NovelToon NovelToon
TERBUNGKUS WAKTU Rahasia Suamiku

TERBUNGKUS WAKTU Rahasia Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Penyesalan Suami / Cintapertama / Pihak Ketiga / Trauma masa lalu / CEO
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dina Sen

Sekar Ayu, gadis sederhana lulusan SMK, hidup di bawah naungan paman dan bibinya yang sukses di dunia fashion. Meski tumbuh di lingkungan materialistis, Sekar tetap menjaga kelembutan hati. Hidupnya berubah ketika bertemu Arumi, istri seorang konglomerat, yang menjodohkannya dengan Bayu Pratama, CEO muda dan pewaris perusahaan besar.

Namun, Bayu menyimpan luka mendalam akibat pengkhianatan cinta masa lalu, yang membuatnya membatasi dirinya dari kasih sayang. Pernikahan mereka berjalan tanpa cinta, namun Sekar berusaha menembus tembok hati Bayu dengan kesabaran dan cinta tulus. Seiring waktu, rahasia masa lalu Bayu terungkap, mengancam kebahagiaan mereka. Akankah Sekar mampu menyembuhkan luka Bayu, atau justru masa lalu akan menghancurkan hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Sen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bayi mungil

Pagi di rumah Pratama.

Cahaya matahari menembus lembut dari sela tirai ruang makan. Aroma tumisan dan roti panggang tercium di udara, berpadu dengan suara lembut si mbok wanita paruh baya yang sudah lama bekerja di rumah besar Pratama yang sibuk di dapur.

“Nun, tolong ambilkan sendok teh di laci atas ya,” ucap Sekar pada Nunik, suaranya pelan di samping si mbok sambil menata dua piring di meja makan.

“Siap, Bu Sekar,” jawab Nunik, gadis muda yang juga membantu di rumah itu belum lama, suaranya riang seperti biasa saat baru datang tiga tahun lalu sebelum Sekar menjadi istri Bayu.

...

Namun, suasana pagi itu terasa sedikit berbeda.

Di ujung meja makan, Bayu duduk diam, masih mengenakan piyama. Tatapannya kosong menembus ruang, jari-jarinya menggenggam cangkir kopi yang sudah mulai dingin.

Wajahnya tampak pucat, mata sembab karena semalaman tak benar-benar tidur.

Sekar beberapa kali menoleh ke arahnya.

“Mas … kamu nggak selera makan?” tanya Sekar, berusaha terdengar biasa.

Bayu terkejut kecil, lalu tersenyum tipis. “Ah, iya. Maaf, aku cuma... agak pusing.”

Ia mencoba meneguk kopinya, tapi rasa pahitnya terasa seperti racun yang mengaduk isi dadanya.

Sekar memperhatikan suaminya dengan cemas, tapi ia tak ingin menekan.

“Kalau pusing jangan masuk kerja dulu, Mas."

Bayu menggeleng cepat. “Nggak perlu. Aku harus ke sana.”

Suaranya datar, tapi sorot matanya menyiratkan beban besar yang tak bisa ia ceritakan.

Sekar menunduk, tangannya sibuk menyendokkan nasi ke piring tanpa menyadari air mata kecil mulai menitik dari pelupuknya.

Ia sadar, Bayu bukan masih stres karena pekerjaan, padahal dalam hati Bayu sedang bergulat dengan sesuatu yang jauh lebih gelap.

 ....

Di hadapannya, Pikiran Bayu monolog batin

“Alira… kau memang iblis.”

Bagaimana bisa dia mengirim foto bayi itu? Bayi itu tidak mungkin... tidak mungkin darahku!

Bayu menghela napas panjang, menatap kosong ke arah meja makan. Gambar bayi mungil di layar ponselnya semalam masih jelas di benaknya' kulitnya putih, mata kecil menatap lugu, dan entah kenapa wajah itu seolah memanggilnya dengan diam.

“Tidak … aku tidak mungkin melakukannya. Aku bahkan tidak sepenuhnya sadar malam itu…”

Kepalanya terasa berat lagi. Ia menutup mata, dan kenangan itu datang...

malam di akhir bulan Desember, satu tahun yang lalu.

 

Flashback Malam itu.

Ruangan apartemen Alira dipenuhi aroma parfum yang kuat dan cahaya temaram. Gelas wine beradu pelan di meja kaca.

Bayu yang saat itu masih mengenakan setelan kantor tampak duduk di sofa, matanya mulai buram karena minuman yang terus disodorkan Alira.

“Minum saja, Bayu,” bisik Alira lembut, duduk di sebelahnya.

“Kamu terlalu tegang. Aku cuma mau bantu kamu lepas sebentar dari semua tekanan kerja itu.”

Bayu menggeleng lemah. “Aku nggak bisa, Lira. Kita udah … selesai.”

Alira tersenyum kecil, tangannya menyentuh lengan Bayu, lalu pelan menelusur ke dada.

“Selesai? Kamu yakin? Kamu pikir aku akan biarkan kamu pergi begitu saja, setelah semua yang aku lakukan untukmu?”

Bayu merasakan matanya makin berat, kepalanya berputar.

Rasanya aneh, lebih dari sekadar mabuk. Dunia seperti berputar cepat, dan suara Alira terdengar semakin jauh tapi menggoda.

“Bayu … kamu butuh aku. Lihat aku, hanya aku yang tahu caramu merasa hidup.”

Bayu berusaha bangkit, tapi tubuhnya tak mendengar perintah.

Alira tersenyum, menarik wajah Bayu mendekat.

Bisikannya terdengar samar namun menusuk.

“Malam ini, kamu milikku. Dan aku akan pastikan… semuanya milikmu akan jadi milikku juga.”

Bayu ingin menolak, ingin berteriak, tapi suaranya tenggelam dalam kabut kesadaran yang pudar.

Dan malam itu berakhir dalam kelam bukan karena cinta, melainkan jebakan yang perlahan merenggut ketenangan hidupnya.

 ....

Kembali ke pagi hari di ruang makan itu.

Bayu terperanjat kecil, memegang kepala yang terasa berdenyut.

Sekar menatapnya khawatir.

“Mas? Kamu kenapa?”

Bayu menatap istrinya lama, wanita yang polos, tulus, dan sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya sedang mengancam rumah tangga mereka.

“Tidak, Sekar,” katanya pelan. “Aku cuma … kepikiran kerjaan aja.”

Sekar mengangguk pelan, berusaha tersenyum meski hatinya masih resah.

“Kalau begitu sarapan dulu, ya. Aku ambilkan nasi kamu.”

Bayu menatap Sekar dengan tatapan campur antara rasa bersalah dan takut.

Di matanya, ia melihat sosok wanita sederhana yang kini jadi benteng satu-satunya di tengah badai masa lalunya yang mulai menyeretnya lagi.

“Sekar… andai kamu tahu semuanya, kamu pasti akan pergi dariku.”

Namun sebelum ia bisa menenangkan diri, ponselnya di saku bergetar pelan.

Satu pesan baru masuk.

Nomor yang sama seperti semalam.

Bayu menelan ludah, membuka pesannya di bawah meja, agar Sekar tak melihat.

Tulisan itu membuat napasnya tercekat.

“Bayi itu ingin bertemu ayahnya. Jika kau menolak, aku akan datang ke rumahmu malam ini.” Alira.

Bayu memejamkan mata, tubuhnya menegang.

Ia tahu, masa lalu yang coba dikuburnya ... kini benar-benar datang menagih.

"mass..." sekar memanggil lembut.

"ah, iya ... Sekar, " jawabnya memaksakan senyum.

Sekar menyodorkan nasi. "sarapan kamu, nanti dingin."

Bayu lantas menyantap makanannya mencoba alihkan pikirannya dari wanita itu, sebelum ia pamit untuk bekerja pada Sekar.

 ****

Waktu menunjukkan pukul delapan pagi.

Bayu tiba di rumah mewah yang setara miliknya, tempat Alira tinggal. dengan ketukan jantung yang meninju tenggorokannya, Ia bilang pada dirinya akan bicara tegas, akan menuntaskan semua ini, tapi ketika pintu rumah itu terbuka dan aroma parfum manis Alira menyergap, semua kata-kata itu seakan runtuh.

Alira menyambutnya berdiri di ambang pintu, riasan sempurna, senyum yang selalu membuatnya muak, memang dulu senyum itu menjadi dambaan untuk Bayu' namun kini melihatnya serasa jijik. Di belakangnya, di sebuah kursi empuk, seorang bayi mungil tertidur dipangkuan oleh seorang perawat; suara napas kecil itu membuat sesuatu di dada Bayu runtuh.

“Ayo masuk, Bayu,” Alira mempersilakan seperti tuan rumah yang ramah, padahal tatapan matanya penuh perhitungan. “Kita perlu bicara dewasa.”

Bayu menutup pintu di belakangnya, menahan nafas. “Alira … apa maksudmu mengirimkan foto itu? Itu… itu bohong.”

Alira menepuk tangannya pelan, memandangnya sambil menyeringai. “Kau ingin bohong pada dirimu sendiri? Lihat.” Ia mengeluarkan ponsel lain dan memperlihatkan serangkaian foto: bayi yang sama, foto-foto terakhir dari malam yang tak pernah bisa ia hapus, foto di mana Bayu dalam selimut putih, napas berat, tanpa mengenakan baju; Alira membelai wajahnya di sela-sela cahaya temaram. Foto-foto itu seperti batu dingin menimpa dada Bayu.

Angin sejenak seolah berhenti. Bayu merasakan mulutnya kering, kepalanya berdenyut hebat. “Aku tidak ingat, aku tidak sadar malam itu.” Suaranya seret, nadanya lebih pada pembelaan diri daripada keluhan.

Alira tertawa kecil, tawa yang selalu membuatnya merasa kecil. “Tentu kau tidak ingat. Aku sudah pastikan kau ‘tidur nyenyak’ sebelum semuanya terjadi. Kau terlalu mudah diremukkan, Bayu. Tapi lihatlah, hasilnya nyata.” Ia menunjuk bayi di kursi, yang masih tertidur, bibir mungilnya bergerak.

Bayu seperti ditarik mundur oleh arus yang tak terlihat. Kepalanya penuh. “Kau tidak berhak—” ia memulai, mencoba mengumpulkan sisa-sisa marah yang ia punya.

Alira memotong, suaranya tiba-tiba dingin. “Dengarkan baik-baik, Bayu. Ini pilihannya: kembali padaku, kita bersama-sama urus anak itu, kita satukan perusahaanmu dan perusahaan ku, hidup tenang seperti yang seharusnya' atau aku ungkap semuanya. Pada istrimu. Pada ibumu. Pada direksi, bahkan Ayahmu Pratama. Kapan saja aku mau.” Ia mencondongkan badan, menatap langsung ke mata Bayu. “Aku punya bukti. Foto. Pesan. Saksi. Aku bisa membuatmu kehilangan semuanya.”

Bayu menelan ludah. Kata-kata itu seperti rantai yang mengencang pada lehernya. “Kau bercanda?” Ia berusaha terdengar marah, tapi suaranya pecah. “Kau pikir aku akan kembali begitu saja? Kau pikir aku mau hidup setengah seperti itu?”

Alira mengangkat bahu, mata berkilat penuh kepuasan. “Kalau bukan kembali, tetap berhubungan tanpa ikatan. Aku tidak butuh kata ‘istri’ darimu. Aku hanya butuh akses — kasih sayangmu pada anak ini, dan akses pada beberapa hal di perusahaanmu. Itu tidak akan sulit, kan?” Senyum sinis nya tak pernah pudar.

Bayu merasakan tanah seakan bergoyang. Ia ingin memukul meja, ingin menjerit pada wanita itu bahwa semua ini salah, bahwa ia korban, bukan pelaku. Namun di bibirnya, apa pun yang akan diucapkan bisa saja kembali menjadi amunisi di tangan Alira.

“Jika kau coba menghancurkan hidupku…” Bayu memaksa suaranya tegas, “aku akan—”

“—kau akan apa?” Alira menyudahi kalimatnya dengan lembut, tapi ada ancaman terselip. “Kamu akan bilang apa ke istrimu? Bahwa kau pernah ‘tidur’ dengan mantanmu yang punya kepentingan? Atau kau akan memikirkan reputasi perusahaanmu kalau ini menyebar ke media? Aku punya banyak jalan, Bayu.”

Hawa dingin menyusup ke tulang punggung Bayu. Semua kemungkinan yang membuatnya melindungi Sekar, malu, tanggung jawab, rasa bersalah, kini dipakai untuk menekan dirinya. Di hadapannya, Alira menaruh bayi di pangkuannya dan menatapnya dengan pura-pura lembut, seolah menawarkan kebaikan sekaligus mengikat.

Bayu berdiri kebingungan. Ia tahu satu hal: jika ia menolak keras, rahasia ini bisa meledak. Jika ia menurut, ia mengkhianati Sekar. Antara dua pilihan yang sama-sama menjijikkan itu, tak ada yang tampak seperti jalan keluar.

Ia menatap bayi itu, napasnya tercekat oleh perasaan yang sulit diurai, penyesalan, kemarahan pada dirinya sendiri, dan rasa ingin melindungi yang tak pernah ia pilih. Ia menatap Alira. Di wajahnya tampak kepuasan penuh kemenangan.

“Aku butuh waktu,” akhirnya Bayu mengucap, suaranya nyaris bisik. Itu bukan penolakan. Itu bukan persetujuan. Itu janji samar pada dirinya sendiri bahwa ia belum menyerah sepenuhnya.

Alira membalas dengan senyum menyeringai. “Baik. Waktu. Tapi jangan lupa, waktu bekerja untukku. Semakin lama kau pura-pura tidak mendengar, semakin banyak yang bisa aku atur.” Ia berdiri, menaruh bayi ke kursi swing yang bergoyang pelan, lalu melangkah mendekat. Dengan satu sentuhan yang terlihat penuh kasih pada pipi Bayu, ia berbisik, “Pikirkan baik-baik, sayang. Jangan sampai aku yang memutuskan untukmu.”

Bayu mundur, lalu berbalik pergi. Di halaman rumah itu ia terhuyung ke arah mobilnya, kepala berputar, dunia terasa berbelit. Di sepanjang jalan pulang, pikirannya berputar rencana, kemungkinan, cara melindungi Sekar tanpa menghancurkan diri sendiri. Tapi untuk saat ini, satu hal jelas: ia terkurung dalam ancaman yang halus dan mematikan.

Di balik kaca mobil yang menatap kota, Bayu menutup mata dan berbisik dipenuhi amarah sekaligus ketakutan, “Aku akan temukan caranya. Aku harus menemukan caranya.”

...

Mobil hitam itu berhenti perlahan di halaman rumah megah keluarga Pratama. Lampu teras sudah menyala, menyorot lembut langkah Bayu yang keluar dari mobil dengan wajah letih. Dasi yang tadi terpasang rapi kini longgar, mata sayunya menatap kosong ke arah pintu rumah.

Hatinya terasa penuh — bukan dengan amarah, tapi dengan sesuatu yang jauh lebih melelahkan: kebingungan dan rasa bersalah.

Di kepalanya, suara Alira masih terngiang-ngiang.

“Pikirkan baik-baik, sayang. Jangan sampai aku yang memutuskan untukmu…”

Tangannya mengepal. Ia tahu wanita itu tidak akan berhenti. Dan sekarang… bahkan rumah yang selama ini menjadi tempat tenang baginya terasa seperti jebakan.

Begitu Bayu membuka pintu, aroma masakan menyambutnya, kaldu ayam dan wangi teh melati. Sekar keluar dari dapur sambil mengelap tangannya dengan celemek. Wajahnya tampak lega sekaligus cemas.

“Mas sudah pulang…” suaranya lembut, tapi di dalamnya ada nada rindu.

Bayu hanya mengangguk kecil, meletakkan tas kerjanya di sofa tanpa berkata apa-apa.

Sekar menatapnya penuh tanya. “Mas capek, ya? Aku baru mau nyiapin makan malam. Mau aku ambilkan teh dulu?”

Bayu menatapnya sebentar, lalu memalingkan wajah. “Nggak usah, Sekar. Aku cuma butuh mandi.”

Nada suaranya tenang, tapi dingin, seperti seseorang yang tengah menahan sesuatu agar tak tumpah.

Sekar mengangguk pelan, menatap punggung Bayu yang beranjak ke arah kamar di lantai atas. Ada sesuatu yang terasa berbeda dari langkahnya, berat, seperti memikul beban yang tak terlihat.

 ....

Beberapa menit kemudian di kamar.

Bayu berdiri di depan cermin, menatap wajahnya sendiri. Wajah itu tampak asing. Ada lingkar hitam di bawah matanya, tatapan tajam yang kehilangan arah.

Ia menyalakan air kran, membasuh wajahnya keras-keras, seolah air bisa menghapus dosa yang menempel di kulitnya.

Namun yang muncul di benaknya justru wajah Alira, senyum sinis, bayi mungil di pangkuannya, dan foto-foto sialan itu.

“Kau mau kembali padaku ... atau aku akan hancurkan hidupmu?”

Bayu memukul tepi wastafel dengan keras. “Tidak… aku nggak akan kalah.” napasnya memburu.

Namun kata-kata itu terasa kosong. Ia bahkan tak tahu harus mulai dari mana.

 

Sementara di luar kamar, Sekar mengetuk pelan.

“Mas? Makan malamnya sudah siap.”

Bayu menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Sebentar lagi,” jawabnya singkat.

Sekar menunggu sebentar, lalu beranjak ke ruang makan. Ia menata meja dengan hati-hati, menyiapkan piring, sendok, dan segelas air putih untuk Bayu. Namun, hatinya tak tenang.

Ia tahu ada sesuatu yang disembunyikan Bayu — entah apa, tapi ia bisa merasakannya. Tatapan mata suaminya sejak pagi berbeda; lebih gelap, lebih berat.

“Mas akhir-akhir ini sering kelihatan capek…” gumam Sekar lirih, lebih seperti bicara pada dirinya sendiri.

Nunik, sang pembantu muda yang lewat sambil membawa piring tambahan, ikut melirik. “Mungkin karena kerjaan, Bu. Saya lihat tadi pagi juga mukanya pucat banget.”

Sekar hanya mengangguk. “Iya… tapi entah kenapa rasanya seperti ada yang dia pikirin, Nun.”

 

Tak lama kemudian, Bayu turun dari tangga.

Ia sudah berganti pakaian santai, rambutnya masih basah. Dari luar, ia tampak tenang, tapi matanya menatap Sekar seperti menatap sesuatu yang rapuh — sesuatu yang ia tahu bisa hancur kapan saja.

Sekar tersenyum kecil, berusaha mencairkan suasana. “Mas, sini… aku udah siapin sup ayam. Kamu pasti belum makan siang, kan?”

Bayu duduk, mengambil sendok tanpa banyak bicara.

Suasana makan malam itu sunyi. Hanya terdengar dentingan sendok beradu dengan mangkuk.

Sekar sesekali melirik, berharap Bayu akan membuka percakapan, tapi suaminya tetap diam. Hingga akhirnya, dengan suara lembut, Sekar bertanya:

“Mas… ada yang mau kamu ceritain?”

Bayu berhenti mengunyah, menatap istrinya sebentar, lalu menggeleng. “Nggak ada, Sekar. Aku cuma... lelah.”

Sekar menunduk, berusaha tersenyum. “Kalau gitu, setelah makan langsung istirahat aja, ya.”

Bayu mengangguk pelan, tapi pikirannya jauh dari tenang.

Begitu Sekar menunduk lagi, Bayu sempat melirik ponselnya di atas meja — ada pesan baru masuk. Nomor yang sama.

“Aku tahu kamu pulang. Aku menunggu jawabanmu malam ini.” Alira.

Bayu menutup layar ponsel cepat-cepat, menyembunyikannya dari pandangan Sekar.

Wajahnya menegang. Sekar sempat menyadarinya tapi pura-pura tidak melihat.

Di dalam hatinya, Sekar berbisik cemas,

“Apa sebenarnya yang disembunyikan Mas Bayu dariku?”

Dan di sisi lain meja itu, Bayu berpikir keras,

“Aku harus melindungi Sekar dari ini. Tapi bagaimana kalau Alira benar-benar menghancurkan segalanya?”

Malam itu makan malam berakhir tanpa percakapan.

Hanya dua hati yang sama-sama diselimuti rahasia —

yang satu tak tahu apa-apa, dan yang satu terlalu takut untuk jujur.

 

1
ginevra
kunci utama suatu hubungan adalah komunikasi ... ya nggak pren
Dinar Sen: di jodohkan itu bikin, gak ngerti 🥴
total 1 replies
ginevra
apa tu bang? buka dong... heheheh
Dinar Sen: mau di buka takut di tinggal 😝
total 1 replies
ginevra
namanya juga baru kenal.... pasti ada rasa canggung. ..
Kim Tyaa
Aku sudah mampir ... Alon-alon bacanya
Dinar Sen: siap kak, terimakasih 🙏🏻😊
total 1 replies
Sharah ArpenLovers Khan
Perhatian nya Arifal sama Sekar sampai Karyawan pada iri 😄😄
cantik dan Sekar pun gosip lahh di dengar Arifal dong 😄😄

duhhh semoga pak Hasan selamat yaa biar kasih tau yang sebenarnya sama Bayu gmn hasil Tes DNA itu 🥲🥲
pst perbuatan Pelakor Stress si Alira bikin Pak Hasan kecelakaan 🥲🥲

penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya kesayangan kuuu tetap semangat ya Sayyy quuu lanjutkan karya mu 💪💪🥰🥰🤗🤗
Sharah ArpenLovers Khan: Klo bukan mau dapetin Bayu apa dong harta nya kali yaa 😆😆
total 4 replies
Sharah ArpenLovers Khan
Duhhhh gmn tuh pak hasan selamat gk yaa? terus test DNA nya gmn??

ehmmm jgn sampai Sekar jatuh cinta sama Arifal 😄😄
Sharah ArpenLovers Khan: Nnt tak tolong sadarkan biar bangun dan selamat tuh pak Hasan dan suruh pak Hasan ngomong ke Bayu 😅😅
total 4 replies
Sharah ArpenLovers Khan
Tuhhh bener kan Alira jebak Bayu.. Duhhh semoga hasil Test DNA negatif yaa. biar kapok tuh Alira krn hasilnya negatif 😅😅😅
Sekar jgn percaya begitu saja sama Alira dong 🥲🥲 Bayu cuma di jebak 🥲🥲
Alira pelakor stress 😅😅😅
kasihan Sekar semoga Sekar percaya begitu saja sama perkataan Alira 🥲🥲
akhirnya Sekar bakal kerja di toko nya Arifal 😄😄

penasaran sama lanjutannya...
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuuu tetap semangat terus yaa Sayyy quuu lanjut kan karya mu 💪💪🥰🥰🤗🤗
Sharah ArpenLovers Khan: Sama Sama Sayy 🤗☺
total 2 replies
Sharah ArpenLovers Khan
wadawww Alira berani nya mendekati Sekar ngomong tentang hubungan nya dg Bayu. semoga Sekar gk percaya, kasihan Sekar 🥲
penasaran dg lanjutannya..
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu tetap semangat terus Sayyy 🤗🥰💪💪
Sharah ArpenLovers Khan: Sapu nya buat ngusir di Alira sekalian pakai palu buat palu Alira biar kapok 😅😅😅
total 2 replies
Sharah ArpenLovers Khan
Semoga Bayu bisa memecahkan masalah nya.
semoga nnt Sekar bisa kerja di Toko..
bagus juga Sekar Mandiri 😁😁
Sharah ArpenLovers Khan: Yupz Sayyy ku tunggu 😄😄
total 2 replies
Sharah ArpenLovers Khan
Ternyata benar dugaan Bayu kalau dia emng di jebak oleh Alira. jangan² Bayi itu emng bayi nya Pak Masaru dan Alira apalagi Rangga perlihatkan foto Pak Masaru dan Alira...
penasaran dg lanjutannya...

di tunggu updatenya ya Author kesayangan kuuu tetap semangat terus yaa Sayyy quuu 💪💪🤗🤗🥰🥰
Sharah ArpenLovers Khan: Sama² Sayy 🤗🤗😁😁
total 2 replies
Sharah ArpenLovers Khan
Arifal perhatian banget yaa sama Sekar, seperti perhatian seseorang sama pasangan nya 🥰
gmn jika nnt Bayu tau yaa 😆😆

penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya yaa Author kesayangan kuuu tetap terus semangat ya Sayyy 🥰🤗💪💪🤗
Sharah ArpenLovers Khan: Yaaa betul salah dia sendiri karena ninggalin Sekar terus, gak kasih kabar juga, akhirnya Sekar sendirian dan ada yg nemanin 😅😅😅
total 2 replies
Wang Lee
Wow
Wang Lee
Asik
Wang Lee
Mantap
Wang Lee
Keren
Sharah ArpenLovers Khan
Mudah²an Alira gk curiga sama Rangga dan Rangga bisa jaga Rahasia. kira² gmn ya hasil nya...

di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu Emak Ncingg si Gemoyyy tetap semangat Sayy 🤗🥰💪
Sharah ArpenLovers Khan: Jangan sampai ketahuan Sayy bahaya klo sampai ketahuan Alira bisa gagal rencananya Bayu ntar 😆😆
total 2 replies
Sharah ArpenLovers Khan
Kasihan Sekar, Bayu tidak bisa di hubungi 🥲 untungnya ada Arifal🥲

penasaran dg lanjut nya gmn yaa nnt jika Bayu tau Sekar kecelakaan?? di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu tetap semangat Sayyy 🤗🥰💪
ginevra
aku dah mampir thor ...
Dinar Sen: siap kak terimakasih, 🙏🏻😉
total 1 replies
ginevra
baik banget sumpah
ginevra
Bayu green flag banget
Dinar Sen: terimakasih kak ☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!