"Aku tak peduli dengan masa lalu. Yang aku tahu adalah masa kini dan masa depan. Masa lalu hanya hadir untuk memberi luka, dan aku tak ingin mengingatnya!!" (Rayyan)
"Aku sadar bukan gadis baik baik bahkan kehadiranku pun hanya sebagai alat. Hidupku tak pernah benar benar berarti sebelum aku bertemu denganmu." (Jennie)
"Aku mencintaimu dengan hati, meski ku akui tak pernah mampu untuk melawan takdir."( Rani)
Kisah perjuangan anak manusia yang hadir dari sebuah kesalahan masa lalu kedua orang tua mereka. Menanggung beban yang tak semestinya mereka pikul.
Mampukah mereka menaklukkan dunia dan mendirikan istana masa depan yang indah dengan kedua tangan dan kakinya sendiri?
Atau kejadian masa kelam orang tua mereka akan kembali terulang dalam kehidupan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10.10. Bertemu Sanjaya
"Huft, semangat Jen. Bukankah ini jalan yang kamu pilih? jadi ayolah jangan lembek. Tunjukkan jika kamu mampu menundukkan pria tua itu." Jennie menyemangati dirinya sendiri sebelum keluar dari mobilnya.
Siang ini dirinya harus bertemu dan melakukan kesepakatan untuk kesekian kalinya setelah beberapa kali janji temu antara mereka dibatalkan secara sepihak oleh seorang pengusaha ekspor impor. Pria berumur 52 tahun itu terkenal sangat licin. Dia sulit sekali disentuh apalagi didekati. Banyak pengusaha yang ingin bekerja sama dengannya namun mereka kembali mundur teratur setelah mendengarkan syarat yang diajukan olehnya. Tak jarang syarat tersebut sangat tak masuk akal hingga membuat mereka menyerah.
Gadis cantik dengan tubuh semampai tersebut melangkahkan kakinya dengan pasti. Wajah angkuh tanpa senyum kembali diperlihatkan nya. Jennie Aquila Darou telah kembali. Gadis cantik dengan kecerdasan dan daya pikat yang tinggi. Sikap Angkuh, arogan dan cuek menjadi ciri khasnya.
"Selamat siang nona, ada yang bisa kami bantu?"
"Saya ada janji untuk bertemu dengan pimpinan perusahaan, apa beliau ada?"
"Saya akan melaporkan dulu pada asisten beliau. Mohon nona tunggu sebentar." Senyum resepsionis itu begitu ramah meski tamu dihadapannya kini hanya menanggapinya dengan anggukan kecil.
Mata lentik Jennie mengedar ke sekeliling gedung yang nampak mewah. Satu satunya perusahaan dengan gedung yang berdiri megah di tengah kota B yang notabe nya masih tergolong Asri.
"Nona, silakan. Saya akan mengantarkan anda keruangan beliau." Jennie kembali mengangguk dan mengekor di belakang resepsionis tersebut.
Tatapan mata beberapa orang yang tertuju padanya tak pernah Jennie gubris. Dirinya sudah terbiasa dengan tatapan tatapan seperti itu. Jennie terus melangkah menuju sebuah lift masih bersama dengan salah satu resepsionis yang mengantarkannya.
Di depan pintu ber cat hitam kini keduanya berada. Lebih tepatnya dilantai 3 gedung perusahaan KSP ltd.
"Silakan nona, tuan sudah menunggu."
"Terimakasih." Jennie mengangguk pelan sebelum melangkah masuk ke dalam ruangan. Resepsionis tersebut langsung menutup kembali pintu ruangan tersebut ketika sudah memastikan Jennie masuk ke dalamnya.
"Selamat siang, tuan."
"Siang, silakan duduk terlebih dahulu." Lelaki dengan wajah tegas tersebut hanya menatap kearah Jennie sebentar sebelum kembali menatap berkas diatas mejanya yang nampak menggunung.
Jennie melangkah ke arah sofa yang terdapat disana. Seorang pria muda nampak masuk ke dalam ruangan dengan membawa tablet ditangannya. Pria tersebut melempar senyum tipis ke arah Jennie sebelum berdiri di dekat sang boss.
"Pa." Lirih nya sambil menyodorkan tablet di tangannya.
"Sudah kau selidiki, dimana dia tinggal?" Pria itu mengangguk dan menggerakkan jemarinya menggeser pelan tablet yang tergeletak diatas meja.
Kedua mata lelaki paruh baya tersebut nampak berkaca kaca. Namun sedetik kemudian senyum tipis tersungging di bibir tebalnya.
"Pantau terus dan jangan sampai dia curiga. Aku tak ingin dia berlari semakin jauh." Lirih nya dengan tatapan tak lepas dari sebuah foto yang menampakkan wajah tampan seorang pemuda dengan jas hitam serta kacamata hitam yang dikenakannya menambah kesan gagah di tubuhnya.
Pria muda tersebut mengangguk dan mundur sebelum melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut. Akan tetapi sebelum benar-benar keluar, dia menyodorkan botol mineral dingin yang diambilnya dalam kulkas yang berada di ruangan tersebut pada Jennie. Setelahnya dia benar-benar berlalu dari sana.
5 Menit berselang barulah lelaki paruh baya tersebut menyimpan berkasnya.
"Maaf membuatmu menunggu, nona Jennie. Benar itu anda?" Ucapnya setelah membuka kancing dan menggulung lengan kemejanya sebatas siku.
"Benar tuan, saya Jennie. Perwakilan dari perusahaan Darou."
"Saya sudah mendengar nama besar anda nona, termasuk bagaimana kinerja anda di dunia bisnis selama ini. Jujur secara pribadi saya mengagumi anda. Kerja keras anda boleh diacungi jempol, sebagai seorang wanita tangguh."
"Terimakasih atas pujian anda tuan, saya merasa belum ada apa apanya dibandingkan dengan nama besar anda. Siapa di negara ini yang tak mengenal seorang Sanjaya, seorang pembisnis kawakan dengan beberapa perusahaan besar yang dimilikinya. Saya masih perlu banyak belajar dari anda, tuan."
Hahhahaah
Lelaki paruh baya yang tak lain adalah Kevin Sanjaya Prada itu tertawa mendengar penuturan Jennie. Sejenak Jennie merasa legah, karena rumor yang beredar dikalangan pembisnis seorang Sanjaya adalah sosok bengis dan tak mudah didekati. Pria itu berdarah dingin yang tak segan untuk melenyapkan lawannya dalam persaingan bisnis. Akan tetapi yang Jennie rasakan pada pertemuan pertama ini sangatlah berbeda, aura Sanjaya tak jauh dari papa Arlan. Hangat dan sangat berwibawa.
.
.
Sepanjang perjalanan Rani hanya diam dan menundukkan pandangannya. Pembicaraan antara dirinya dan Ardi setelah makan siang tadi masih berputar dikepalanya. Ardi dengan tegas mengatakan jika dirinya tidak tahu menahu prihal percepatan rencana pernikahan mereka. Pria yang sedang fokus di balik kemudi disampingnya itu pun sama terkejutnya dengan Rani.
Dilain sisi, Ardi juga menjelaskan jika dirinya belum bisa move on dengan mantan kekasihnya. Sejak awal rencana perjodohan keduanya, Ardi tak pernah sekalipun menutupi prihal kisah cintanya pada Rani. Dengan gamblang dia menceritakan tentang hubungannya dengan sang kekasih yang kini telah menjadi mantan itu tanpa sedikitpun dia tutupi.
Rani yang mendengarkan menjadi sedikit bersalah. Dia bahkan pernah menuduh Ardi sengaja menggunakan kekuatan yang dimiliki oleh orang tuanya untuk melakukan perjodohan tersebut. Pada kenyataannya, lelaki itu pun telah menghadapi masa sulit dan terpuruk.
"Kita ketemu lagi nanti, untuk saat ini lebih baik kita berpikir bagaimana caranya agar semuanya bisa diundur untuk sementara waktu sambil kita mencari alasan yang tepat untuk itu. Aku harap kamu tak lagi menghindar atau menjauhiku karena hal itu akan membuat kedua orang tua kita semakin gencar. Sebisa mungkin kita buat mereka percaya jika kita sudah dekat, bagaimana?"
Mobil Ardi berhenti tak jauh dari rumah Rani. Keduanya sudah sepakat untuk tak melanjutkan perjodohan diantara mereka. Mengingat selama ini mereka dekat dan saling berbagi sebagai sahabat tak lebih dari itu.
"Terserah kamu saja, Aku ikut gimana baiknya. Kamu sendiri tahu kan bagaimana ayah ku menanggapi segala yang kukatakan. Jadi Aku rasa jika kamu yang mengatakannya semuanya akan berjalan dengan baik." Rani menoleh, menatap wajah Ardi yang sedang tersenyum kearahnya.
"Baiklah. Kita hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk melakukan semuanya. Bersabarlah!!" Ardi mengacak rambut Rani dengan gemas. Hal yang memang sudah biasa dilakukannya sejak dulu sebelum rencana perjodohan itu di cetuskan oleh kedua orang tua mereka hingga membuat Rani hengkang dari kota B kala itu.
Mobil kembali bergerak masuk ke dalam halaman rumah Rani. Setelah Rani benar-benar turun, Ardi kembali melajukan mobilnya meninggalkan rumah tersebut.
Ada senyum diujung bibirnya namun juga ada perih yang menyayat hatinya. Ardi, menyimpan semua lukanya tanpa pernah mau membaginya pada siapapun. Sisil nama gadis yang disebutkan nya beberapa kali dan diakuinya sebagai kekasih selama ini hanya karangan belaka. Tak pernah ada Sisil dan tak pernah ada nama yang memghuni hatinya selain Lupita Anggraini sosok teman kecilnya yang tomboy yang biasa dipanggil Rani.
karena mereka berdua sama-sama menempati posisi istimewa di hati Rayyan
yang penting Daddymu selalu bersikap baik padamu toooh
koneksinya gak main-main seeeh
aaahh aku telat bacanya ya, harusnya pas maljum kemaren 😅😅😅
pasti rayyan bahagia dpet.jackpot yg masih tersegel.
wkwkw bisa langsung hamil itu kan thor, kasian para orang tua pingin punya cucu, bakal jadi rebutan pasti.
ok lah makasih ry udah buat rayyan dan jenie bahagia disini