kepergian Arthur, di dalam benaknya tersimpan rasa bersalah, tapi bukan penyesalan, ia sudah memilih jalan menurut versinya sendiri, bahkan ia sudah mengorbankan semuanya, untuk menempuh jalan yang baru.
"Masa lalu sudah selesai, saatnya menatap masa depan, Pricilia kau ku kubur bersama dengan anganku dan sekarang kau adalah Shofia ... Nama baru yang akan membawaku kedalam kehidupan baru," ujar Shofia.
*******
Arthur pulang dengan membawa segenggam luka dan kekecewaan pria itu tidak pernah menyangka jika kesalahannya di masa lalu akan membawanya ke dalam kehidupan yang rumit, dia tidak pernah berpikir istrinya akan berbuat sejauh itu, memalsukan identitas kematiannya hanya kerena sudah tidak betah menjalani biduk rumah tangga dengannya.
"Kau sekarang sudah bebas dari duniaku, baiklah, surat perceraian kita sudah menanti," ucap Arthur dengan segala kelapangan hatinya.
Arthur mulai berjalan menapaki trotoar, suara bising kendaraan menjadi saksi bisu bagaimana perjuangannya menemukan sebuah fakta baru, ya fakta bahwa dirinya sudah gagal menjadi seorang suami, bahkan kepergian Sisi dengan cara yang menyedihkan dan penuh emosional.
Akan tetapi hidupnya tidak berakhir sampai di sini, dia masih punya harapan kepada seorang bayi yang saat ini pertumbuhannya semakin baik, karena sudah menemukan ibu susu yang tepat.
"Dalton, kau tidak kehilangan sosok ibu Nak, kau punya Ibu Adel yang bisa menyayangimu setulus hatimu, tenang saja, jika kau memang tidak mau pisah dengan Ibu Adel, Daddy akan mengikatnya seumur hidup," ucap Arthur sendiri.
Tanpa sadar Arthur berucap seperti itu, padahal dia dan Adel tidak memiliki hubungan apa-apa, entah ucapannya itu suatu kebetulan semata atau hanya pelampiasan amarahnya saja, entahlah tidak ada yang tahu dengan takdir manusia.
*********
Sedangkan di Indonesia sana, Malam mulai larut, suasana kamar rumah sakit terasa hening, membuat tidur seorang bayi mungil itu begitu nyenyak tanpa rewel sama sekali, Adel, mulai terbangun dari tidurnya, di jam seperti ini, ia selalu terbangun karena merasa sesak dan nyeri di area buah dadanya, meskipun ASI nya sudah tersalurkan akan tetapi tak membuatnya berkurang sama sekali, bahkan air susunya itu tetap mengalir deras jika sang anak susu mulai berhenti menyedotnya seperti ini.
"Aaaau ... Sakit sekali, kalau di pompa sayang, nanti Dalton tidak mau meminumnya melalui botol," ucap Adel yang serba salah.
Ketika dirinya mulai menahan rasa nyeri yang menyiksa tiba-tiba saja ia mendapatkan pesan dari kota Manhattan sana.
Arthur : "Adel, semoga kau selalu menjadi ibu yang baik untuk Dalton ibu yang penuh ketenangan, dan juga menjadi sosok yang dibutukan oleh Dalton, jangan pernah tinggalkan makhluk kecil itu, semoga kedepannya kau semakin kompak bersama Dalton, salam rindu untuk kalian." Arthur.
Pesan singkat itu membuat Adel, terharu entah kenapa pesan itu bukan hanya seperti pesan biasa, di situ mengandung arti yang terdalam antara harapan dan luka, entah apa yang saat ini terjadi oleh pria di luar benua sana.
Adel: "Tuan ... Anda baik-baik saja?" Balas Adel dengan cepat.
Arthur: "Aku baik-baik saja, semuanya sudah selesai, mungkin besok aku sudah pulang ke Indonesia, jaga Dalton ya," sahut Arthur di dalam pesannya itu.
Adel: "Itu pasti Tuan ....," balas Adel.
Selesai bertukar pesan Adel merasakan ada sesuatu yang saat ini tengah di alami oleh atasannya itu, sebagai seorang pekerja Adel tidak mau terlalu ikut campur ataupun terlibat dalam urusan atasannya itu secara mendalam, karena ia takut terjebak perasaan yang nantinya akan membuatnya sakit hati.
"Ah, semoga saja Tuan Alex selalu baik-baik saja, di jauhkan dari orang-orang yang ingin menyakitinya," gumam Adel.
Bayi mungil itu sedikit merengek, kepalanya mulai berbelok ke kiri dan ke kanan seolah ada sesuatu yang ingin ia cari, nafasnya mulai memburu, dan tangisan yang awalnya lirih hampir tidak terdengar, sekarang berubah menjadi kencang, karena sedari tadi merasa tidak menemukan apa yang di cari.
Adek segera menaruh handphone nya di nakas, wanita itu mulai mengangkat tubuh mungil itu ke dalam dekapannya, sambil berkata.
"Sabar ya Nak, ini susunya," ucap Adel sambil mengeluarkan sumber makanan bayi itu di balik baju putihnya.
Tanpa aba-aba, bayi itu langsung menemukan sumber makanannya itu, sesapan begitu cepat nafasnya memburu, bahkan tangisnya masih tersisa, dan hal itu yang membuat Adel tertawa melihat anak susunya yang begitu lahap.
"Ya ampun kau begitu lucu Nak," ucap Adel, sambil terkikik sendiri melihat tingkah bayi yang menjadi penguasa buah melonnya itu.
*******
Keesokan harinya.
Langit cerah di kota Manhattan membuat langkah kaki Arthur harus terus melangkah maju untuk meninggalkan kota yang penuh misteri dan jawaban, di kota inilah iya menemukan akhir dari sebuah isu yang menyebabkan dia harus mendatangi tempat ini.
Mobil yang membawanya kini sudah berhenti di bandara internasional JFK, langkahnya terus berjalan di tengah-tengah kerumunan manusia, pandangannya terlihat tegas, akan tetapi di balik ketegasan itu menyimpan sebuah luka dan rasa bersalah, tepatnya rasa bersalah yang akhirnya menjadi luka.
Pesawat mulai mengudara, membawanya terbang hingga ke cakrawala, saat ini tatapannya begitu kosong, menatap lapisan awan putih di balik jendela pesawat, entah ia akan sanggup mengakhir peristiwa hidup yang nantinya akan menjadi sebuah rahasia besar yang akan menjadi asing untuk anaknya.
"Aku tidak memisahkan kalian ... Bahkan aku ingin menjemputmu untuk kembali kepada anakmu ... Tapi sayang usahaku gagal ... Dan kau lebih memilih dengan hidup baru dan identitas baru, selamat tinggal Sisi, maafkan jika aku tidak bisa menjadi suami yang baik, pada saat ini aku sudah membebaskan mu dari belenggu hidup yang selama ini kau pikul," gumam Arthur.
******
29 jam kemudian pesawat mulai landing di bandara Soekarno Hatta. Di sini Arthur mulai menapaki kembali kota kelahirannya, dengan semangat penuh pria itu mulai mencoba bangkit dan mengubur dalam-dalam sebuah kenangan pahit yang terjadi di kota Manhattan.
"Aku harus bisa perjalananku masih panjang, dan kau Dalton Daddy akan selalu menjadi yang terbaik dan melakukan yang terbaik untuk mu, karena kamu merupakan kesempatan kedua yang tidak akan pernah Daddy sia-siakan.
Manusia memang tepatnya salah dan dosa, dari sebuah perjalanan hidupnya, Arthur mulai menemukan pelajaran baru, yang mana kejadian dari Sisi benar-benar membuka hatinya untuk selalu menghargai pasangan ataupun partner hidupnya nanti.
"Semua sudah terjadi dan akan berlalu dengan sendirinya, anakku Dalton ... Daddy sudah pulang," ucapnya dengan penuh senyuman yang berarti.
Bersambung ....
vote pun udah meluncur lho