SUAMIKU BUKAN SUAMIKU
Matahari terbenam, memeluk kegelapan. Tepian laut berbisik dengan kencang. Angin malam yang hangat sangat menusuk hingga ke tulang. Air mata bahagia tak berhenti berlinang saat Zoya menyambut kedatangan anggota keluarganya.
Zoya sejak kecil dirawat nenek dan kakeknya di desa pinggir pantai. Setelah Zoya berusia 16 tahun, kakek dan neneknya menyuruh kedua orang tua Zoya untuk menjemputnya bersekolah di kota.
Tapi semua tidak seperti yang dibayangkan Zoya. Kedua orang tuanya, kakak laki-lakinya tidak menyukainya. Mereka lebih menyayangi anak angkat yang usianya sama seperti Zoya.
Zoya mendengar pembicaraan keluarganya yang tidak menginginkan kehadiran Zoya. Mereka sepakat tidak akan membawa Zoya ke kota karena mereka sudah mempunyai Elika anak angkat yang mereka besarkan seperti anak mereka sendiri.
Kakek dan nenek, orang tua dari papanya marah besar. Kakek dan nenek mengingatkan, Zoya adalah anak kandung mereka. Zoya tinggal di desa karena saat itu kondisi keuangan keluarga papanya yang belum stabil.
Elika melihat Zoya yang mengintip dari balik jendela. Elika tersenyum, Elika diam-diam mengikuti Zoya yang sedang menangis di tengah rintik hujan. Jujur, Elika tidak mau posisi anak perempuan satu-satunya di keluarga Okan Demir diambil oleh Zoya.
Malam ini, langit ikut menangis seperti hati Zoya yang terisak. Zoya semakin jauh berjalan meninggalkan rumah kakek dan nenek. Zoya duduk di tepi pantai. Zoya tidak peduli dengan air hujan yang semakin lebat mengguyur tubuhnya. Zoya larut dalam kesedihan.
Dan tiba-tiba saja, dari arah belakangnya seseorang membekap mulut Zoya dengan saputangan yang diberi obat bius. Zoya dalam sekejap tidak sadarkan diri.
Dua orang pria itu mengangkat tubuh Zoya yang setengah basah ke motor pick up roda tiga. Kedua pria itu membawa Zoya ke tempat yang tidak begitu jauh dari tempat Zoya duduk sebelumnya.
Elika berlari mengikuti motor pick up. Elika sangat berhati-hati jangan sampai ketahuan. Elika mengintip dari balik ilalang, kedua pria itu membawa Zoya masuk ke dalam sebuah rumah kecil. Tidak berapa lama, kedua pria itu pergi.
Setelah melihat situasi aman, Elika berlari menghampiri rumah kecil itu. Elika mengintip dari balik celah bambu. Elika melebarkan kedua matanya. Dengan senyuman Elika berlari sekuat tenaga menuju rumah kakek dan nenek.
Elika sampai di depan rumah dan langsung membuka pintu depan.
"Elika, gak sopan! Ketuk pintu sebelum masuk!" Teriak Nenek.
"Maaf Nek, Kek," Elika mengatur napasnya.
Elika kembali menatap papa, mama, kaka, kakek dan nenek.
"Zoya, Zoya, ada di dalam gubuk berduaan dengan seorang cowok," Elika menunjuk ke arah pantai.
"Tidak mungkin," kata Kakek.
Semua keluarga mengikuti Elika menerobos hujan yang semakin lama semakin deras. Elika menunjuk ke arah kerumunan massa yang berdiri di depan gubuk. Kakek bertanya kepada mereka apa yang terjadi.
"Di dalam ada pasangan yang belum menikah Kek. Mereka mungkin saja melakukan hal-hal kotor di dalam!" Teriak salah satu dari orang-orang d sana.
Kepala Desa setelah mendapatkan laporan warga segera menyusul ke sana. Kepala Desa dan kakek masuk ke dalam gubuk. Kakek, Kepala Desa dan warga kaget ketika melihat Zoya tidur berpelukan dengan seorang pria di atas tempat tidur.
Walaupun mereka masih menggunakan pakaian lengkap, tapi perbuatan mereka dianggap tidak pantas oleh warga. Okan dan Zeki ikut masuk ke dalam gubuk.
"ZOYAAAAAAAAA!" Okan berteriak sambil mengguncang tempat tidur yang terbuat dari kayu itu.
Zoya dan cowok itu terbangun. Mereka saling berpandangan. Mereka satu sama lain tidak saling mengenal. Mereka juga melepaskan pelukan. Zeki menarik Zoya dari tempat tidur. Di hadapan orang banyak Zeki melayangkan pukulannya ke wajah Zoya.
PLAK!
Zoya memegangi wajahnya yang sakit. Pertama kalinya Zoya bertemu dengan kakaknya dan langsung mendapatkan sebuah tamparan. Zeki penuh kebencian memandangi Zoya.
Okan bertanya kepada warga siapa cowok yang bersama Zoya, di mana keluarganya. Salah satu dari warga ada yang mengenal keluarga si cowok dan dia beberapa hari yang lalu melihat cowok itu ada di sana.
Warga mendesak agar Zoya dan pemuda itu segera dinikahkan. Mereka tidak mau desa mereka mengalami kesialan.
"Tunggu dulu, saya tidak mengerti apa yang terjadi. Saya tidak mengenal siapa dia," kata pemuda itu.
"Maaf, saya juga tidak tau apa yang terjadi. Tadi ada orang yang membekap mulut saya. Setelah bangun saya sudah ada di sini," Zoya sembari mengatupkan kedua tangannya.
"Kepala Desa, apa sebaiknya dicari tahu dulu kebenarannya. Siapa tau ada yang menjebak mereka. Saya yakin cucu saya tidak mungkin melakukan perbuatan sehina itu," bela Nenek.
Warga tidak mau mendengarkan penjelasan pemuda itu maupun Zoya. Kakek juga membela Zoya tapi percuma saja karena Kepala Desa dan warga meminta mereka untuk segera dinikahkan.
Pemuda itu menghubungi orang tuanya. Tidak berapa lama, papa si pemuda datang bersama beberapa orang. Kepala desa menjelaskan apa yang terjadi.
"Oh ternyata dia anak lu?" Okan sinis menatap Alan.
"Maaf Pak Kepala Desa. Mungkin ini kesalahpahaman. Saya tidak sudi punya besan seperti dia!" Alan membalas tatapan tajam ke arah Okan.
Entah dendam apa yang dimiliki orang tua Zoya dan Arga, yang pasti mereka terlihat adu mulut. Alan berusaha meyakinkan Kepala Desa dan warga, tidak terjadi apa-apa antara Arga dan Zoya. Sedang Okan tetap bersikeras tidak ingin berbesanan dengan Alan.
Kepala Desa dan warga tetap memaksa Zoya dan pemuda bernama Arga menikah. Mereka digiring ke Balai Desa. Dan pernikahan pun dilaksanakan secara mendadak dalam waktu singkat.
Dalam keadaan terpaksa Arga berulang kali mengucap ijab kabul di hadapan penghulu dan saksi yang sudah disiapkan warga. Acara nikah dadakan selesai. Arga dan Zoya resmi menjadi suami istri. Kepala Desa dan warga bubar meninggalkan balai desa.
Zoya menangis memeluk kakek dan nenek. Zoya cerita semuanya. Zoya sama sekali tidak mengenal Arga. Begitu juga dengan Arga juga berusaha menjelaskan semuanya kepada keluarga Zoya.
"Zoya, kamu sudah mempermalukan keluarga! PLAK!" Okan penuh amarah memukul wajah Zoya.
"Okan! PLAK!" Kakek dengan emosinya membalas pukulan Okan.
Zoya menangis di pelukan neneknya. Ibu dan kakak Zoya juga memarahi dengan sumpah serapahnya. Alan menyaksikan itu semua. Alan memperhatikan gadis yang ada di belakang Okan yang tersenyum menyeringai.
"Ibu, Bapak, malam ini juga kami akan pulang tanpa Zoya," Okan mengajak istri dan anak-anaknya pulang.
"Zoya bagaimana?" tanya Nenek.
"Saya tidak sudi punya anak seperti dia!"
Okan beserta keluarganya pergi meninggalkan balai desa. Zoya kembali menangis. Alan membujuk Arga agar menerima Zoya sebagai istrinya. Alan menghampiri kakek dan nenek. Besok pagi, Alan akan membawa Zoya ke kota. Alan janji akan menyekolahkan Zoya di kota.
Arga mendekati Zoya. Arga yakin semua ini adalah rencana Zoya.
"Gue tau ini pasti semua rencana lu! Semua gadis mengejar gue dan pengen banget jadi kekasih gue. Lu incer harta papa gue kan? Jangan mimpi!" Bisik Arga.
Okan memanggil Arga. Di hadapan kakek, nenek dan Zoya, Alan berjanji akan menjaga Zoya di kota. Okan minta maaf atas apa yang telah terjadi. Biar bagaimanapun sekarang Zoya adalah menantunya. Okan meminta kepada kakek dan nenek agar Arga dan Zoya diberikan waktu untuk mengenal satu sama lain.
"Esok pagi kami akan menjemput Zoya," kata Alan.
"Terima kasih. Tolong jaga Zoya. Dia ditinggalkan keluarganya. Zoya adalah harta paling berharga kami," ucap nenek.
"Sampai ketemu besok Zoya. Mulai besok lu akan menjadi mainan gue," sinis Arga.
Zoya hanya diam dan berjalan menunduk di belakang kakek dan neneknya. Zoya memandangi mobil Okan yang baru saja melintas di sampingnya. Dan di saat itu Zoya melihat Elika yang duduk di kursi belakang mengacungkan jari tengahnya kepada Zoya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Mauk
ini, ni, nanti jadi musuhnya Zoya
2025-09-15
1
Aila
Sombong amat
2025-09-15
1
Alesha
Lanjut Thor
2025-09-15
1