Hi readers, dukung terus penulis ya. ini karyaku yang kedua setelah ' Terimakasih untuk, lukaku'. berikan saran ya, supaya penulis bisa menulis lebih baik di tulisan berikutnya.
Tulisan ini bercerita tentang kehidupan seorang gadis dan seorang pria yang berbeda status soaial. Tapi meninggalkan satu tali yang harus mempertemukan mereka. Tanpa kesengajaan mereka sudah menyandang status orang tua.
Ira Kusuma, gadis desa yang pintar, tapi sangat pendiam dan tidak gampang untuk bergaul. Karena keadaan tidak sadar tuannya sudah meninggalkan satu nyawa dirahimnya, yang tidak diketahui oleh sang tuan.
Marcel Sanjaya, Seorang pengusaha sukses, kaya raya dan berwajah tampan. istrinya seorang wanita cantik model papan atas. Laki-laki yang sudah memporak - porandakan hidup Ira.
Satrio atau Rio, anak yang awalnya tidak diharapkan kehadirannya, ternyata berkah terindah buat semua keluarganya.
Bu Ani, ibu dari Ira yang selalu menemani anaknya dalam susah dan sedih.
Bu Clara, orang tua Marcel yang baik pada semua orang tanpa melihat status.
Pak Kamal, orang yang bekerja dirumah Marcel dan banyak membantu Ira dan ibunya.
SELAMAT MEMBACA YA, SEMOGA SUKA🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Neo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 10 DIA ITU SILUMAN RUBAH
Begitu mama Clara dan suaminya sampai dirumah sakit, Leon masih sangat setia menunggu disofa diruangan Marcel.
"Bagaimana Marcel"? papa Marcel langsung menanyakan Marcel sama Leon.
"tadi tuan sempat bangun dan minum obat, terus tidur lagi tuan"
"ohhh ya sudah, sekarang biar kami yang jaga. kamu pulanglah istirahat, besok kamu urus perusahaan aja" perintahnya. "oh ya selama Marcel sakit kalau ada urusan perusahaan yang urgent limpahkan dulu ke saya, karena saya akan disini sampai Marcel sembuh" lanjutnya
"baik tuan"
Tidak berapa lama setelah kepergian Leon Marcel sudah bangun. bersamaan dengan dia ingin buka mata dokter Ridwan masuk keruangan Marcel.
"gimana keadaannya Ridwan"
"sejauh ini sudah berkembang baik nyonya, tapi mengenai kakinya saya sarankan berobat keluar negri, karena ada jaringannya yang terputus sehingga kakinya tidak bisa berfungsi dengan baik, saya pernah punya pasien yang mirip kasusnya tapi dibawa keluar negri dia sembuh"
"kalau begitu kami akan bawa dia keluar negri" tegas papa Marcel.
"Terus mengenai punya keturunan, apa ngga ada sedikit saja harapan" tanya mama Clara setengah memelas, seolah-olah kuasa ada ditangan dokter Ridwan.
Degggg
Marcel yang mendengar tentang keturunan dan tidak ada harapan jadi tambah down. Berarti benar-benar saya ngga bisa punya anak, pikirnya. Tapi dia tetap pura-pura tidur.
"Sebenarnya selalu ada harapan nyonya, kita sebagai orang beriman ngga boleh berhenti berharap. Mungkin secara kedokteran agak susah tapi kalau yang diatas menghendaki semua bisa terjadi. sekarang mending kita ke pengobatan kakinya dulu, baru nanti kita lihat perkembangannya" tutur dokter Ridwan dengan gamblang dan sabar.
"iya ma, itu betul kita tidak boleh berhenti berharap, kita usahakan dulu semaksimal mungkin"
"iya pa, terserah papa saja" ucap mama Clara lemas sambil bangkit berdiri mendekati bed nya Marcel. Dia mengelus kepala Marcel sambil menitikkan airmata dan Marcel tahu semua itu, tapi dia pura- pura masih tidur .
"kalau begitu saya pamit dulu nyonya" dokter Ridwan mohon diri.
"iya" ucap papa Marcel.
Sepeninggal dokter Ridwan kembali ruangan itu sepi dengan pikiran masing-masing.
'ternyata aku tidak bisa memiliki keturunan, apa dosaku Tuhan'' batin Marcel
'kenapa harus anak semata wayangku ini Tuhan" batin mama Clara sambil mengusap rambut Marcel lembut.
'mengapa kau beri kami cobaan seberat ini Tuhan' batin papanya Marcel.
"ma, dari tadi mama belum makan, makan dulu gih, nanti kamu jadi sakit lagi"
"ngga mau pa, ngga lapar"
"sedikit aja ma, ganjal perutnya"
"atau aku beliin , mama makan ya"
mama Clara masih tetap menggeleng sambil tetap menatap lesu wajah Marcel.
"ma, kalau mama begini terus, Marcel tidak akan bisa sembuh, yang ada tambah parah karena aku harus mengurus mama juga tidak hanya mengurus Marcel. Kalau mama sehat walafiat maka kita bisa sama-sama fokus mengurus Marcel. coba pikirin ya ma," tutur suaminya setengah membujuk.
Mendengar mamanya masih diam Marcel yang pura-pura tidur itu berusaha membuka matanya.
"ma" ucapannya hampir tidak terdengar.
"ehhh iya sayang, kamu sudah bangun, syukurlah, kamu ingin apa sayang"
Marcel menggeleng "ngga ma aku ngga mau apa-apa"
"mama sama papa istirahat saja dulu, minum atau makan dulu, aku ngga apa- apa ma"
"ohh iya sayang, benar itu. ma, mama mau makan apa,? mama belum makan, mama ngga mau kan lihat Marcel sedih"?
"iya pa, apa aja pa, papa Taulah biasanya selera mama"
"ya sudah papa beli dulu ya"
"bilang Leon aja pa"
"dia lagi mengurus kantor sayang, papa aja ke kantin"
Setelah papanya keluar buat beli makan Marcel ingin duduk, tapi dia tidak bisa menggerakkan kakinya.
"ma, kok aku ngga bisa mengangkat kakiku",
mata mama Clara langsung tak bisa membendung air matanya.
"sabar ya nak, kamu masih harus diobati,.peluru itu mengenai dekat Kemaluanmu. sehingga merusak salah satu uratnya itu kata dokter."
"apa" kaget bukan main
"huk huk huk makanya kamu harus kuat dan semangat, harus berobat keluar negri ya"
"jadi aku bakal pincang ma? cacat?" tanyanya melongo.
"huk huk huk" ibu Clara hanya bisa makin menangis.
"terus apa sudah tahu siapa yang melakukan ini semua ma'?
"sudah sayang, bodyguardmu yang menyelamatkan kamu waktu itu, sementara Leon terbius. dan yang melakukan ini semua adalah Ingrid. Dia menyuruh orang menyelakaimu dengan menculikmu dan membiusmu sama Leon. Tapi karena bodyguardmu yang pakaian bebas melihat tindak tanduk mereka, jadi mereka langsung menyelamatkanmu, tapi Leon sempat terbius, dan sekarang Ingrid sudah ditangkap" tutur mama Clara hati-hati takut Marcel histeris.
Marcel sangat geram." kurang ajar, dia sudah membohongiku selama bertahun-tahun dan sekarang dia ingin mencelakaiku, kamu memang ngga punya hati Ingrid" katanya pelan menahan geram dan menahan giginya yang sudah menyatu.
"sabarlah nak, dia sudah mendapatkan ganjarannya, sekarang dia dipenjara dan kariernya sudah hancur" berusaha menahan emosi Marcel.
"itu terlalu ringan ma, harusnya kakinya dipatahin dua-duannya supaya dia mengerti penderitaan" ucapnya sambil mengepalkan kedua tangannya.
"mungkin dia tidak terima dengan perceraian kalian, kan biar bagaimana pun kalian pernah saling menyayangi"
"bukan saling menyayangi ma, tapi aku yang bodoh mencintai wanita rubah seperti dia. Dia itu wanita siluman rubah ma, licik dan ngga punya perasaan. kalau dia punya perasaan harusnya dia tidak tega pura-pura hamil hanya untuk mendapatkan rumah mewah dikomplek x ma", ucapnya berapi-api sampai kepalanya kembali agak pusing.
"Marcel, kenapa" tanya mama Clara melihat Marcel memegang kepalanya.
"ngga, ngga apa-apa ma, cuma pusing dikit"
"sudahlah nak, kamu tidur aja dulu ya. masalah Ingrid kita bahas setelah kamu sembuh"
"iya ma" sambil membetulkan letak kepalanya dibantal.
Tidak berapa lama terlihat Marcel sudah memejamkan mata, mungkin pengaruh dari obatnya.
suaminya masuk dengan dua kantong ditangannya dan meletakkannya di meja dikamar itu.
"makan dulu sayang, nanti kamu sakit"
"Iyah" mama Clara mendekat dan mengambil makanannya.
"sayang, dari tadi Marcel belum bangun sama sekali"
"sudah tadi pa, mungkin aku kecepatan ya pa kasihtahu dia bahwa ini semua ulah Ingrid, pasti buat dia sedih"
"mama sudah cerita"
"sudah pa, tadi dia bertanya, makanya ngga sadar aku beritahu dia"
"sudahlah ma" sambil mengelus punggung istrinya untuk menguatkan.."toh sudah terlanjur dikasih tahu, doain aja Marcel baik-baik aja, ngga terpengaruh ya"
"iya pa, makasih ya pa, tadi aku pikir papa akan marah sama mama karena itu"
"ah masak iya saya marahin mama karena itu, mama juga sayang kan sama Marcel, jadi pasti mama ingin yang terbaik buat Marcel" sambil mengecup pucuk kepala istrinya.
"hmmmm" mama Clara jadi tersenyum sama suaminya yang selalu baik dan mengutamakan keluarga.
klo g mau lg msk ke hotel prodeo