Terjebak di sebuah negri yang tak dikenal.
Di sanalah kisah ini bermula, pertemuan yang tak terduga antara DEVNIA ANGGARA RISMA dan pangeran ALFATIH LYSANDER menumbuhkan benih cinta di hati sang pangeran, namun ketidak pekaan Nia terhadap rasa yang dimiliki Ly membuat kegilaan laki-laki itu muncul.
Cinta beda alam akankah semesta mendukungnya?
Yuk ikuti kisah mereka!
Untuk kalian semua pembaca setia novel Toon salam kenal dariku Diomira antika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diomira antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9 Rencana pernikahan
Dan tepat di menit yang ke 15 ayu datang dengan nafas terengah-engah. Di sampingnya ada seorang laki-laki tua berumur sekitar 60 tahun.
"kami datang tepat waktu pangeran."
"mm... kamu keluarlah!"
"baik pangeran." segera ayu pergi keluar kamar.
Kini tinggal lah Nia, pangeran Ly dan si tabib saja di dalam kamar. "pangeran apa yang menjadi keluhan tuan putri?"
"kakinya terluka, obati lah segera dan saya tidak ingin ada bekasnya sama sekali!"
"akan saya lakukan yang terbaik pangeran." jawab si tabib.
"mari tuan putri silahkan berbaring saya akan melihat lukanya!" ucap si tabib pada Nia.
Tanpa bantahan Nia segera berbaring, selesai memeriksa si tabib mulai merakit daun daunan yang akan di jadikan obat untuk laka goresan dan memar yang ada di kaki Nia. setelah selesai tabib pun pamit kepada pangeran Ly dan Nia.
Setelah tabib pergi pangeran Ly mendekati Nia lalu berkata, "istirahatlah, lusa kita akan menikah dan aku tidak ingin melihat lukamu itu masih ada di sana." ucapnya tulus dari hati.
Nia mengangguk sebagai jawaban, lalu mulai memejamkan matanya. Pangeran Ly bersiap untuk pergi, namun saat di dekat pintu Nia memanggilnya.
"pangeran setelah kita menikah aku boleh pulang kan?" tanya Nia memastikan jika pangeran Ly benar-benar tidak lupa akan perjanjian mereka.
Untuk beberapa detik pangeran Ly terdiam ada rasa berat dan tidak ingin di hatinya. Namun akhirnya dia memutuskan untuk mengangguk dan senyum pun mekar sempurna di bibir Nia, pangeran Ly kembali melangkahkan kakinya meninggalkan kamar Nia, hingga dengan hati yang tenang Nia pun mulai memejamkan matanya.
Di posisi pangeran El. "bunda bagaimana ini lusa pangeran Ly dan Nia akan menikah, lalu apa yang harus kita lakukan bunda apa kita akan diam terus seperti ini menyaksikan kembali pangeran Ly meraih kemenangan sedangkan kita tetap seperti ini saja, menjadi kacung yang tak berguna."
"bunda tidak tau El, belum ada celah bagi kita untuk bertindak."
"ayolah bunda aku tidak ingin seperti ini aku juga ingin punya kedudukan dan sedikit saja di pandang orang istana maupun orang luar."
"tidak segampang itu El."
"lalu bagaimana bunda?"
"kita tunggu saja du lu El siapa tau nanti ada kesempatan untuk kita."
Pangeran El hanya bisa menghela nafas lelah, tanpa tau lagi harus berbuat apa.
Di istana Darma sedang sibuk menyiapkan segala macam keperluan untuk acara pernikahan sang putra mahkota.
Dia memerintahkan sebagian prajuritnya untuk menyebarkan undangan ke seluruh penjuru daerah kekuasaannya maupun ke daerah tetangga serta kerajaan besar lainnya.
Sebagian lagi sibuk menyiapkan dekorasi yang mewah, sebagian lagi menyiapkan bahan masakan sebagian lagi mendekorasi kamar pengantin.
Pangeran El dan ibunya juga terpaksa harus ikut sibuk menyiapkan berbagai keperluan.
Sampai tengah malam tiba mereka terus bekerja sibuk dengan aktivitas masing-masing. Nia yang tadi siang tertidur cukup lama malamnya jadi ikut terjaga.
"Ayu sampai tengah malam seperti ini mereka belum tidur apa mereka tidak lelah?" tanya Nia yang saat ini melihat aktivitas semua orang dari jendela kamarnya.
"tenaga serta tubuh kami sudah terlatih tuan putri, hal seperti ini bukanlah sesuatu yang luar biasa."
"benarkah mereka semua tidak akan sakit nantinya?"
"kau sangat berlebihan tuan putri, semuanya akan baik-baik saja." jawab ayu yang saat itu sedang mengucapkan buah mangga untuk Nia.
Dengan lahap Nia selalu memakan makanan yang ada di sana, minimnya pengetahuan membuat Nia sedikitpun tidak tau jika seorang manusia tidak boleh memakan makanan dari bangsa lain itu akan membuat Nia terjebak selamanya di sana.
Singkat cerita tibalah di mana hari pernikahan Nia dan pangeran Ly diadakan.
Pagi ini Nia terlihat begitu cantik dalam balutan gaun pengantin ala kerajaan, dengan mahkota besar di kepalanya kini dia sudah menjelma menjadi seorang ratu kerajaan dinasty.
Tak ada lagi aura gadis kota jaman sekarang pada dirinya, di dampingi 5 orang pelayan Nia berjalan menuju ke tempat di mana kini pangeran Ly sedang menunggunya dengan pakaian kebesarannya.
Kini mata para tamu undangan tertuju kepada satu titik yaitu sepasang mempelai itu.
Kini Nia sudah berdiri tegak di depan pangeran Ly, wajah cantik serta senyum yang manis di wajah Nia mampu mengunci tatapan mata pangeran Ly.
"Cantik sekali, dia milikku selamanya akan tetap milikku." ucap pangeran Ly di dalam hati.
Acara pernikahan berlansung sekitar 20 menit tibalah di mana waktunya resepsi perjanjian darah, Nia kebingungan karena resepsi ini sangat berbeda jauh dari akad nikah yang nia bayangkan sebelumnya.
Pangeran Ly menatap lekat manik mata indah milik Nia, "mulai saat ini hingga selamanya kamu adalah milikku Nia!" ucapnya yang kini mulai mengikis jarak.
Nia mematung di tempat awalnya Nia berpikir pangeran Ly akan menciumnya tapi ternyata tidak, yang di inginkan pangeran Ly adalah lehernya.
"pangeran kamu apa?" pangeran Ly tidak menjawab. kini dia memeluk erat tubuh Nia menyelinapkan wajahnya di leher Nia.
Awalnya dia menjilat sedikit, dingin meresap hingga kedalam itulah yang Nia rasakan saat ini, namun saat itu juga Nia menjerit air matanya luluh begitu saja, rasanya sangat sakit karena pangeran Ly menggit disana lalu menghisap darahnya.
"mama...." ucapnya Nia yang kini sudah menangis. pangeran Ly menegakkan kembali tubuhnya dia mengusap air mata Nia yang mengalir membasahi pipinya, "tenanglah istriku aku hanya meminta darahmu sedikit saja sebagai bukti jika kini kamu sudah resmi menjadi milikku." Nia masih menangis segukan di posisinya.
Namun tangis Nia terhenti saat pangeran Ly menyodorkan pergelangan tangannya ke dekat mulut Nia. Nia menatap bingung kearah pangeran Ly.
"gigit lah hisap darahnya seperti yang tadi aku lakukan padamu!"
Nia menggeleng. "aku tidak mau, darah bukan sesuatu yang baik untuk di telan." jawab Nia.
"kau hanya perlu meminumnya sedikit saja."
"aku tetap tidak mau." jawab Nia dengan tegas.
Akhirnya pangeran Ly mendekatkan tangannya ke mulutnya sendiri, saat mulut pangeran Ly terbuka dan hendak menggigit tangannya sendiri saat itu juga Nia melihat dengan mata kepalanya sendiri di mana gigi taring pangeran Ly yang awalnya datar tiba-tiba sedikit memanjang dan juga runcing.
Melebar sempurna mata Nia, nafasnya tercekat tubuhnya mematung, degup jantungnya sepuluh kali lebih cepat, rasa takut menyergap hatinya.
Setelah darah itu terkumpul di dalam mulutnya pangeran Ly meraih tengkuk Nia lalu mentransfer darah dan mulutnya kedalam mulut Nia, lalu pangeran Ly melumat dan menghisap benda kenyal itu, ciuman itu terus berlangsung sampai saat di mana Nia terpaksa harus menelan darah pangeran Ly.
Perut Nia terasa seperti di aduk-aduk hingga tak tahan dengan rasanya Nia berlari menjauhi keramaian, di sana perut nia ingin memuntahkan apa yang baru saja di telan nya, namun tak ada apapun yang keluar justru kini Nia merasakan kepalanya teramat pusing dan akhirnya dia pun kehilangan kesadarannya.
Pangeran Ly berhasil menangkapnya sebelum tubuh Nia membentur lantai, lalu menggendong Nia membawanya ke kamar mereka.