"Menyingkirlah dan berhenti mengejar aku. Percuma saja, aku tak suka dengan anak kecil."
"Enak saja anak kecil, aku sudah besar, Om. Lihat saja, dada ku tumbuh dengan baik."
Darren Wisnu Abiana adalah seorang duda keren berusia 36 tahun, dia di tinggalkan oleh sang istri untuk mengejar pria lain. Patah hati yang Darren rasakan membuat nya trauma dan menutup hati nya untuk wanita mana pun.
Hingga, seorang gadis berseragam SMA datang dan mengejar nya. Meskipun dia sudah bersikap jutek pada gadis bernama Sherena itu, tapi dia tetap tidak pantang menyerah untuk mendapatkan nya.
Akankah pertahanan Darren runtuh saat melihat kesungguhan yang di lakukan oleh Sheren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - First Kiss
Marvin mengusap sudut bibir Sherena, dengan perhatian dia melakukan nya tanpa di minta sekali pun.
"Gak usah sok perhatian deh, gue gak bakalan luluh sama Lo." Jawab Marvin ketus, dia mendelik ke arah pria yang kini tersenyum sambil menatap nya.
"Gapapa, gue bakal usaha buat dapetin Lo."
"Oke, terserah Lo aja. Tapi, kalo cinta Lo itu gak berbalas, sorry ya itu bukan kesalahan gue. Karena gue udah bilang ini sebelum nya." Jawab Sherena, dia pun kembali makan dengan lahap. Marvin juga asik menatap wajah cantik Sherena yang sedang sibuk dengan mangkuk berisi mie ayam nya.
'Gue pastiin, perlahan Lo bakalan luluh juga, Sher. Gue jamin hal itu.' Batin Marvin, pokoknya dia harus bisa mendapatkan Sherena. Apapun cara nya, dia harus bisa meluluhkan Sherena dan melupakan om-om yang jadi pujaan nya.
Tapi, apa dia bisa? Rasa nya mungkin tidak, apalagi melihat Sherena yang terlihat begitu memuja sosok pria yang entah siapa.
'Kira-kira, siapa om-om yang jadi pujaan Sherena? Apa mungkin om-om datar yang waktu itu marah-marah ya?' Lagi-lagi, Marvin membatin. Dia benar-benar penasaran dengan sosok pria yang menjadi idaman Sherena.
"Sher.."
"Hmmm.." Sherena hanya menjawab dengan deheman.
"Siapa om-om yang menjadi idaman itu, Sher?" Tanya Marvin, dia menatap Sherena dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Bukan urusan Lo." Jawab Sherena ketus.
"Yaudahlah, izinin gue bersaing sama om-om kesayangan Lo itu."
"Terserah, kalo kalah saing jangan maksain." Jawab Sherena lagi. Dia selesai dengan makanan nya, lalu pergi bersama ketiga teman nya. Marvin menatap punggung Sherena dengan tatapan sendu, Sherena selalu saja ketus pada nya. Tapi tidak masalah, dia akan berjuang sampai dia bisa mendapatkan hati gadis itu.
Sore hari nya, Sherena pulang di antarkan oleh Meysa kali ini. Gadis itu langsung pulang setelah mengantarkan sahabat nya dengan sepeda motor nya. Meskipun mereka dari keluarga kaya, tapi baik Meysa, April ataupun Arina, mereka tidak membawa mobil ke sekolah. Paling hanya sepeda motor saja.
Sherena tersenyum manis, saat dia melihat mobil yang dia yakini milik Darren sudah ada di garasi. Dengan perlahan dia masuk ke halaman rumah pria itu dan mengetuk pintu, biasa nya jam segini Darren sedang mandi.
Benar saja, saat pria itu membuka pintu Sherena di suguhi dengan pemandangan menakjubkan. Perut dengan enam roti sobek yang terpampang nyata, belum lagi otot bisep yang terlihat sangat kokoh. Tapi, wajah nya masih datar seperti biasa nya.
"Mau apa lagi kesini?" Tanya Darren.
"Aku gak di suruh masuk dulu, Om?" Balik tanya Sherena, Darren memutar mata nya jengah lalu membuka pintu rumah nya lebar-lebar dan dia pun masuk ke dalam nya.
"Om, kayaknya Om tuh mulai suka deh sama aku." Celetuk Sherena sambil mendudukan pantaat nya di sofa yang ada di ruang tamu. Darren menatap tamu tak di undang nya dengan jengah, dia benar-benar jengah dengan gadis ini.
"Maksud nya?"
"Soalnya, ini bukan pertama kali nya Om liatin roti sobek itu sama aku." Jawab Sherena sambil tersenyum kecil.
"Ckkk, aku tak suka dengan bocah ingusan."
"Kata siapa aku bocah ingusan, aku dah gede ya Om. Sembarangan aja kalo ngomong!" Ketus Sherena, dia memang masih muda tapi usia nya sudah cukup untuk mengenal dunia percintaan.
Sherena beranjak dari duduknya, lalu mendekat ke arah Darren. Mereka berdiri berhadapan saat ini, Darren merasakan aura yang tak biasa saat berada di dekat gadis itu. Bahkan, dada nya saja berdebar hebat. Apalagi saat gadis itu terus mendekat, nyaris saja dada nya menyentuh dada nya yang polos karena dia belum berpakaian sama sekali. Hanya ada handuk yang menutupi area sensitif nya, tapi di dalam nya dia sudah mengenakan boxer.
"Om, kenapa Om malah mundur?"
"Menyingkirlah dan berhenti mengganggu ku, percuma saja. Aku takkan menyukai anak kecil." Ucap Darren yang membuat Sherena terkekeh kecil.
"Beneran? Gak enak lho Om, kalo menjilat ludah sendiri. Aku bakalan membuat Om luluh dan bucin sama aku. Lihat saja nanti, lagi pun aku bukan anak kecil, Om. Lihat saja, dada ku tumbuh dengan baik." Sherena tersenyum kecil, lalu dia memilih kembali duduk di sofa.
"Om, aku punya tugas tentang bisnis. Tapi aku yakin papah gak bakalan mau ngajarin, jadi aku minta sama Om sebagai narasumber nya, boleh ya?" Tanya Sherena.
Tentu nya, dia takkan mau masuk ke rumah Darren tanpa alasan. Kemarin karena nomor ponsel, sekarang karena tugas dari sekolah. Padahal, dia bisa meminta pada sang ayah untuk menjadi narasumber nya, toh dia juga bergelut di bidang bisnis.
Tapi, Sherena memanfaatkan kesempatan nya dengan sangat baik. Dia malah meminta Darren untuk menjadi narasumber dalam tugas nya, pintar bukan? Tentu saja, Sherena gitu lho.
"Aku malas."
"Ohh, ayolah Om. Jangan judes-judes sama aku bisa gak sih?" Tanya Sherena.
"Gadis kayak kamu tuh emang harus nya di judesin, biar tau rasa malu." Jawab Darren. Harusnya Sherena tersinggung bukan? Tapi, tidak sama sekali. Dia malah tersenyum manis.
"Upah nya ciuman, oke ya?"
"Terserah lah."
"Dih, sok-sokan gak mau padahal dalam hati nya mau kan?" Tanya Sherena dengan senyum menggoda nya.
"Sudahlah, jangan terlalu banyak bicara. Cepat kerjakan tugas mu dan pulang." Ucap Darren. Sherena pun langsung membuka buku nya dan dia pun mengerjakan tugas nya dengan fokus. Meskipun sebenarnya, dia tidak fokus karena fokus nya terbagi antara mengerjakan tugas atau menatap wajah tampan Darren.
Setelah hampir satu jam, akhirnya tugas nya pun selesai. Sherena bersorak kegirangan, secara tak sadar Darren menarik sudut bibir nya karena melihat tingkah gadis di depan nya. Dia benar-benar seperti anak kecil yang kegirangan setelah di beri permen.
"Sudahkan? Pulanglah."
"Tapi, upah nya gimana?"
"Gak usah, gak butuh." Jawab Darren, dia pun beranjak dari duduknya tapi Sherena menarik tangan Darren hingga membuat pria itu limbung dan akhirnya kedua nya pun terjatuh. Darren menimpa tubuh mungil Sherena, bibir mereka bertemu secara tak sengaja.
Darren membulatkan mata nya, sedangkan Sherena langsung menutup mata nya, kedua tangan nya melingkar di leher kokoh Darren.
Gadis itu menggerakan bibir nya, melumaat lembut bibir Darren. Namun, pria itu tidak membalas nya sama sekali. Tapi itu hanya awalnya saja, kelamaan dia juga terbawa suasana dan akhirnya dia membalas ciuman Sherena.
Beberapa menit berlalu, tapi kedua nya masih tenggelam dalam ciuman hangat nan mesra. Hingga, Darren membuka kedua mata nya. Seketika dia melepaskan tautan bibir nya saat menyadari kalau dia telah melakukan hal yang salah dengan membalas ciuman gadis kecil itu.
Darren langsung bangkit dari tubuh Sherena, lalu merapikan kaos yang dia pakai. Begitu juga dengan Sherena yang sedang merapikan seragam nya.
"Pulanglah, jangan berlama-lama disini." Usir pria itu lagi. Sherena mengernyitkan kening nya, dia menatap Darren tapi dengan cepat pria itu memalingkan wajah nya ke samping.
"Yaudah, aku pulang dulu. Terimakasih atas bantuan nya ya, Om." Sherena membereskan buku-bukunya dan memasukkan nya ke dalam tas, lalu buru-buru pergi dari rumah Darren. Tapi, karena terburu-buru dia malah melupakan tempat pensil nya.
Pria itu menyadari nya, tapi terlambat karena dia melihat Sherena sudah masuk ke dalam rumah nya.
"Hmmm, besok saja." Gumam Darren, dia pun kembali masuk ke dalam rumah.
......
🌻🌻🌻🌻🌻