NovelToon NovelToon
Pangeran, Selir Tidak Ingin Mati

Pangeran, Selir Tidak Ingin Mati

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:22.7k
Nilai: 5
Nama Author: Zhuzhu

Lin Muwan terkubur di makam kuno Permaisuri Qing dari Era Jingyuan yang tidak dikenal ketika menjalankan misi mencari jejak sejarah.

Namun, dia kemudian terbangun di tubuh selir Pangeran Kesembilan Dinasti Jing yang dibenci karena merupakan keturunan pemberontak. Lin Muwan kemudian menyadari bahwa dia datang ke masa saat Permaisuri Qing hidup.

Plum dan aprikot yang mekar di taman adalah kesukaannya, namun kehidupan yang bagus bukan miliknya. Hidupnya di ujung tanduk karena harus menghadapi sikap suaminya yang sangat membencinya dan masih mencintai cinta pertamanya. Dia juga mau tidak mau terlibat dalam persaingan takhta antara putra Kaisar Jing.

Pangeran Kedua yang lemah lembut, Pangeran Keempat yang penuh siasat, Pangeran Kesembilan yang dingin, siapakah di antara mereka yang akan menjadikannya Permaisuri? Dapatkah dia kembali ke kehidupan asalnya setelah hidupnya di Dinasti Jing berakhir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 9: BODOH, KAU MAU MATI?

Lin Muwan memapah Murong Changfeng menjauhi danau. Di hutan belantara yang lebat dan lembab ini, satu-satunya cara melarikan diri adalah berjalan lebih jauh ke dalam hutan.

Burung elang gyr pembawa informasi melayang-layang di langit, memantau setiap pergerakan sang tuan yang melangkah terseret-seret di dalam hutan.

Lin Muwan dapat bertahan hidup di alam bebas. Pelatihan khusus di markas menuntutnya untuk memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru lebih cepat dan lebih kuat.

Di hutan belantara yang tidak diketahui berapa luasnya ini, Lin Muwan masih mampu bertahan sampai dia menemukan jalan keluar yang aman dan lolos dari pengepungan.

Tetapi, jika membawa satu orang tambahan, dia tidak sepenuhnya yakin. Beban berat yang bersandar di pundaknya sedari tadi terus menatapnya dengan dingin dan enggan.

Dia tidak memedulikan apakah pria ini akan berterima kasih padanya atau tidak, karena dia sungguh tidak berharap pria ini akan melakukannya.

Sepanjang perjalanan ini, mereka lebih banyak diam. Ada batas yang sangat terasa antara dia dan Murong Changfeng.

Di sini, Lin Muwan adalah budak yang dijadikan selir, berstatus rendah dan berasal dari keluarga pendosa. Murong Changfeng adalah tuan, seorang pangeran, bahkan memiliki potensi menjadi penerus takhta dan jadi kaisar di masa depan.

Gap di antara mereka terlalu besar. Lin Muwan tidak mengharapkan apapun selain bertahan hidup dan menemukan kembali jalan pulang ke masa depan.

Walau rasanya mustahil, asalkan dia ingin, dia bisa melakukannya. Dia bisa mencari cara apapun selama dia menginginkannya.

Murong Changfeng terbiasa menyendiri setelah pensiun dari militer. Meskipun pekerjaan menjadi pengawas tidak menuntut banyak interaksi, dia terkadang masih merasa tertekan setelah bicara dengan banyak orang dalam waktu yang lama. Tetapi, jika diam dalam situasi seperti ini, dia juga merasa tidak nyaman.

Wanita ini adalah yang paling ia benci setelah Marquis Yongning, melihatnya saja enggan. Murong Changfeng setiap hari berharap wanita ini cepat mati. Namun, hari ini, dia mengetahui satu hal yang belum pernah ia tahu dari sosoknya. 

Lin Muwan bukan hanya punya mentalitas yang kuat, tetapi dia juga dapat membaca situasi dan bertindak tanpa banyak bicara. Selain itu, wanita ini bermulut pedas, lidahnya tajam dan kata-katanya sangat menusuk.

Selain cibiran, ejekan dan sindiran, tidak ada hal baik yang bisa dikatakan olehnya. Meskipun begitu, hatinya ternyata tidak sekeras itu.

Atau mungkin, dia mencoba memikatnya untuk mempertahankan nyawanya sendiri. Di matanya, Lin Muwan adalah pendosa yang kebetulan mendapat rahmat pengampunan dari Kaisar.

Murong Changfeng tidak pernah bisa menyingkirkan spekulasi bahwa dia sengaja dikirim Kaisar untuk mengujinya dan mencoba menekannya, mencari tahu apakah dia mulai tidak setia kepada Kaisar.

“Kau seorang pangeran, mantan perwira militer pasukan. Mengapa luka sekecil ini saja tidak mampu kau tahan? Selain itu, kau juga tidak bisa berenang. Aku tidak tahu mengapa ada seorang pangeran yang tidak mampu melakukan hal ringan seperti itu,” cibir Lin Muwan.

Ayolah, luka di pahanya itu hanya sepanjang lima sentimeter. Pemulihannya juga cukup baik. Tapi, dia berlagak pincang seperti orang yang kakinya diamputasi.

“Apa yang kau tahu?” pria itu membalasnya dengan pertanyaan yang dingin. “Kau tidak tahu apapun.”

Ya, wanita itu tidak tahu apapun. Selain memikirkan hidupnya sendiri, dia tidak memikirkan apapun. Lin Muwan tidak tahu kalau Murong Changfeng menderita banyak tekanan setelah kematian ibunya.

Hidupnya dipenuhi dengan kebencian dan pengabaian terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan Lin Muwan. Wanita itu tidak tahu apapun.

“Ya, ya, ya. Aku tidak tahu apapun, dan aku juga tidak mau tahu.”

Lin Muwan kesulitan memapah pria itu akibat tubuhnya terlalu tinggi dan kekar. Dia berbadan kecil, pundaknya hampir patah menahan berat badan Murong Changfeng. Ditambah dengan cedera di bahu kanan yang infeksi, Lin Muwan mungkin adalah orang cacat yang sesungguhnya.

“Tunggulah di sini. Aku akan mencari makanan.”

Lin Muwan mendudukkan Murong Changfeng di bawah pohon cemara. Dia sendiri menghilang ke dalam hutan sebelum Murong Changfeng menyetujuinya.

Di hutan lebat itu, hanya ada suara binatang hutan yang terdengar samar-samar. Pucuk-pucuk dedaunan yang semula basah terkena hujan sudah mulai mengering.

Dia tidak tahu sudah berapa lama dia berjalan. Saat mendongak, dia melihat matahari sudah berada tepat di atas kepalanya.

Ini sudah tengah hari, seharusnya Sheng Jiayin sudah dibawa kembali ke ibukota. Mengetahui bahwa orang yang dicintainya pergi dengan pria lain dan dia sendiri bersama orang yang dibencinya, dia merasa sangat lucu dan getir.

Sheng Jiayin, yang telah dicintai selama bertahun-tahun, tidak memiliki keteguhan hati sama sekali. Apa yang sebenarnya diharapkan Murong Changfeng adalah wanita itu akan berlari bersamanya menghindari bahaya.

Dia memang khawatir pada keselamatannya sehingga mendorongnya pergi sendiri, namun lubuk hatinya bertolak belakang dengan perbuatannya.

Murong Changfeng tiba-tiba mengantuk. Cedera di paha kanannya menyebarkan nyeri yang semakin menjadi. Luka ini tidak seberapa, namun karena cuaca dingin dan lembab, nyerinya jadi lebih terasa.

Di medan perang, luka yang lebih serius tidak bisa membuatnya mengeluh, lantas mengapa dia tidak dapat menahan luka sekecil ini?

Mungkin, itu karena hanya ada dia sendiri kali ini. Sambil menahan kantuk, ia memikirkan siapa yang sebenarnya telah menyerangnya kemarin.

Panah yang melesat melukai kakinya tidak mungkin diarahkan secara asal-asalan. Apakah itu adalah saudara keempatnya, kelompok pembunuh, salah satu menteri, Zhou Ying, atau bahkan….

Hatinya merasa sangat dingin. Murong Changfeng akhirnya tertidur.

Lin Muwan kembali membawa setumpuk buah-buahan liar yang dibungkus di roknya. Di bawah pohon cemara perak yang daunnya sebagian gugur, ia melihat sosok Murong Changfeng memejamkan matanya.

Bibirnya pucat, rona wajahnya putih. Dari kejauhan, dia tidak dapat melihat dadanya naik turun.

Lin Muwan segera berlari.

“Hei, kau jangan mati dulu! Kalau kau mati, aku juga akan mati! Pangeran Kesembilan! Hei, buka matamu!”

Meskipun Lin Muwan bicara banyak kata sambil menggoyangkan tubuhnya, orang itu tidak kunjung membuka mata. Lin Muwan mendekatkan telinganya ke dada pria itu, lalu mendengar jantungnya masih berdetak.

Detak jantungnya lemah dan lambat. Lin Muwan menghela napas, duduk di sampingnya sembarangan.

“Huh, beban yang sangat merepotkan!”

Mustahil baginya membawa pria itu dalam keadaan tidur. Ia memungut beberapa potong ranting pohon yang agak basah, mengumpulkannya di tengah lalu menyusunnya menjadi gundukan kecil. Lin Muwan membasahi jarinya dengan ludah, lalu mengacungkannya ke udara untuk mengetahui arah angin.

Sekarang adalah bulan Oktober, seharusnya musim gugur sudah mencapai akhir. Suhu udara yang semula hangat mulai turun. Mungkin dua sampai tiga minggu lagi akan masuk musim dingin.

Lin Muwan menurunkan jarinya lagi. Matahari terbenam lebih awal, menyisakan semburat jingga yang samar di antara dedaunan dan ranting pohon yang menjulang menghalangi langit.

Ada sungai jernih yang mengalir di dekat tempat dia berada. Setelah menyalakan api, dia berjalan menuju sungai.

Lin Muwan berjongkok di atas bebatuan terjal di pinggir sungai, menatap bayangannya sendiri. Wajahnya sedikit kusam, ada goresan luka yang ditimbulkan dari cakaran ranting pohon di pipinya ketika dia memanjat pohon untuk memetik buah-buahan.

“Jelek sekali,” ucapnya, “Ini bahkan lebih lusuh dari lap tangan yang tidak dicuci berbulan-bulan.”

Lin Muwan mengambil sedikit air, membasuh wajahnya dengan hati-hati. Hawa dingin langsung menjalar.

Ini sangat dingin, tapi yang ia pikirkan adalah sesuatu yang lain. Lin Muwan menanggalkan pakaiannya, lalu merendam tubuhnya di aliran air sungai yang dingin.

Saat ini, malam sudah menjelang. Murong Changfeng terbangun karena rasa hangat di depannya. Cahaya dari perapian yang terang masuk ke matanya.

Setumpuk buah-buahan liar disimpan asal-asalan di dekat perapian, namun ia tidak menemukan seorang pun di sana selain dirinya sendiri.

Murong Changfeng menyeret kakinya, berjalan pelan menuju arah datangnya suara air. Itu adalah sebuah sungai berair jernih yang berwarna kebiruan di bawah cahaya bulan.

Ada dua batu besar bertumpuk di tepinya. Di atas batu, seonggok pakaian yang tidak asing tersimpan.

Dia melihat seorang wanita sedang berendam di sungai sambil membelakanginya. Separuh tubuhnya tenggelam di dalam air.

Punggung wanita itu tampak bercahaya di bawah sinar temaram bulan. Ada noda biru seperti memar di bagian punggung kanan. Dari tepi sungai, ia melihat tubuh wanita itu gemetar.

“Bodoh! Kau mau mati?”

1
Sulati Cus
biar adil pangeran kedua sm nona Shen pgn tau reaksi si chengfang 😅
Sulati Cus
makanya jgn kebanyakan istri
Sulati Cus
mungkin kasusnya berhubungan dg permaisuri dan permaisuri pasti py backingan yg g main2
Sulati Cus
tp yg diotak pangeran ke4 kyknya ada double target membuat malu sm menjadi menantu perdana menteri untuk menunjang ambisinya mengejar tahta lbh kearah mendapatkan dukungan sih klu menurut ku
Sulati Cus
aku selalu baca "chengfang" 😂
trie
biar tambah seru sebentar lagi akan ada drama baru nich
sahabat pena
masih teka teki. apa mgkn yg koruspi dana militer menteri Pertahanan. ayah nya sheng jiayin.dia ingin memberontak dan bekerjasama dgn salah satu pangeran. mknya kaisar ga setuju pangeran sembilan dan sheng jiayin menikah. hanya thor yg tau🤣🤣🤣lanjut kak💪💪💪
trie
pasangan yg rumit ....
pada akhirnya jadi fatner yg sangat cocok karna tujuan yg sama
@haerani-d
dibalik keberhasilan suami ada istri tercinta yang luar biasa, walaupun rasa cinta itu masih samar dan belum pada ngeuh, tapi otw nongol /Chuckle/
zansen
lin muwan pak kaisar.. ancamannya g main² lansung kicep tuh anak nya /Applaud//Applaud//Joyful//Joyful/
zansen
karena di putus cinta sama Sheng jiayin pak kaisar..
zansen
pangeran udah berhenti malas² gara² lin muwan ngomel + nyindir dan kalah debat juga /Joyful//Joyful//Joyful/
zansen
rumit banget misteri nya
zansen
pangeran udah malai nurut nih.. bentar lg bucin dong... /Kiss//Kiss/
zansen
terbang g lin makan angin /Joyful//Joyful/
Marini Dewi
lanjut thor, cerita y sangatlah menarik
zansen
aku juga merestui lin.. kompakan mereka couple bangke
zansen
kayak tau aja lin barang nya g berguna /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
A
aku suka adegan pinjam2 tangan seerti ini. plus lihat kecambah2 rasa cintah dri pangeran😅. lanjut thorr,semangat
Andi Ilma Apriani
mantaappp thooorrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!