Kevin Xander AdiJaya adalah cowok yang sangat susah mendapatkan kebahagiaan yang tulus dalam hidupnya. Kevin selalu di setir oleh papah angkatnya sehingga membuatnya menjadi sangat muak dan memutuskan untuk pergi dari rumah.
Namun Kevin masih bertahan sejauh ini karena ada satu wanita di hidupnya, yaitu Adara Syila Alterina. Namun Kevin selalu gengsi menunjukan perasaannya kepada Dara, jadi ia selalu mencari cara agar bisa ribut dengan Dara.
Sampai suatu hari ada sepasang suami istri yang mengaku sebagai orang tua kandung Kevin, siapakah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red sage, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belajar Matematika Malah Tumbuh Cinta
Pagi itu, suasana kelas begitu tenang. Matahari baru saja naik, menyinari ruangan lewat celah-celah jendela yang setengah terbuka.
Di depan kelas, seorang guru laki-laki berna Budi sedang berdiri tegak di dekat papan tulis, menjelaskan materi matematika dengan suara tenang namun tegas.
“Sekarang, coba kita kerjakan satu soal ini,” ucapnya sambil menuliskan angka-angka di papan tulis.
Setelah selesai, ia berbalik dan menatap murid-muridnya. “Siapa yang mau mencoba menyelesaikan soal ini?”
Kelas hening, tak satu tangan pun terangkat. Beberapa murid hanya menunduk, berpura-pura sibuk mencatat. Yang lain melirik jam dinding, berharap waktu cepat berlalu.
Pak Budi menghela napas pelan. “Kalau tidak ada yang mau, saya tunjuk saja, ya.”
Pandangan matanya menyapu seluruh ruangan sebelum akhirnya berhenti pada satu nama. “Dara.”
Dara yang sedang mencoret-coret ujung bukunya langsung mendongak. Matanya melebar, lalu ia menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi dramatis.
“Saya, pak? Serius nih?” tanyanya dengan gaya kocak, membuat beberapa teman di sekitarnya tertawa kecil.
“Iya, kamu, Dara. Ayo, maju ke depan,” jawab Pak Budi sambil tersenyum jahad.
Dara pun berdiri, berjalan santai ke depan kelas. Ia sempat berpose sok percaya diri sebelum mengambil spidol dari meja guru.
Tak butuh waktu lama, tangannya mulai menari di papan tulis. Angka-angka tertulis dengan cepat dan rapi. Saat selesai, ia berbalik, menatap kelas dengan senyum lebar.
“Jadi, jawabannya segitu ya, pak,” katanya santai.
“Betul. Bagus, Dara,kamu emezing” puji pak Budi sambil mengacungkan dua jempolnya ke arah Dara.
Saat ia berjalan kembali ke bangkunya, matanya tanpa sengaja bertemu dengan Kevin, yang duduk di pojok kelas.
Cowok itu menyeringai, mengangkat kedua alisnya sambil meniru gaya Dara saat menunjuk dirinya tadi.
Dara hanya mendelik, lalu menjulurkan lidah sebentar padanya sebelum duduk kembali. Hatinya senang, tapi gengsinya tetap tinggi.
Pak Guru memandang sekeliling kelas dengan senyum lebar. "Siapa yang belum mengerti? Bisa konsultasikan dengan Dara, dia jago banget!" Kelas langsung riuh, dan Dara yang mendengar itu langsung terkejut, wajahnya memerah.
Kevin yang duduk di bangku pojok kelas mengangkat tangannya dengan santai. "Pak, saya belum ngerti," katanya dengan nada datar.
Pak Budi pun tersenyum mantab. "Baiklah, Dara, tolong ajari Kevin ya. Saya harus pergi dulu, bel istirahat sudah berbunyi."
Pak Guru meninggalkan kelas, Dara dan Vio sahabatnya hendak pergi ke kantin. Namun, mereka langsung dihadang oleh Kevin.
"Dara, lo harus ajarin gue. Gue bener-bener nggak ngerti," katanya sambil membentangkan tangan di hadapan kedua gadis itu.
Dara menolak dengan tegas. "Nggak bisa, gue ada janji dengan Viona."
Namun, Kevin tidak menyerah. "Kalau lo nggak ajarin gue, gue akan lapor ke Pak Budi !" Dara menghela napas, terpaksa dia mengajari Kevin di taman sekolah.
Saat Dara menjelaskan materi, Kevin hanya fokus memandangi wajah Dara, membuat Dara sedikit salah tingkah.
"Kevin, lo ngerti nggak sih?" tanya Dara dengan kesabaran yang mulai tipis.
Kevin menjawab dengan santai, "Belum, Lo harus jelasin lagi."
Dara sedikit kesal. Ini adalah penjelasan yang ke-7 kalinya, dan dia yakin Kevin sudah mengerti.
Tapi Kevin hanya tersenyum, mata coklatnya berkilau dengan kesenangan. Ternyata, Kevin sudah mengerti materi ini sejak Pak Guru menjelaskan di kelas.
Dia hanya pura-pura tidak mengerti agar bisa di ajari oleh Dara. Dan sekarang, dia menikmati setiap detik bersama Dara, meskipun harus berpura-pura bodoh.
Dara menarik napas panjang, mencoba sabar menghadapi Kevin yang sejak tadi hanya memandangi wajahnya saja, tanpa menunjukkan tanda-tanda paham.
Ia kembali menjelaskan materi matematika tersebut dengan suara lembut.
"Jadi, rumus ini berlaku kalau kita mau nyari panjang sisi miring, Kev. Paham kan?"
Namun, alih-alih menjawab, Kevin malah meletakkan kepalanya di atas meja, kedua tangannya menjadi tumpuan.
Ia mendongak ke arah Dara, memandangi wajah gadis itu dengan sangat serius. Dari rambut, mata, hidung, hingga... bibir.
Bibir Dara terus bergerak menjelaskan, dan Kevin semakin terpaku.
Tanpa sadar, ia bergumam pelan, "Kok bisa ya, bibir lo cantik banget..."
"Hah?!" Dara mematung. Wajahnya seketika merah padam.
Kevin malah makin mendekat, dengan kepala masih di atas meja. "Eh, serius deh. Lo tuh cantik, Dar. Apalagi pas lagi ngomel."