Matahari terbenam, memeluk kegelapan. Tepian laut berbisik dengan kencang. Angin malam yang hangat sangat menusuk hingga ke tulang.
Zoya dan Arga dijebak seseorang sehingga mereka harus dinikahkan paksa oleh warga desa. Karena pernikahan itu, Zoya dibenci keluarganya. Suaminya yang masih berstatus pelajar pun sangat membencinya.
Bagaimana kisah Zoya di masa remajanya yang harus nikah muda?
Ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Pernyataan Cinta
BRUUUUK!
Bola basket tepat mengenai hidung Elika. Elika terjatuh di lantai. Hidungnya mengeluarkan darah. Elika dan Zeki menatap ke arah Zoya.
"Lu cari mati!" Elika dengan cepat berdiri menghampiri Zoya.
"Gue tanya sama lu, apa gue pernah jahat sama lu?" Zoya semakin dekat berdiri di depan Elika.
Elika dengan wajah masam hanya melotot dan diam. Zeki berinisiatif berdiri di samping Zoya untuk menenangkan Zoya.
"Seharusnya gue yang marah sama lu. Gara-gara lu, Mama, Papa, Kakak gue jauhin gue. Seharusnya lu baik sama gue. Lu sudah mengambil apa yang seharusnya menjadi milik gue!" Zoya kemudian menoleh ke arah Zeki yang juga diam.
Tanpa Zoya duga, Arga dari arah belakang mengikatkan jaketnya ke pinggang Zoya. Arga menarik tangan Zoya untuk pergi bersamanya.
"Ka, Zoya jahat banget!" Rengek Elika.
"Ternyata, kami selama ini sangat memanjakanmu. Jelas-jelas Kaka lihat sendiri kamu yang melempar bola itu ke arah Zoya. Jangan salahkan Zoya jika dia membalas!" Zeki meninggalkan Elika dan mengejar Zoya.
Elika tidak suka hati. Elika semakin benci. Elika pastikan Zoya tidak akan pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarganya.
Zeki mengejar Zoya. Zeki meminta maaf atas nama Elika. Zeki juga meminta maaf karena telah memukulnya di Pantai Keong. Zeki saat itu emosi karena Zoya tidur bersama Arga. Zeki juga memarahi Arga. Gara-gara dia, Zoya terpaksa menikah dengan Arga.
Arga kembali mengingat kejadian di Pantai Keong. Arga membela diri, bukan dia yang memaksa Zoya. Arga juga terpaksa menikahi Zoya untuk kesalahan yang sama sekali tidak pernah dia lakukan.
"Kak Zeki, intinya pernikahan kami karena terpaksa. Aku tegaskan sekali lagi! Aku tidak bersalah!" Zoya meninggalkan Zeki dan Arga dalam keadaan kesal.
Arga menghentikan langkah Zoya yang ingin kembali ke lapangan basket. Arga membawa Zoya ke ruangan OSIS. Arga memberikan celana basket yang warnanya sama dengan yang dipakai Zoya dan juga pembalut.
"Ganti," Arga dengan pelan mendorong Zoya ke toilet yang ada di ruangan OSIS.
Zoya tersipu dengan perlakuan Arga. Zoya segera mengganti celana basket putihnya yang sudah berwarna merah. Zoya keluar dari toilet dan meminta izin kepada Arga untuk kembali ke lapangan basket.
Zoya dan Arga bersama-sama menuju lapangan basket. Zoya dan Arga duduk bersebelahan. Semua pandangan mata tertuju kepada mereka berdua.
Alesha yang masih bertanding di lapangan gagal fokus ketika melihat Arga dan Zoya. Dalam hati Alesha mengumpat, Arga yang selama ini meminta bantuannya untuk membuat Zoya membencinya.
Apa jangan-jangan Arga sudah jatuh cinta pada si Zoya? Gue gak rela, Alesha bicara dalam hati.
Sewaktu Zoya ke toilet, Arga pergi ke kantin sekolah untuk memesan air jahe hangat. Arga memberikannya kepada Zoya. Zoya terasa tersentuh, baru hari ini Arga bersikap baik dan lembut tidak seperti hari-hari sebelumnya.
Bahkan di dalam apartemen, mereka tidak pernah bicara. Zoya mengerjakan semua pekerjaan rumah dan Arga lebih banyak menghabiskan waktu di luar apartemen.
"Zoya, Zoya," Arga menyadarkan Zoya dari lamunan.
"Hmmm, ya!" Zoya tersentak.
"Raisa kakinya terkilir," tunjuk Arga.
Zoya bangkit dari tempat duduknya. Zoya kembali ikut bermain di lapangan basket. Skor tim mereka tertinggal dua poin dari tim Alesha. Alesha menguasai bola. Alesha dengan kasar menyenggol Zoya. Tapi Zoya tidak terprovokasi, dia tetap tenang dan fokus.
Alesha berhasil menerobos pertahanan tim Zoya dan memasukan bola ke dalam ring. Sorak sorai kembali terdengar. Alesha mencari Arga, Alesha tanpa malu-malu memberikan gestur finger heart kepada Arga.
Arga tidak merespon. Siswa-siswa yang ada di belakang Arga membalas finger heart Alesha. Alesha melambaikan tangan ke arah mereka. Setidaknya Alesha tidak malu sendiri.
Pertandingan basket kembali berlanjut. Alesha mendribble bola sambil menghalang-halangi Zoya. Alesha mengoper bola ke arah temannya tapi sayang bola berhasil direbut Dinar.
Dinar berlari sambil mendribble bola kemudian melempar kepada Zoya. Zoya menangkap bola. Dan pertandingan sisa hitungan menit. Semua orang yang ada di lapangan basket menghitung mundur.
Zoya dengan penuh keyakinan melayangkan lemparan tiga poin ke ring. Tepat di menit terakhir, bola itu dengan mulus masuk ke dalam ring tanpa menyentuh papan pantul yang ada di belakangnya.
Permainan pun berakhir.
Supporter langsung berteriak kegirangan diiringi tepukan takjub. Zoya lemas terduduk di lapangan basket sambil menstabilkan napasnya. Zoya dikelilingi timnya mereka bersuka cita bersama.
Alesha tidak puas dengan kekalahan tim mereka. Dia memarahi timnya yang tidak kompak. Alesha malu dikalahkan kelas X. Selama pertandingan hanya Alesha yang berjuang mencetak gol.
Sontak saja teman-teman Alesha menyerang. Mereka muak dengan Alesha yang egois. Selama ini dia menganggap dirinya hebat. Tanpa teman-temannya tidak mungkin Alesha bisa mencetak skor sendirian. Alesha tidak tahu terima kasih. Alesha penuh kekecewaan meninggalkan lapangan.
Zoya berfoto bersama teman-teman satu kelasnya. Daniyal memberikan kejutan kepada Zoya. Daniyal menyiapkan buket bunga dan menyatakan cintanya kepada Zoya.
"Zoya, terima. Daniyal selama ini baik sama lu," bisik Dinar.
"Iya, terima," Raisa menggoyang lengan Zoya.
Zoya hanya diam. Zoya sadar, dia sekarang berstatus istri dari Arga Mares. Dia memiliki buku nikah dan pernikahan mereka sah di mata hukum dan agama. Walaupun tidak ada cinta di dalamnya.
Tatapan Zoya dan Arga bertemu. Arga terlihat seperti biasa, dingin terhadapnya. Kemana perginya sikapnya yang perhatian dan lembut beberapa menit yang lalu. Zoya kembali menundukkan wajahnya. Zoya takut.
Di tengah desakan teman sekelasnya, Zoya hanya diam. Zoya bingung harus menjawab apa. Arga berjalan mendekati kerumunan. Semua pandangan berpindah ke Arga.
"Ada apa rame?" tanya Arga.
"Anu Kak, Daniyal nembak Zoya," jawab Raisa.
Arga menarik tangan Zoya yang masih duduk di lantai. Zoya berdiri dan langsung dirangkul Arga. Pemandangan yang tidak biasa, semua yang ada di lapangan basket mengabadikan momen itu dengan kamera ponsel mereka. Ya tentu saja akan di share ke grup kelas mereka masing-masing.
"Arga! Ngapain lu!" Teriak Najib.
"Jib, bersiaplah sakit hati. Arga mau nikung lu," ejek Rafa.
"Serius lu!" Najib mendekati Arga. Najib meminta penjelasan.
"Maaf semuanya, selama ini kami menyembunyikan hubungan kami. Zoya milik gue," Arga mengecup kening Zoya.
"Zoya serius lu?" bukan hanya Dinar, Daniyal dan semua yang ada di lapangan basket kaget mendengar pengakuan jujur dari Arga.
"Bukannya lu pacaran sama Alesha?" Daniyal meminta penjelasan.
"Iya, iya," sahut yang lain.
"Gue dan Zoya ada sedikit masalah. Gue sengaja minta bantuan Alesha untuk memanas-manasi Zoya biar dia benci gue. Maaf sayang, kita damai ya," Arga kali ini memeluk erat Zoya yang kebingungan.
"Zoya ...." kali ini Daniyal meminta penjelasan kepada Zoya.
"Hmmm, Daniyal, teman-teman, maaf. Aku dan Kak Arga sebenarnya ada hubungan," jawab Zoya.
Arga tersenyum puas. Arga dan Zoya meninggalkan lapangan basket. Arga mengantar Zoya ke kelasnya. Zoya mengambil tas dan pergi bersama Arga. Mereka meninggalkan sekolah dengan mobil Arga. Zoya tidak berani memandangi Arga. Zoya mencubit lengannya sendiri.
Zoya menutup mata, ternyata bukan mimpi, Zoya sadar sesadar-sadarnya dan Zoya meringis menahan sakit karena Zoya mencubit sekuat tenaga.
"Zoya, Zoya," bisik Arga.
"AAAAAAAAAA!" Zoya tersentak kaget tiba-tiba saja wajah Arga sangat dekat dengan wajahnya.
"Apa kamu menyukai Daniyal?" tanya Arga.
"Suka," jawab Zoya.
"Suka, kenapa?"
"Dia baik, selalu ada di saat aku memerlukan bantuan," Zoya tidak berani menatap Arga.
"Hanya itu?"
Zoya mengangguk.
"Aku ini siapa?" Arga dengan lembut mengangkat dagu Zoya.
"Bos," jawab Zoya.
"Bos?" Arga mengernyitkan keningnya.
"Iya, karena aku hanya seorang pembantu," jawab Zoya.
Arga menghela napas. Arga kembali ke tempat duduknya. Arga menyalakan mesin mobil. Arga membawa Zoya pulang ke apartemen.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...