NovelToon NovelToon
Allesya

Allesya

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Selingkuh / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rodelima

"Gue Mau Putus"
Tiga kata itu Nyaris membuat Alle tak bernafas beberapa detik, sebelum akhirnya menghela nafas.
"Sayang, jangan bercanda deh. ini benar hari anniversary kita tapi kejutannya jangan gini dong, aku ngak suka. *rujuknya dengan suara manja, berfikir ini hanya prank, Ares hanya mengerjainya saja*
Ares tak membalas ucapan Alle namun dia dengan tegas menggenggam tangan gadis disampingnya dan menatap Alle dengan tatapan dingin dan muak.
"Gue udah selingkuh sama Kara, dua bulan yang lalu dan....".
"Dia sekarang hamil anak gue"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodelima, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JUJUR

Asap rokok tampak menggumpal, sebelum akhirnya hilang di udara dengan perlahan.

Tico duduk di balkon kamar dengan ponsel di tangan kanannya, juga rokok di sebelah kiri.

Tak lama kemudian, Ares menyusul Tico dengan wajah kusut, memang, mereka tinggal serumah. Tico sepupu Ares itu selalu tinggal di situ orang tua Tico telah meninggal keduanya, dan dia tinggal seorang diri. hingga Papah Ares membawa Tico ke dalam rumahnya.

"Kenapa?" tanya Tico tanpa menoleh, rokok ditangannya kembali di hisap dalam. Sebelum akhirnya dihembuskan melalui hidung perlahan.

Ares duduk disamping Tico, pria itu menghela nafas keras berkali-kali membuat Tico melirik malas kepadanya.

"Sebenarnya gue bingung bnget Co."

Tico tak merespon, namun pria itu cukup bisa diandalkan untuk menjadi pendengar yang baik.

"Sebenarnya ini masalah cukup besar, kayaknya gue pengen berbagi sama Lo. Tapi... Gue mohon jangan bilang ke siapa-siapa."

Tico mengindikkan bahunya. "Kalau ragu, ngak usah."

Ares mendengus, sepupunya itu memang terlalu cuek dan cukup dingin. Meskipun begitu dia memang bisa dipercaya, tapi dia masih sedikit ragu dan dia malu.

"Sebenarnya gue bingung, Kara pengen cepat-cepat dinikahi, sedangkan Papah masih disana, kondisinya ngak memungkinkan kalau bisa hadir, sedangkan pasti anak gue dalam kandungan Kara semakin besar. Takutnya malah menjadi masalah kalau tidak di selesaikan."

"Yakin anak itu, anak Lo?"

Pertanyaan yang terdengar santai itu membuat Ares tersentak, dia menatap Tico lama. pria itu masih asik dengan rokok dan juga ponselnya.

"Sebenarnya itu bukan anak gue.." akhirnya Ares membeberkan fakta yang sebenarnya.

"Lalu, kenapa repot-repot tanggung jawab?"

"Karna, Karna anak yang dikandung Kara anak Papah."

"APA!" terkejut Tico sampai menatap Ares dengan tak percaya, berharap apa yang dikatakan sepupunya itu hanya omong kosong belaka, namun melihat Ares mengangguk Tico hanya bisa menghela nafas tak percaya.

"Bagaimana bisa?"

Ares pun menceritakan apa yang terjadi, dia mengingat betul saat Kara menghampirinya menangis hebat, juga membawa tes pack sembari mengatakan jika dia hamil. Dan dia ingin pertanggungjawaban.

Awalnya Ares tertawa, berpikir jika wanita yang di depannya itu hanyalah orang asing atau apalah yang membuatnya tertawa saja.

Namun saat mengatakan jika Kara hamil anak Papahnya. Ares langsung mengintrogasi perihal apa yang terjadi.

Hingga akhirnya Kara menceritakan saat itu, dimana dia ingin menemui temannya yang ada di diskotik yang ada di kota tanpa sengaja dia bertemu dengan seorang pria dilorong yang sepi, pria itu terlihat begitu mabuk dan sempoyongan sembari menggumamkan kata Mawar, Mawar dan Mawar. Awalnya Kara tidak peduli, namun tiba-tiba saja pria itu menarik tangannya dan membawanya ke salah satu kamar, tenaga Kara yang tak seberapa itu tidak mampu mengalahkan pria itu hingga terjadilah malam begitu menyakitkan bagi Kara.

Awalnya Kara ingin melupakan kejadian itu, hingga hal yang ditakutkan benar-benar terjadi. Dia hamil dan akhirnya mau tak mau mencari identitas pria yang ternyata Papah dari Ares.

Kara yang memberikan bukti beberapa CCTV lorong, yang dimana memang Papah Ares membawa dengan paksa Kara menuju salah satu kamar yang ada disana.

Ares langsung lemas seketika, dia mengingat betul. Papahnya begitu mencintai Mamahnya yang tiba-tiba kecelakaan tunggal itu membawa jiwa Papahnya terguncang, Papah depresi dan gila, hingga malam itu dimana Papah pergi ke diskotik. Ares kecolongan, dia tidak tau jika Papahnya itu pergi kesana berakhir menghamili Kara.

Akhirnya Ares mengambil ahli untuk bertanggung jawab, bagaimana pun dia anak satu-satunya tidak mungkin Papah menikah dengan Kara dalam keadaan gila, dan jika tidak bertanggung jawab keluarga Kara pasti mencobloskan Papah ke kantor polisi. Dan dia tentu tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Astaga!!!" Tico mengusap wajahnya tak menyangka dalam cerita Ares, dia memang tidak peduli dengan sekitar, namun jika itu menyangkut orang terdekatnya seperti Ares, Tico cukup prihatin.

"Gue tadi ketemu mantan Lo, Alle."

Ares menatap Tico penasaran.

"Dimana?"

"Dijembatan kota, dia hampir bunuh diri."

"Hah, bagaimana bisa?"

Tico mengindikkan bahunya tak tau.

"Dia bilang, dia udah ngak pengen hidup. Lo yang dianggap sandaran hidupnya udah ninggalin dia, ngak ada gunanya juga dia hidup katanya. emang udah gila mantan Lo itu."

Ares terdiam, dia tidak menyangka Alle akan melakukan aksi nekat seperti itu. Namun dia juga tak menyalahkan karna mungkin wanita itu begitu terpuruk dan sangking bingungnya, karna hanya Ares lah satu-satunya pria yang dia percaya. Namun malah membuatnya kecewa, jujur saja. Dia pun tak ingin melakukan. namun bagaimana lagi?

"Tapi dibalik sifat keras kepalanya, dia ternyata benar, kalau anak yang dikandung Kara bukan anak Lo. Dan itu benar adanya."

***"****

Riri dan Alle telah sampai dirumah Riri, rumahnya memang tak seluas dan tak semega rumah Alle dan rumah tantenya, namun dia merasa rumahnya cukup nyaman.

Setelah memarkirkan motornya, Riri membawa Alle masuk kedalam rumahnya.

"Oh Iyah, tadi kamu bilang haus yah? Kita kedapur dulu yah ambil air minum, soalnya dikamar aku juga udah habis. Tadi pagi belum sempat ambil."

Alle hanya mengangguk dan mengikuti langkah Riri dari belakang.

"Bawa siapa kamu?"

Suara yang terdengar keras dan terdengar marah itu membuat Alle terkejut, dia menoleh dan mendapati wanita itu sudah ada ditengah dapur menatap tajam kearahnya.

"Dia teman aku Mah."

Alle hendak mencium tangan Mamah Riri itu, namun wanita itu terlihat mengibaskan tangannya bertanda dia tidak menyukai itu.

"Sudahlah aku tidak peduli yang penting sekarang mana uang gaji kamu, sudah ada kan?"

Riri mengangguk, dan mengambil uang kedalam tasnya yang ada didalam amplop putih. Lalu memberikannya pada sang Mamah.

"Bosan aku dapat uang sedikit terus, kapan kayanya. Makanya kamu itu ikut kerja sama Sari, di diskotik. Baru sebulan udah bisa beli mobil, lah kamu. udah kerja 10 tahun dapat apa? Yang ada ikut gila karna merawat orang-orang gila." setelah mengatakan itu, Mamah Riri langsung pergi meninggalkannya Alle dan juga Riri.

"Maaf ya Al, kamu malah dapat penyambutan yang ngak enak kayak gini."

"Iyah Sus, ngak papa kok."

"Oh iyah, aku ambil minum dulu." Riri pun berjalan menuju kulkas dan mengambil sebotol minum untuk Alle.

"Kamu kesini belum bawa apa-apa kan? nanti habis mandi pakai baju aku, kelihatannya poster tubuh aku sama kamu tidak jauh beda."

"Maaf yah Sus, Alle ngerepotin."

"Tenang aja Alle, kan aku udah bilang kamu sudah aku anggap sebagai adik aku sendiri."

Alle yang mendengar itu langsung terharu, dan dia pun menangis dan dengan hangat Riri memeluk.

1
Anonymous
Up yang banyak ya thor 😊
Graciiellah_: siiap kak 😊
total 1 replies
Graciiellah_
Haha iya kan kak, kaiak cuma dia aja cowok didunia ini. saya aja sedikit palak liat modelan cewek kayak gini.
Aretha Shanum
ga suka nih peran cwenya terlalu menye2 jadi bosan alurnya
Graciiellah_: Hahaha iya kan kak, kyk cowok cuma dia aja, saya aja sedikit emosi sih liat modelan cewek kayak gini.
total 1 replies
Graciiellah_
luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!