Cinta terlarang antara Camilla dan Luis berakhir tragis setelah keduanya kembali dipertemukan. Sepuluh tahun yang lalu, hubungan mereka masih terjalin sebagai anak tiri dan ayah tiri. Sejalannya waktu mereka terpisah karena perceraian antara Anna dan Exel Luis Adam's karena ibu kandungnya Camilla mengkhianati cinta Luis. Mereka akhirnya dipertemukan kembali setelah Camilla beranjak dewasa namun perasaannya telah berubah yang tidak lagi menganggap Excel Luis sebagai ayah tirinya tapi lebih kepada seorang kekasih.
"Bagaimana perjalanan Camilla mencari ayah tirinya setelah 10 tahun mereka berpisah?"
"Apakah Camila sadar bahwa Excel Luis tidak lagi menganggapnya anak tiri namun seorang gadis yang ingin ia miliki seutuhnya?
"Ikuti kisah cinta mereka dalam judul Daddy Is Mine.."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Sakit
Musik kembali terdengar menggema di ruangan itu setelah sekuriti mengamankan salah satu tamu yang arogan itu pergi dari club itu. Sementara itu Luis masih menenangkan Camilla yang merupakan karyawan di club itu.
"Sebaiknya kamu pulang saja nona...!" titah Luis melihat tubuh Camila yang masih gemetar ketakutan.
"Terimakasih tuan. Maaf, aku sudah menyusahkan anda," ucap Camilla tertunduk takut.
"Mau aku antarkan kamu pulang?" tanya Luis namun Camilla menggelengkan kepalanya.
"Tidak tuan. Daddy akan marah jika aku diantar oleh lelaki lain," ucap Camilla.
"Apakah Daddy mu akan menjemputmu?" tanya Luis namun Camilla kembali menggeleng lemah.
"Baiklah. Kalau begitu biar Alex meminta temanmu yang mengantarmu pulang. Aku akan meminta Alex mengantar kalian pulang," ucap Luis namun tetap ditolak Camilla.
"Saya mau naik bis saja, tuan. Permisi dan terimakasih atas pertolongan anda hari ini. Semoga anda selalu sehat, tuan," ucap Camilla yang lansung menuju ke ruang ganti.
Tiffany menghampirinya. Gadis ini sebenarnya tidak suka dengan Camilla karena selalu saja mendapatkan perhatian orang lain. Ditambah lagi Wajah Camilla yang sangat cantik dengan tubuhnya bak model.
"Eh, Cepatan gadis manja..! Bos menyuruhku untuk antarkan kamu pulang," ucap Tiffany sambil mengunyah permen karetnya.
"Eh iya. Maaf kak sudah merepotkan," ucap Camilla yang sudah mengganti bajunya yang masih basah.
"Cepatan...! nggak usah basa-basi." Tiffany memutar bola matanya malas lalu mengikuti langkah Camilla yang sudah siap pulang.
Setibanya di depan gerbang club itu, lagi-lagi Camilla melihat wajah Luis yang sedang mengendarai mobilnya dengan jendela terbuka.
"Bukankah itu Daddy. Daddy.... Daddy...Daddy....! Camilla berlari meninggalkan Tiffani yang juga ikut mengejarnya. Bahkan Camilla tidak memperdulikan lagi tubuhnya yang kini kembali basah karena hujan kembali turun dengan derasnya.
Hampir lima ratus meter Camilla terus saja mengejar mobilnya Luis yang sebenarnya sudah menjauh darinya. Tiffany yang melihat gadis itu meninggalkan dirinya dan akhirnya memilih untuk kembali ke club.
"Sialan. Dasar gadis gila...! Siapa lagi yang dia kejar? Bukankah tadi dia panggil Daddy? Apakah daddy-nya datang menjemputnya dan langsung pergi ketika dia tidak ada? Ah...! Membingungkan...!" ucap Tiffany lalu masuk ke ruang ganti dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
"Tiffany. Apa yang kamu lakukan disini? Bukankah aku memintamu untuk mengantar Camilla pulang?" tanya tuan Alex melotot ke arah Tiffany yang gugup.
"Sepertinya gadis itu pulang bersama ayahnya. Dia mengejar mobil ayahnya sepanjang jalan. Mungkin mereka sudah bersama sekarang, bos," ucap Tiffany asal.
"Kamu yakin dia pulang bersama ayahnya?" tanya Alex memastikan lagi ucapan Tiffany.
"Yakin bos." Tiffany terlihat salting didepan Alex yang selalu saja mengabaikan gadis itu.
"Baiklah. Kembalilah bekerja..!" titah Alex.
Camilla berjalan dibawah guyuran hujan. Ia memeluk tubuhnya karena kedinginan. Hatinya sangat sakit karena tidak menyangka akan bertemu lagi dengan ayah tirinya namun Luis tidak lagi mengenalinya.
"Apakah Daddy salah satu tamu di club itu? Kenapa aku tidak melihatnya tadi? Apakah karena ada pesta topeng dan kami tidak bisa mengenali satu sama lain? Apakah Daddy akan kembali lagi besok ke club itu?" Camilla menahan sebuah taksi yang melintas untuk pulang ke apartemennya.
Gadis itu bukanlah seorang gadis miskin. Ibunya masih sanggup membiayai hidupnya walaupun hubungan mereka tidak baik. Namun obsesi Camilla terhadap ayah tirinya membuat Camila sangat membenci ibu kandungnya itu. Beruntunglah ia masuk kuliah di Harvard itu dengan mendapatkan beasiswa penuh.
Tiba di unit apartemennya yang tergolong mewah, Camilla segera membersihkan tubuhnya dengan mandi air hangat. Namun tangisnya belum juga reda karena rindunya pada ayah tirinya makin membuat hatinya sakit.
"Dad. Apa salahku? Kenapa kamu tidak pernah mencariku? Apakah kamu sudah memiliki kelurga baru dan melupakan aku?" tanya Camilla yang duduk dibawah shower sambil memikirkan Luis.
Setengah jam kemudian ia baru menyelesaikan mandinya dan mengenakan baju hangat. Camilla memilih tidur tanpa makan malam terlebih dahulu. Pikirannya lelah karena rindunya yang belum kesampaian.
...----------------...
Pagi tiba. Luis duduk di balkon kamarnya sambil menikmati sinar mentari pagi. Kebetulan saat ini sedang weekend. Ia malas melakukan aktivitas olahraga yang biasa ia lakukan. Dirinya sibuk mengingat lagi suara gadis yang ditolongnya semalam.
"Suara itu..? Walaupun gadis itu masih remaja tapi aku bisa mengenali suara khas Camilla sama persis dengannya. Apakah aku perlu mengetahui identitas lengkap gadis itu agar aku tidak penasaran? Sebaiknya dia bekerja di perusahaan ku. Dengan begitu gadis itu aman dan tidak akan diganggu oleh tamu yang lain jika masih bekerja di club itu," ucap Luis lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi Alex.
"Selamat pagi Alex...!" sapa Luis.
"Pagi tuan...!" sahut Alex.
"Tolong kirim data pribadi gadis yang semalam saya tolong....!" titah Luis.
"Maksud tuan gadis yang bernama Camilla?" tegas Alex membuat posisi duduk Luis yang awalnya santai berubah menjadi duduk tegak.
"Camilla...?" batinnya mengulang nama itu. Jantungnya langsung berdegup kencang. Cairan bening memenuhi mata tajamnya.
"Tuan. Apakah anda butuh data pribadi nona Camilla Celia Anderson?" tanya Alex makin membuat tubuh Luis bergetar.
"Tidak perlu. Aku hanya butuh alamat tinggal gadis itu. Aku ingin bicara sesuatu padanya. Kirim saja alamatnya sekarang!" titah Luis tanpa banyak tanya lagi pada Alex yang merupakan manajer club Diamond.
"Baik tuan. Tunggu sebentar...!" Alex mencari alamat Camilla. Ia juga mengirim nomor kontak Camilla yang mungkin akan dibutuhkan oleh Luis.
Tidak berapa lama notifikasi pesan masuk ke ponselnya Luis yang langsung membukanya dengan buru-buru. Melihat alamat apartemen yang tertera di dalamnya membuat Luis makin sedih.
"Astaga...! Kediaman kami tidak begitu jauh namun aku tidak pernah tahu kalau gadis itu sangat dekat denganku," batin Luis segera mengganti bajunya.
Dalam dua puluh menit mobil mewah itu sudah tiba di apartemen dimana Camilla menetap. Lantai unit apartemennya Camilla berada di lantai 21. Luis menekan bel beberapa kali namun Camilla tidak juga membukakan pintu.
"Apakah sepagi ini gadis itu sudah pergi?" tanya Luis monolog.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya petugas cleaning service yang bertugas untuk membersihkan apartemen Camilla.
"Ya. Aku ingin melihat keadaan putriku. Tapi dia tidak kunjung membuka pintunya. Apakah kamu bisa menolongku membuka pintu ini?" tanya Luis tidak sabaran.
"Sebenarnya saya baru saja membersihkan kamarnya nona Camilla. Nona Camilla sedang sakit, tuan. Saya sudah menawarkan diri untuk mengantarnya ke dokter tapi dia menolak," ucap wanita berusia 40 tahun itu.
"Sakit...? Astaga...! Kalau begitu tolong bukakan pintunya dan biarkan aku yang membawa putriku ke rumah sakit..!" desak Luis penuh rasa kuatir.
"Baik tuan..!" Wanita itu menekan kode angka untuk masuk ke kamar Camilla.
Baru saja pintu itu terbuka tiba-tiba terdengar suara jatuh membuat Luis berteriak histeris.
"Camilla....!" Luis membuka pintu kamar Camilla dan melihat Camilla sudah tergeletak dilantai karena pingsan. Cairan merah keluar dari hidungnya membuat Luis makin panik. Ia menyentuh kening dan pipi Camilla dan matanya membulat penuh.
"Ya Tuhan. Demamnya sangat tinggi. Camilla, baby...! Ini Daddy sayang...!" Luis mengambil selimut lalu membalut tubuh Camilla. Camilla segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan secara optimal.
jangan merusak kepercayaan org lain