Pernikahan Nilam dan Angga berjalan dengan lancar. Namun tidak dengan malam pertama mereka. Nilam berhalangan untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri karena kedatangan tamu bulanan. Angga pun pamit dan meninggalkan Nilam di kamar hotel seorang diri.
Keluar dari kamar Nilam, Angga mengetuk pintu kamar lain di lantai yang sama. Seorang wanita dengan pakaian tidur yang tipis menyambut Angga.
"Kamu sengaja memberikan aku obat," ucap Angga.
Wanita itu tertawa. Angga tidak lagi bicara. Dia menarik tubuh wanita itu lalu menjatuhkannya ke atas tempat tidur. Hal yang seharusnya tidak terjadi pun terjadi. Angga berbagi peluh dengan wanita yang sengaja menggodanya.
Bagaimana kelanjutan rumah tangga Nilam dan Angga?
Siapa wanita yang sengaja menggoda Angga di malam pertamanya dengan Nilam?
Yuk simak ceritanya di, SELINGKUH DI MALAM PERTAMA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Sadar Salah
Bintara hanya bisa tersenyum kecut mendengar penjelasan Darma dan Nurma, tentang istrinya yang pernah menggoda adik iparnya itu. Dia menegur Darma. Seharusnya suami Nurma itu bicara saja pada Bintara dan Nurma mengenai Novia yang pernah menggodanya. Sehingga hanya Bintara yang akan merasakan sakitnya dikhianati.
Semua sudah terjadi, tidak ada yang perlu disalahkan. Lagipula Angga juga bukan pria baik-baik seperti yang disampaikan keluarganya saat mengenalkan Angga pada keluarga Mahendra dan keluarga Abbas. Jika dia pria baik-baik, tentu dia bisa menolak Novia. Seperti yang dilakukan Darma.
Perselingkuhan itu terjadi, karena Novia dan Angga sama-sama menginginkannya. Mereka tidak bisa hanya menyalahkan Novia saja, karena menggoda Angga. Tidak ada Novia, maka akan ada perempuan lain lagi yang datang dalam kehidupan Angga.
Bintara semakin enggan pulang ke kediamannya karena akan bertemu Novia. Dia pun mengirimkan pesan pada Novia jika malam ini dia tidak pulang karena ada keperluan di kediaman kakek Mahendra.
Jangan tanyakan reaksi Novia, dia marah dan kesal pada Bintara yang mengabaikannya. Lagi-lagi dia menyalahkan Nilam yang membuat Bintara mengabaikannya. Sepertinya Novia ini tidak pernah berkaca. Bukankah dia sendiri mengabaikan Bintara dengan memilih hidup terpisah dengan suaminya agar bisa selingkuh dengan Angga.
"Angga, suamiku tidak pulang," ucap Novia yang langsung menghubungi Angga setelah menerima pesan dari Bintara, berharap selingkuhannya itu mau menemaninya malam ini. Karena Nilam juga tidak berada di rumahnya karena bersama Bintara.
Angga menolak permintaan Novia. Terlalu berbahaya jika dia menemui Novia malam ini, meskipun Bintara dan Nilam tidak berada di rumah. Bintara dan Nilam bisa pulang kapan saja.
Kebetulan Angga punya alasan yang tepat. Membuat Novia tidak bisa lagi memaksa suami Nilam itu untuk menemaninya malam ini. Angga diminta ibunya untuk menjemput wanita yang melahirkannya itu di kediaman temannya.
Maka disinilah Angga saat ini, di kediaman teman ibu Hanum. Ibu mertua Nilam itu menghadiri undangan temannya yang mengadakan acara selamatan di rumahnya. Ayah Angga tidak bisa menemani istrinya, dia hanya bisa mengantar saja. Karena itu ibu Hanum menghubungi Angga untuk menjemputnya.
"Angga, kenalkan ini Maira." Ibu Hanum mengenalkan putri temannya itu pada Angga saat akan pamit.
Entah apa tujuan ibu mertua Nilam itu mengenalkan Angga dengan Maira. Mungkin dia ingin mewujudkan ancaman yang pernah dia sampaikan pada Nilam. Akan menikahkan lagi Angga dengan perempuan lain. Jika itu benar, tentu saja Nilam akan melepaskan Angga dengan senang hati.
"Maira cantik kan? Tidak kalah cantik dari Nilam." Ibu Hanum bicara setelah mereka berada di dalam kendaraan milik Angga.
"Ibu mau apa?" Angga bertanya karena dia paham yang ibunya maksudkan.
Bukan sekali dua kali ibu Hanum membicarakan Angga untuk poligami, jika Nilam tidak juga hamil. Bagaimana bisa hamil jika Angga terus mengabaikan Nilam. Sementara Angga tidak berani mengakui jika dirinya belum menyentuh Nilam. Dia membiarkan pikiran ibunya yang menganggap Nilam tidak bisa memberikan keturunan.
"Kamu pasti tahu maksud ibu," jawab ibu Hanum.
"Bu, Angga baru enam bulan menikah dengan Nilam. Ibu sabar saja dulu. Angga pasti akan memberikan ibu cucu. Tapi untuk poligami, Angga belum siap. Angga belum bisa seperti Abi yang bisa adil pada Ibu dan ummi."
"Sabar ya Bu. Abi saja menunggu sampai lima tahun, baru menikah lagi sama Ibu." Angga mengingatkan ibunya itu.
Angga itu sebenarnya mengerti ilmu agama, karena didikan keluarga ayahnya yang berkecimpung di dunia pendidikan agama. Hanya saja dia lemah iman. Angga tidak bisa menahan godaan yang namanya wanita, setelah dia tahu rasa nikmatnya. Angga salah memilih teman waktu dia masih remaja, sehingga melanggar larangan ayahnya untuk dekat dengan lawan jenis yang bukan mahram.
Angga menolak menikah lagi, karena dia tahu dia yang salah, bukan Nilam. Selama ini dia tidak bisa adil membagi waktunya pada Nilam. Angga justru lebih banyak menghabiskan waktu bersama Novia. Istri Bintara itu tidak ingin melepaskan Angga, membuat suami Nilam itu terbelenggu.
Sedangkan ibu Hanum hanya bisa diam mendengar jawaban Angga. Siapa bilang suaminya bisa adil. "Abi Angga lebih sayang pada istri pertamanya, padahal tidak bisa memberikan keturunan seperti aku." Ibu Hanum bicara dalam hati.
Suara dering smartphone Angga memecah keheningan. Rupanya Novia kembali menghubungi selingkuhannya itu, setelah memastikan Bintara benar-benar tidak pulang ke rumah.
Angga mengabaikan panggilan dari Novia yang dia beri nama kakak ipar. Ibu Hanum yang melihat nama yang tertera di layar smartphone Angga mengira Bintara yang menghubunginya.
"Kenapa tidak diangkat? Itu Bintara, kan?" Ibu Hanum bertanya karena penasaran. Angga mengiyakan saja yang menghubunginya Bintara. Akan banyak pertanyaan jika ibunya tahu itu Novia.
"Dia hanya ingin memastikan Angga mengizinkan Nilam menginap di kediaman kak Nurma," jawab Angga asal
"Kalau istri kamu tidak di rumah, kamu menginap saja di rumah Ibu. Malam ini Abi kamu di rumah ummi kamu."
Angga mengangguk, sudah lama juga dia tidak menginap di rumah ibunya yang sering kesepian. Ayahnya tidak bisa terus berada di rumah ibunya. Karena harus membagi waktu dengan istri pertamanya.
Mengetahui Angga menginap di kediaman ibunya, Nilam minta Bintara mengantarkan dia pulang saja, tidak jadi ikut menginap di kediaman kakek Mahendra.
Nilam segera membersihkan diri dan bersiap untuk tidur. Namun matanya tidak juga terpejam. Akhirnya Nilam memutuskan untuk bangun dan menyiapkan pakaian Angga yang akan dibawa besok. Selama ini Angga melakukannya sendiri. Bukan Nilam yang tidak mau, tapi Angga yang tidak mengizinkan.
"Sepertinya bukan hanya dengan Novia kamu selingkuh Mas," ucap Nilam.
Pantas saja suaminya itu tidak mengizinkan dia menyiapkan pakaian Angga setiap kali keluar kota. Angga menyimpan balon pelindung juniornya di koper. Bahkan Nilam menemukan bungkus yang sudah terbuka. Itu berarti Angga sudah menggunakannya.
Nilam tidak lagi marah. Dia justru bersyukur Allah menjaga dan melindunginya selama ini dari suami seperti Angga. Sehingga pria itu dibuat tidak bisa menyentuhnya. Jika tidak, Nilam akan merasa sangat dirugikan. Meskipun melayani suami adalah ibadah.
Nilam mengurungkan niatnya untuk menyiapkan pakaian Angga setelah tahu isi koper suaminya itu menyimpan barang rahasia. Dia pun turun ke kamar tamu yang biasa Angga tempati. Rasa penasaran membuat Nilam menggeledah kamar tersebut.
Lagi-lagi Nilam menemukan barang bukti kejahatan Angga dan Novia. Pantas saja setiap Novia menginap, Nilam bisa tidur dengan pulas. Ternyata dia diberi obat tidur, sehingga dua manusia biadab itu bisa main sepuasnya di kamar ini.
Semua yang Nilam temukan Nilam dokumentasikan. Semua ini akan dia jadikan bukti tambahan untuk mengajukan gugatan cerai. Rekaman cctv saja sebenarnya sudah bisa sebagai bukti Nilam menuntut cerai. Tapi tidak ada salahnya, dia mengumpulkan lagi bukti perbuatan buruk Angga.
Nilam mengembalikan botol obat tidur tersebut di tempat semula. Dia memang bodoh selama ini percaya begitu saja pada Angga dan Novia. Benar-benar tidak menyangka, tujuan Novia menginap di rumahnya karena ingin bermain dengan Angga.
Nilam mengirimkan dokumentasi tersebut pada Bintara. Kakak Nilam itu sama seperti Nilam, belum bisa memejamkan matanya. Bintara masih sibuk dengan pikirannya yang sedang menyusun rencana selanjutnya.
Rupanya bukan hanya Nilam dan Bintara saja yang tidak bisa tidur malam ini. Novia pun sama tidak bisa tidur. Dia baru menyadari, dia terlambat datang bulan. Sudah lebih dari dua minggu. Novia gelisah seandainya dia benar-benar hamil. Anak yang dia kandung dapat dipastikan adalah anak Angga.
Novia menghubungi Angga untuk memberitahu masalah ini. Tapi suami Nilam itu mengabaikannya. Novia tidak tahu bagaimana dia menjelaskan kehamilannya ini pada suaminya. Sedangkan mereka sudah cukup lama tidak berhubungan. Novia sudah dipuaskan oleh Angga, sehingga mengabaikan Bintara.
"Aku tidak mungkin hamil," ucap Novia yang ingin menyangkal bahwa dia tidak hamil. Novia senang membuatnya saja, tapi tidak menginginkan anak.
Keesokan harinya, Novia bergegas ke apotik untuk membeli testpack. Dia ingin memastikan dia tidak hamil, karena Angga selalu menggunakan sarung pengaman. Novia sendiri mengkonsumsi obat pencegah kehamilan, karena dia tidak suka direpotkan dengan kehadiran seorang anak.
Selama dua tahun menikah, Bintara mengira dia dan Novia memang belum waktunya diberikan keturunan. Bintara berusaha sabar menunggu kehadiran anak dalam rumah tangganya. Bintara tidak tahu, jika Novia mengkonsumsi obat pencegah kehamilan.
Di kediaman Nilam, Angga baru saja pulang dari kediaman ibunya yang tempatnya tidak jauh. Masih dalam satu kawasan perumahan, tapi beda cluster.
"Pesawat jam berapa Mas?" tanya Nilam, karena Angga seperti terburu-buru menyiapkan pakaiannya.
"Jam sepuluh," jawab Angga. Lalu dia menoleh pada Nilam yang sudah berpakaian rapih.
Deg, jantung Angga berdebar. Istrinya sangat cantik pagi ini. Sayang dia harus segera berangkat. Jika tidak, tidak akan dia lepaskan istrinya ini. Agar bisa memenuhi permintaan ibunya yang menginginkan seorang cucu.
"Mau ke sekolah sekarang?" tanya Angga. Nilam mengangguk.
Bisa saja dia menunggu Angga pergi lebih dulu seperti biasanya. Tapi Nilam sengaja menghindar, agar tidak terlalu lama berinteraksi dengan Angga.
"Pergi saja tidak apa-apa," ucap Angga.
Baru saja kendaraan Nilam keluar dari halaman, Angga mendapat panggilan dari Novia. "Angga, aku hamil."
padahal sebelumnya, cerita ini yg paling sy cari dan buka-buka untuk lihat sdh ada yg barunya lagi pa belum up nya 😍
semangat terusss 💪🏻😘
geram banget sama 2 manusia yg gak tau malu.. masih merasa biasa-biasa aja habis di permalukan juga!! begitu pun dengan Bu Hanum!! 😡😤