Aris putra abraham adalah anak indigo yang menolak menjadi indigo. dia merasa Tuhan salah teknis ketika menciptakannya dengan kelebihan yang bisa melihat makhluk tak kasat mata. setiap kali bertemu makhluk halus aris selalu menghindar. selain takut, dia juga tak sudi terjun ke dunia perhantuan. sampai seorang gadis Misterius penuh dengan teka-teki, Miya Aluna Dhawa.saat berdekatan dengan gadis dada Aris terasa sangat sakit dan Aris juga melihat kalau Miya di penuhi puluhan makluk halus yang menggerogoti jiwanya, hingga Aris mengasah kemampuan nya untuk memecahkan teka-teki pada gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izza naimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
" Gue pernah habis pulang dari rumah cewek gue, kan gue Lewat gerbang belakang karena lebih dekat, jadi mau nggak mau gue harus lewatin rumah itu. jam 02.00 malam itu kalau nggak salah. pertama Gue masih santai nih kan naik motor, tapi pas lewat depan rumah itu, gue mulai merinding, mana Udah sepi banget kan, ya. jam 02.00 malam Bro lo bayangin. parahnya boncengan motor gue tiba-tiba jadi berat, kayak ada orang yang dudukin. gue udah feeling pasti ada yang ikut, tapi gue berusaha cuek aja sambil baca-baca doa. selamat juga sampai rumah"
" kampret! udah serius terus nyimak, kirain bakal ada adegan tatap-tatapan sama hantu, rupanya selamat juga sampai rumah" Ketus Adnan.
Naufal menyahut.
" Ih amit-amit. itu aja rasanya gue mau pingsan"
" Ayahku, Bang" Faiz tak mau kalah menceritakan kengerian rumah kosong itu.
" pulang kerja- "
" pulang kerja apa pulang dari bini mudanya" sambar Aris, tersenyum jahil.
akibatnya tulang keringnya langsung ditendang Faiz.
" anjing! Kaki gue sakit bocah!!"
Adnan terbahak.
" mampus lo"
" Ayah lo kenapa, ditakutin juga?" tanya Naufal penasaran.
" Ayah pulang kerja, dipanggil dari lantai 2 sama kuntilanak. dia duduk di balkon, terus manggil-manggil ayah gini. Bang sini Bang, temenin aku hihihi..."
" Alah bacot banget" Aris menoyor kepala Faiz. lagi lagi ke usulannya mendapat amukan bocah itu. tapi kali ini alis berhasil menghindar. dia ngakak melihat Faiz hampir menangis.
" ini lho anjing! main kita kalau lo nggak Sor!!"
" nggak ada otak lo, Ris. Bocah lo bikin nangis" Adnan menahan.
" nye nye nye... " ejek Aris sambil menjulurkan lidahnya.
" Jangan gitu, Ris. nanti gue yang dimarahin emaknya" tegur Ridho, mengusap kepala Faiz supaya tenang.
" Bang, sini, Bang. temani aku hihihi..."
mereka kompak menoleh ke arah rumah kosong yang sedang di perbincangkan. kuntilanak itu persis seperti yang diceritakan Faiz. duduk di balkon rumah sambil melambai-lambai ke arah mereka.
Baju putihnya berterbangan, rambut panjangnya gimbal tak karuan. Seramnya lagi, ada lingkaran hitam di sekitar mata si Kunti.
"LARI WOII LARI!!! " Ridho kabur lebih dulu. disusul Adnan dan Naufal yang menggendong Faiz yang malah mematung syok.
Aris mengangkat sarungnya sampai ke paha, kemudian lari terbirit-birit.
"KUNTILANAK!! TOLONG!! TOLONG ADA KUNTILANAK!! "
runtuh sudah image ke keretanya. Iya lari pontang-panting sampai sendal jepitnya lepas, alhasil satu kakinya nyeker. meski sudah sering melihat yang berbentuk begitu, Tapi tetap saja ada ketakutan.
gaun putih yang khas, rambut panjang awet-awitan, dan suara cekikikannya yang melenting, selalu menjadi mimpi buruk baginya.
Aris berhenti di bawah tiang listrik untuk mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. teman-temannya sudah pulang ke rumah masing-masing, hanya tinggal Ari saja yang rumahnya paling jauh.
Sial! harusnya dia tadi bonceng 3 sama papa, naik di depan seperti biasa. Malang sekali nasib kakinya yang hanya pakai satu sendal.
tak mau berlama-lama lagi, Aris pun melanjutkan langkahnya pulang ke rumah.
" capek juga lari-lari dari masjid sampai ke sini, udah mulai Sabtu nih kayaknya- eh anjing"
Aris berhenti saat hampir mencapai rumah, matanya melotot mendapati kuntilanak itu berdiri di depan pintu pagar rumahnya. di sana bersenandung sambil menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri dengan gerakan centil.
tolong ya Allah.
dari sekian banyak orang, kenapa malah dirinya yang diikuti?
Aris harus bagaimana, tidak mungkin dia balik lagi ke masjid dan tidur di sana. Tapi dia terlalu takut untuk pulang. Haruskah dia berteriak minta tolong pada papa?
Mana mungkin. bisa-bisa di tertawakan oleh kambing gembel alias Leon.
terpaksa harus masuk Dengan pura-pura tidak melihat apapun. sebisa mungkin dia harus tenang ketika melewati si Kunti. meski kini wajahnya seperti sedang menahan BAB.
" hihihi.. "
Demi Tuhan, rasanya Aris ingin pingsan saja. Lututnya lemas, langkah kakinya membe, bola matanya tidak mampu bergerak sedikitpun.
" Abang, temani aku, Bang hihihi..."
ya Allah! Ya karim! Subhanallah! Astagfirullah!
Aris ngacir masuk ke dalam rumah tanpa menutup pintu pa. begitu di dalam, Dia segera Mengunci pintu dan merosot ke lantai. tubuhnya lemas tak berdaya.
tingkahnya menarik perhatian papa, mama dan Leon yang sedang menonton TV.
" Kenapa, Ris.? tanya Mama, khawatir sekaligus kesal.
" ada kuntilanak,ma. Di depan" ujar Aris tergagap.
" Hah mana?" Mama Yang penasaran lantas mengintip keluar jendela.
" Ah, bohong kamu, orang nggak ada gitu"
" jelas nggak ada apa-apa. Mama kan nggak bisa lihat yang begituan" Aris mengikuti Mama yang kembali ke ruang keluarga. Iya tiduran di pangkuan mama.
" Masa sih, Emang zaman sekarang ada hantu? Leon mencabik remeh.
" lo nggak tahu apa-apa mending diem" kaktus Aris.
" halah, paling cuma halu" Leon yang tadinya duduk di karpet dekat kaki papa, lama-lama melipir mendekati mama.
mana rela dia mamanya didekati orang lain, walau itu Adiknya sendiri. dia harus jadi satu-satunya anak kesayangan mama.
" Halo gundulmu!"
" Aris "
" Maaf, pa" belain aja terus. Aris Cemberut.
Leon menahan tawa.
" minggir. nggak usah deket-deket nyokap gue"
" ini juga nyokap gue ya-" bangsat! Aris memeluk Mama sambil mengejek Leon.
laki-laki itu panas.
" minggir! lo anak pungut gue nggak usah deket-deket nyokap gue"
" mah, masak Aris dibilang anak pungut"
" Kamu memang anak pungut. anak mama cuman Leon"
Leon menyeringai.
Aris panik, benarkah dia anak pungut?
" Pak, Aris anak pungut?"
" Iya, dodol"
" Leon, Jangan kasar sama adikmu" tegur papa.
sekarang giliran Aris yang menyeringai.
kamu ini nempel terus sama mama. belajar mandiri. gimana nanti Kak kalau sudah punya istri. Masa mau ngempeng terus ke Mama"
" dengerin tuh, Bang Jack" Kikik Aris.
Leon menatap Aris tajam, seakan-akan sedang memperingati anak itu.
Mama mengelus-ngelus kepala Aris.
" Biarin Kenapa sih, Pa. orang anak sendiri masa nggak boleh manja ke mamanya"
" mereka laki-laki, Ma"
" ya Memangnya kenapa kalau anak laki-laki manja ke mamanya. Papa juga dulu bergantung terus ke almarhum Mama Rini. Dikit-dikit mama. persis kayak anak sulungmu"
Papa diam saja diungkit tentang masa lalu. Leon dan Aris tatap-tatapan sambil menahan tawa melihat tidak keberkayaan papa di hadapan istrinya.
" sarungnya digantung dulu sana, Ris"
" nanti, ma. masih pengen manja sama mama" Aris suka sekali kalau ngendus-ngendus di perut Mama. Apalagi ditambah tatapan cemburu Leon. Hahaha, bahagia sekali rasanya hidup ini.
"Aris"
"Iya Pah" tapi kalau Papa yang sudah mengeluarkan suara, maka tanpa menunggu detik berikutnya Aris segera beranjak dan naik ke lantai 2.
seketika Leon menjadi semringah, dan langsung menggantikan posisi Aris di pangkuan mama.
.
.
.