NovelToon NovelToon
Senja Di Tapal Batas (Cinta Prajurit)

Senja Di Tapal Batas (Cinta Prajurit)

Status: sedang berlangsung
Genre:Dark Romance / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: khalisa_18

Kalea dan Byantara tumbuh bersama di sebuah asrama militer Aceh, bak kakak dan adik yang tidak terpisahkan. Namun di balik kedekatan itu, tersimpan rahasia yang mengubah segalanya. Mereka bukan saudara kandung.

Saat cinta mulai tumbuh, kenyataan pahit memisahkan mereka. Kalea berjuang menjadi perwira muda yang tangguh, sementara Byantara harus menahan luka dan tugas berat di ujung timur negeri.

Ketika Kalea terpilih jadi anggota pasukan Garuda dan di kirim ke Lebanon, perjuangan dan harapan bersatu dalam langkahnya. Tapi takdir berkata lain.

Sebuah kisah tentang cinta, pengorbanan, keberanian, dalam loreng militer.
Apakah cinta mereka akan bertahan di tengah medan perang dan perpisahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khalisa_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Operasi Balik Kanan, Garis Batas Trambesi, dan Kehormatan

Jalanan Banda Aceh menuju Bireuen adalah lintasan emosi bagi Kalea Aswangga. Setiap putaran roda mobilnya membawa kesadaran yang pahit dan juga manis, cinta pertamanya ternyata tidak pernah meninggalkannya, hanya saja bersembunyi di balik etika dan pangkat. Tujuh tahun yang hilang, kini akhirnya terlihat dalam setiap tingkah konyol Byantara. Dan segala kerusuhan yang di lakukan pria itu. Setiap mengingatnya hati Kalea terasa sangat ngilu.

Kalea tiba di rumah menjelang malam. Bu Aswangga menyambutnya, mengabarkan bahwa demam Byantara semakin tinggi setelah bangun tidur.

Tanpa menjawab apapun, Kalea langsung menuju kamar Byantara. Ia duduk di tepi ranjang, menyentuh dahi abangnya yang panas.

“Bang,” panggil Kalea pelan.

Byantara membuka mata, terkejut melihat Kalea. “Lea? Kenapa kamu di sini? Kamu tidak jadi ke Banda Aceh?”

Kalea tidak menjawab. Ia hanya menatap Byantara dengan mata yang penuh penyesalan. “Kenapa kamu tidak bilang soal pohon trambesi?” kata yang akhirnya keluar serta tangannya yang dingin dan gemetar hebat

Wajah Byantara seketika menegang. Rasa takut dan keterkejutan terpancar jelas. “Kamu... kamu ketemu Swasmita?”

karena hanyalah Swasmita lah yang tahu segalanya selama tujuh tahun ini.

“Tujuh tahun, Bang. Tujuh tahun aku pikir kamu menolakku. Aku pikir kamu hanya menganggapku adik konyol. Aku membuat keputusan untuk pergi, dan kamu membiarkanku dengan kebohongan itu,” suara Kalea bergetar.

Byantara mencoba duduk. “Itu... itu sudah berlalu, Lea. Itu urusan lama. Aku sudah membuat garis batas di bawah pohon trambesi itu, dan aku tidak bisa melanggarnya.”

“Garis batas apa, Bang? Garis batas yang membuatmu sakit sekarang? Ini bukan demam, Bang! Ini penyesalan! Kamu menahan rindumu sendiri!” seru Kalea, air matanya mulai tumpah.

Kalea meraih tangan Byantara. “Kenapa kamu membiarkan aku membuat keputusan bodoh dengan berlari menjauh? Kenapa kamu tidak menghentikanku hari itu?”

Byantara balas menggenggam tangan Kalea, genggamannya kuat. Ia menatap adiknya dengan tatapan terluka. “Aku tidak berani menghentikanmu, Lea. Aku bangga padamu. Kamu sudah menjadi seorang perwira Kopassus. Dan itu mimpimu. Abang enggak mau menghancurkan semuanya. Abang biarkan kamu pergi, berharap perasaan itu hilang. Tapi enggak. Hanya saja... abang enggak bisa egois Le.”

Karena jika aku egois, aku akan kehilangan mu selamanya Lea, dan aku tidak sanggup melakukan. Lebih baik aku kehilangan diriku sendiri, daripada aku harus kehilanganmu.

“Jadi, semua tingkah konyolmu, ejekanmu sama Ramdan, semua itu karena kamu cemburu, Bang?” tanya Kalea, tersenyum getir di tengah air matanya.

Byantara mengalihkan pandangan. Ia tidak menyangkal. Tapi tidak juga membenarkan.

Kalea mendekat, tangannya membelai pipi abangnya. “Lihat aku, Bang. Perasaan yang aku tinggalkan di bawah pohon trambesi itu, tidak pernah mati. Itu hanya tertunda. Ramdan itu pahlawanku, Bang. Tapi kamu... kamu adalah duniaku.”

Kalea merosot ke lantai bersandar pada lutut Byantara. “Aku enggak mau abang sakit lagi, Bang. Kita hadapi bersama.”

Byantara menarik napas panjang, mata merahnya memandang kosong ke depan. Ia membiarkan Kalea bersandar, tetapi ia menegakkan tubuhnya, kembali ke mode perwira yang menjunjung tinggi kehormatan.

“Tidak, Lea,” ujar Byantara, suaranya pelan namun tegas. “Kita tidak bisa bersama.”

Kalea mendongak, wajahnya basah. “Kenapa, Bang? Kenapa lagi?”

“Ramdan. Ramdan adalah perwira yang baik. Dia mencintaimu, Lea. Dia hendak melamarmu. Ada kehormatan dan janji yang dipertaruhkan. Kita tidak boleh melangkahi kehormatan itu hanya karena cinta yang muncul di waktu yang salah. Ini bukan hanya tentang kita berdua, Lea. Ini tentang etika, tentang janji kepada keluarga, dan tentang kehormatan seorang prajurit.”

Byantara mengusap kepala adiknya yang tertutup hijab. “Aku rela sakit, Lea. Aku rela menahan rindu ini. Tapi aku tidak rela melihatmu melukai Ramdan, dan melukai nama baik keluarga. Kamu harus bahagia, Lea. Tetaplah bersama Ramdan.”

Air mata Kalea kembali tumpah dengan deras. Ia menyembunyikan wajahnya di lutut Byantara, menangis sesenggukan. “Tapi kenapa harus kehormatan, Bang? Kenapa harus mengorbankan perasaan kita?”

“Karena kita prajurit, Lea. Kita hidup dengan kehormatan. Dan Ramdan adalah rekan dan juga juniorku di lapangan. Aku tidak bisa mengkhianati kehormatannya,” bisik Byantara, matanya ikut berkaca-kaca menahan rasa sakit di dadanya.

Di luar kamar, di balik pintu yang tertutup rapat, Bapak dan Ibu Aswangga berdiri, diam-diam mendengarkan setiap kalimat. Air mata mereka mengalir deras.

Pak Aswangga, sang Letnan Kolonel (Purn.) yang gagah berani di Medan tempur, tapi kali ini ia bersandar di dinding, matanya terpejam. Ia merasa hancur. Anak-anaknya yang berjuang menjaga kehormatan bangsa, kini harus berperang dengan kehormatan diri dan cinta yang tidak boleh terucap.

Bu Aswangga menangis tanpa suara, memeluk erat lengan suaminya. “Anak-anak kita, Pak. Mereka terlalu mulia. Kenapa mereka harus memilih antara cinta dan kehormatan?” bisiknya lirih.

Mereka tahu, di dalam kamar itu, pertempuran paling berat sedang terjadi, pertempuran yang tidak bisa mereka menangkan dengan pangkat atau strategi, hanya dengan keikhlasan hati. Dan bagi seorang prajurit seperti Byantara, kehormatan adalah segalanya, bahkan mengalahkan cinta yang telah ia simpan selama bertahun tahun lamanya.

1
atik
lanjut thor... semangat 💪
Khalisa_18: Makasih KK, di tunggu update selanjutnya ya
total 1 replies
atik
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!