Keyz, pemuda berusia sekitar lima belas tahun tanpa sengaja menelan dua buah kristal kehidupan milik Gabrielle dan Lucifer.
Dua kekuatan yang bertolak belakang, cahaya dan kegelapan. Air dan Es. Menyelimuti dirinya.
Dan tiga kesadaran telah bersemayam di dalam jiwanya. Siapakah yang akhirnya nanti berkuasa atas tubuh Keyz?
Gabrielle?
Keyz sendiri?
Ataukah sang laknat dari neraka jahanam, Lucifer?
Ini sedikit berbeda dengan world without end yang sudah tamat, tapi akan saya tulis kembali dengan nuansa yang lebih mendalam. lebih gelap, dan lebih sadis. dan cerita yang sedikit berbeda.
dan pastinya, Keyz yang disini, bukan Keyz yang cemen!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Magical Night
1
_______________________________________________
"Jadi...."Tim sudah mulai menginterogasi Keyz. "Apa yang Nona Pino katakan?"
"Tidak ada." Keyz menjawab. Mereka berdua sedang menikmati makan malam di bar tempat mereka menginap. Suasana begitu ramai, tawa canda dari pelanggan saling bersahutan. Bau harum dari masakan tercium sangat kuat dan menggoda selera.
"Kamu bohong Keyz!!! Lihat wajahmu!! Baru kali ini aku melihatmu begitu hidup!!!" Tim menatap Keyz dari dekat. Keyz mendorongnya. "Wajahmu sumringah sejak kamu keluar dari Kuil Gabrielle."
"Kita mendapatkan misi rahasia." Keyz berbohong. "Kamu di suruh mencari mawar merah di Padang Kelana. Dan aku di suruh pergi ke arah berlawanan."
"Haaa? Kamu masih baru di sini kan? Bagaimana kamu bisa tahu tentang Padang Kelana?"
"Pino yang mengatakan."
"Ah!! Benar juga." Tim mundur dan duduk di bangkunya. Keyz menghela nafas lega. "Apa yang dia inginkan dari mawar itu? Kan di pasar banyak yang jual." Tim mengendus sebal.
"Yang dia inginkan Mawar Merah yang hanya mekar seribu tahun sekali." Keyz kembali berbohong. Tapi, tidak sepenuhnya, dia mengetahui kalau Dewi Pino menyukai mawar itu dan, dia sempat membicarakannya. "Siapa tahu kamu mendapatkan hadiah yang istimewa dari Pino."
Tim menggebrak meja, Sup yang mereka pesan hampir tumpah. "Keyz!!! Kamu betul sekali!!! Oh, sial. Aku ingin sekali mendapatkan sesuatu dari Nona Pino!!! Aaah... Aku ingin dia memelukku dengan....."
"Baguslah, kamu bisa berangkat besok. Sedangkan aku harus pergi malam ini." Keyz memotong perkataan Tim. "Aku di suruh mencari artefak untuk mengganti Pedang Zaphkiel miliknya yang sudah bersatu dengan Zaphkiel milikku."
"Jujur Keyz." Tim mulai menyantap makanan yang ada di depannya. "Awalnya, aku sama sekali tidak percaya dengan ceritamu. Lucifer, Gabrielle, perang Malaikat dan Iblis. Bagiku itu seperti dongen sebelum tidur."
"Aku tidak ingin di percaya, dan aku tidak minta untuk di percaya...." Keyz mengambil daging bakar di hadapan Tim. Tim melotot ke arahnya karena daging bakar itu Tim lah yang memesannya. "Itu semua terserah kamu.... Sial, tidak ada masakan yang lebih enak dari masakan si Nenek di Blanket Village."
2
_______________________________________________
Setelah kenyang, Keyz keluar dari Bar untuk mencari udara segar sebelum dia berangkat berkelana. Pemandangan Sad Town begitu indah saat malam hari. Dua bulan terlihat menggantung di langit Merah-biru, di temani ribuan bintang berkedip dan berpendar di sekelilingnya.
Tata letak kota yang rapi, jalan-jalan yang halus dan bangunan-bangunan arsitektural dengan ukiran-ukiran anehnya. Lampu-lampu jalanan yang berkedip-kedip. Membuat suasana begitu indah dan tidak nyata.
Sesekali ada orang lewat, dan mereka terlihat bahagia. Sesekali ada suara orang bertengkar dari arah Bar lain, namun juga di iringi oleh suara gelak tawa.
Keyz berjalan menuju jembatan tengah kota, ada dua patung Gabrielle di tengah-tengah jembatan, saling berhadapan dan saling menghunuskan pedangnya ke arah satu sama lain.
Di seberang sana ada Kuil pemujaan Gabrielle dan Gedung Guild yang berdiri kokoh. Keyz duduk di bawah salah satu patung Gabrielle. Berdoa dan berharap, Lucifer akan segera pergi dari dalam tubuhnya..
Keyz menghirup udara panjang-panjang. Aroma wangi mawar dari Kuil pemujaan Gabrielle tercium sampai di tempatnya duduk.
Saat Keyz membuka matanya. Suki sudah berada di depan matanya. Wajahnya begitu dekat, hampir menempel di wajah Keyz. "HAAAAAH!!" Keyz berteriak cukup kencang. "Suki!!! Kamu membuatku kaget!!" wajahnya sedikit memerah.
Suki menegakkan tubuhnya, lalu duduk di sebelah Keyz. "Dari tadi aku memanggilmu." Kata Suki pada akhirnya. "Tapi, sepertinya kamu tenggelam dalam duniamu."
"Ta.. Tapi, wajahmu tadi terlalu dekat." Keyz masih merona.
"Tapi, kalau Pino kamu biarkan dia memelukmu erat-erat kan?"
"Darimana kamu tahu?" Keyz reflek menoleh ke arah Suki. Wajahnya semakin merona di balik masker hitamnya.
"Aku melihatnya dari jauh..."
"Kamu menguping?"
"Jangan kawatir, aku bukan orang yang sekurang ajar itu." Suki meregangkan otot. "Uughhhhh... Keyz, tolong pijat punggungku. Aku habis latihan, otot-otot ku kaku."
"Jangan bercanda." Keyz membuang muka.
"Cih. Ga seru..."
Setelah beberapa saat tidak ada yang berkata.... Keyz memecah keheningan. "Ada urusan apa denganku?"
"Aku hanya menghampiri suamiku. Apa itu tidak boleh.?" Jawab Suki dengan wajah datar.
"Haaa??? Apa maksudmu? Dan... Ah, tadi siang waktu di Guild!! Apa maksudmu dengan kata 'Suamiku' itu hah?"
"Cih, bersisik sekali. Haruskah aku menjawabnya?"
"Tentu saja!! Itu sangat menggangu ku!! Kamu tidak lihat ekspresi Tim yang menyebalkan itu, hah?"
"Cih. Benar-benar berisik. Padahal waktu pertama kali bertemu, kamu begitu dingin...."
"Jawab!!"
"Cinta pada pandangan pertama." Suki menatap Keyz dan tersenyum kecil.
—Deg!—
Jantung Keyz berhenti untuk sesaat. Wajahnya Kembali memerah di balik maskernya. "Aku tidak ada urusan dengan itu." Keyz beranjak berdiri. "Ada yang harus aku lakukan. Mungkin aku akan pergi dalam waktu yang cukup lama. Jadi lupakan soal Guild atau apalah."
"Ah, kamu mau meninggalkan istri cantik mu ini?"
"Jangan bercanda!!"
Suki tersenyum manis saat melihat Keyz yang bertingkah seperti anak kecil. "Kamu tahu Keyz..." Diam, ikut berdiri dan tetap memandang wajah Keyz tanpa menoleh. "Kamu mengingat aku, kalau aku adalah manusia...."
"Apa maksudmu? Bukankah kamu memang manusia?"
Suki akhirnya membuang muka dan berpaling ke arah bulan berwarna biru. Wajahnya kembali datar, senyum manisnya lenyap. Dari matanya, tersirat kesedihan yang mendalam. "Aku sudah hidup selama ribuan tahun." Suki menatap Keyz, wajah Keyz terlihat terkejut. Tapi dia tidak berkomentar apapun.
"Ribuan tahun. Ribuan kematian... Sehingga aku melupakannya apa yang namanya cinta itu. Hingga akhirnya aku melihatnya. Jantung ku begitu berdebar kencang saat pertama kali aku melihatmu." Suki mengambil nafas dalam-dalam dan hembuskan nya.
"Saat pertama kali aku melihatmu, kamu memancarkan kesedihan yang sama denganku. Tapi, dalam waktu yang sangat singkat. Kamu sudah bisa tersenyum. Dan tanpa sadar, aku pun ikut tersenyum. Aku benar-benar terpesona dengan kamu, Keyz."
Hening.....
Masih hening....
"Maaf." Keyz memecah keheningan. "Tapi ini terlalu terburu-buru. Aku tidak bisa menjawab apapun. Ada hal yang harus aku lakukan...." Suki menatap penuh tanda tanya. "Tapi, aku harus melakukannya sendirian. Di ujung sana, aku tidak tahu, apakah aku tetap aku yang sekarang, ataukah aku akan menjadi sesuatu yang lain."
"Sampai kapanpun, kamu tetap suamiku..."
"Hei!! Dengerin omongan ku!!"
"Aku akan terus menyukai mu, Keyz. Siapapun kamu, siapapun dirimu."
Keyz menundukkan kepalanya. Tidak tahu harus menjawab apa lagi. Dan keheningan kemabli tercipta.
"Kamu tidak terkejut mendengar aku sudah hidup selama ribuan tahun, Keyz?" Keheningan kembali pecah dengan pertanyaan berat.
"Dengan semua kejadian yang aku alami selama ini..." Keyz menatap wajah Suki penuh perasaan. "Aku percaya."
"Maukah kamu mendengarkan cerita masa lalu ku, keyz?"
"Tentu saja...." Jawab Keyz. "Aku suka mendengar sebuah cerita."
Di bawah cahaya dua bulan merah dan biru. Suki menceritakan masa lalunya.. Keyz mendengarkannya dengan seksama. Tanpa menyela sedikitpun.
Angin berhembus kencang menerpa mereka berdua. Hari semakin gelap dan dingin, Suki mendekati kan diri ke tubuh Keyz untuk mencari kehangatan.
Lonceng Kuil berdentang. Sudah tengah malam, Suki akhirnya menyelesaikan ceritanya....
"Begitulah..." Suki menutup ceritanya. "Terimakasih sudah menjadi pendengar yang baik, Keyz."
(Ceritanya di bab selanjutnya ya. 😘 Author nya mau bubuk Ning nong. 😅)