"Jadilah istri Tuan Roger agar hutang paman menjadi lunas!"
Nazura tidak mampu menolak perintah sang paman untuk menikah dengan orang yang bahkan sama sekali belum pernah ia temui. Namun, meskipun berat tetap ia lakukan untuk membalas jasa sang paman yang sudah membesarkan.
Setelah pernikahan itu terjadi, ternyata kehidupan Nazura tidaklah lebih baik. Justru kesabarannya terus diuji.
Lantas, bagaimana kisah Nazura selanjutnya? Akankah gadis itu menemukan kebahagiaan?
Simak Kisahnya di sini.
Jangan lupa dukung karena dukungan kalian sangat berarti ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GPH 10
Mendengar ucapan Roger yang biasa, tetapi terkesan seperti sebuah gombalan. Seketika membuat Nazura sedikit menjaga jarak dari lelaki itu. Tidak ingin Roger memergoki dirinya yang sedang salah tingkah saat ini.
"Kenapa kamu belanja sedikit sekali. Apa ini cukup sampai akhir bulan?" tanya Roger heran karena troli belanja itu hanya berisi sebagian bahkan tidak ada setengahnya.
"Tidak apa, Tuan. Nanti kita akan membelinya jika sudah habis," timpal Nazura.
Padahal bukan itu alasan sebenarnya. Nazura hanya sedang bimbang jika saat membayar belanjaan tersebut. Seandainya Roger yang membayarnya, Nazura merasa tidak enak hati jika menghabiskan uang cukup banyak, andai harus membayar sendiri, Nazura khawatir uangnya tidak akan cukup karena uang di dompetnya tinggal dua ratus ribu saja.
"Aku tidak selalu memiliki waktu luang. Lebih baik sekarang kita belanja lagi. Kalau perlu belanja baju dan tas untukmu sekalian. Jangan khawatir, aku yang akan membayarnya dan tentu saja aku tidak akan memintamu untuk menggantinya." Roger berbalik dan mendorong troli kembali untuk memilih-milih, sedangkan Nazura tidak bisa mendebat. Membiarkan Roger mengambil apa pun yang lelaki itu mau meskipun Nazura merasa kalau barang itu tidaklah perlu.
"Totalnya lima juta dua ratus tiga puluh rupiah," kata penjaga kasir.
Nazura tersentak. Tidak menyangka totalnya akan sebanyak itu. Ia merasa tidak enak hati, sedangkan Roger justru terlihat sangat santai. Mengeluarkan kartu debit dan membayarnya begitu saja.
"Biar saya saja yang membawanya, Tuan." Nazura hendak mengambil belanjaan dari tangan Roger, tetapi lelaki itu melarang dan justru memberikannya kepada pengawal yang baru saja mendekati mereka.
"Sekarang kita memilih baju untukmu," ajak Roger, tetapi Nazura justru bergeming di tempatnya. "Na ...."
"Tidak perlu, Tuan, karena saya masih memiliki beberapa baju yang masih layak pakai," tolak Nazura. Menghabiskan uang lima juta untuk berbelanja kebutuhan dapur saja Nazura sudah merasa tidak enak hati, apalagi jika harus ditambah dengan membeli baju untuknya.
Sungguh, hati Nazura merasa terbebani. Namun, sekali lagi yang perlu diingat kalau ia tidak bisa menolak perintah suaminya.
"Aku tidak menerima penolakan," ucap Roger tegas.
Tidak ada yang bisa dilakukan Nazura selain menurut kepada suaminya. Ia pun terus memilih-milih baju yang ternyata untuk kalangan kelas atas. Bahkan, satu baju saja harganya setara dengan gajinya satu bulan. Sungguh, Nazura tidak tahu harus bagaimana sekarang. Menolak atau menerima. Hatinya benar-benar dipenuhi kebimbangan.
"Au!"
Nazura tersentak ketika mendengar teriakan seorang wanita di depannya. Dikarenakan melamun, Nazura tidak menyadari kalau ia sudah menabrak wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik. Bahkan, Nazura merasa minder karena kulitnya saja tidak semulus wanita paruh baya itu. Kentara sekali kalau wanita itu pasti sangat rajin perawatan.
"Bisakah kamu jalan menggunakan mata!" teriaknya lantang hingga mengundang perhatian banyak orang.
"Maafkan saya, Nyonya. Saya melamun tadi." Nazura menunduk dalam sembari menangkup tangan di depan dada. Tidak berani bertatapan langsung dengan wanita itu.
"Ini di tempat ramai, tidak sepantasnya kamu berjalan sambil melamun seperti ini! Kamu bisa saja merugikan banyak orang," omelnya.
Padahal tidak ada luka sedikit pun dari wanita itu, tetapi kemarahannya begitu luar biasa. Bahkan, bagi Nazura marahnya wanita ini lebih menakutkan daripada kemarahan Nety di rumah.
"Ma-maaf, Nyonya."
"Kamu pikir dengan kata maaf, kamu bisa—"
"Ini ada apa, Na?" tanya Roger yang baru saja kembali dari toilet. Melihat Nazura yang sedang bersitegang dengan seorang wanita paruh baya, membuat lelaki itu menjadi penasaran.
Namun, Roger begitu tersentak ketika wanita paruh baya tadi sudah berbalik dan menatap ke arahnya. Begitu juga dengan wanita tersebut juga tak kalah terkejutnya.
"Roger?" Kening wanita itu mengerut dalam, sedangkan Roger sudah berdecak kesal. "Kamu di sini?" tanyanya. Namun, Roger justru bersikap tidak acuh. Sama sekali tidak menganggap keberadaan wanita itu.
"Lebih baik kita pergi mencari toko yang lain saja, Na." Roger menarik tangan Nazura mengajak pergi dari toko tersebut tanpa peduli teriakan wanita itu, sedangkan Nazura yang tidak tahu apa pun hanya menurut. Ia berjalan dengan kewalahan ketika berusaha untuk menyeimbangi langkah lebar suaminya.
"Nyonya tadi siapa, Tuan?" tanya Nazura penasaran. Menilik bagaimana interaksi keduanya, Nazura bisa menilai kalau hubungan mereka tidak baik-baik saja.
"Kamu tidak perlu tahu." Roger menjawab ketus. Membuat bibir Nazura terkatup rapat dan tidak berani bertanya apa pun lagi. "Oh iya, kalau kamu bertemu wanita itu lagi di waktu yang lain. Jauhi dia. Aku tidak mau kamu dekat dengannya," perintahnya dan hanya ditanggapi anggukan cepat lelah Nazura.
Aku benar-benar penasaran siapa wanita tadi sebenarnya. Kenapa Tuan Roger menyuruh aku menjauhinya kalau bertemu. Apakah ada sesuatu di antara mereka.
suka nih peran cewe begini