Lady Seraphine Valmont adalah gadis paling mempesona di Kekaisaran, tapi di kehidupan pertamanya, kecantikannya justru menjadi kutukan. Ia dijodohkan dengan Pangeran Pertama, hanya untuk dikhianati oleh orang terdekatnya, dituduh berkhianat pada Kekaisaran, keluarganya dihancurkan sampai ke akar, dan ia dieksekusi di hadapan seluruh rakyat.
Namun, ketika membuka mata, ia terbangun ke 5 tahun sebelum kematiannya, tepat sehari sebelum pesta debutnya sebagai bangsawan akan digelar. Saat dirinya diberikan kesempatan hidup kembali oleh Tuhan, mampukah Seraphine mengubah masa depannya yang kelam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Celestyola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan yang Tak diundang
...**✿❀♛❀✿**...
Surat Lamaran untuk Lady Seraphine
Kepada Yang Mulia Marquis Lionel Valmont,
Penjaga Kehormatan dan Pemegang Warisan Mulia dari House Valmont,
Dengan segala hormat, salam sejahtera dalam lindungan Yang Maha Tinggi.
Aku, Frederick Albrecht, putra kedua dari Kaisar Kekaisaran Barat, menuliskan surat ini dengan hati penuh ketulusan dan niat yang jernih.
Telah sampai kepadaku kabar tentang kebijaksanaan serta kejayaan House Valmont, juga tentang putri sulung Anda, Lady Seraphine Valmont, yang namanya harum karena keelokan budi dan kelembutan perangainya.
Maka dengan segala kerendahan hati, aku menyampaikan maksudku untuk meminang Lady Seraphine sebagai pendamping hidupku. Bukan semata karena darah dan martabat yang mengalir di dalam dirinya, melainkan karena keyakinanku bahwa ia akan menjadi cahaya dalam rumah tanggaku serta penopang bagiku dalam segala perjalanan hidup.
Sebagai tanda kesungguhan niat ini, aku menyatakan kesiapan untuk mempersembahkan hadiah pertunangan yang setara dengan martabat House Valmont, dan untuk menjunjung tinggi kehormatan keluarganya, sebagaimana aku menjaga kehormatan keluargaku sendiri.
Maka aku memohon dengan penuh hormat kepada Yang Mulia Marquis, agar berkenan mempertimbangkan dan memberi restu atas niatku ini. Apabila kehendak Anda sejalan dengan harapanku, aku akan datang sendiri ke kediaman Valmont untuk menyampaikan sumpah pertunangan dengan cara yang patut.
Dengan demikian, aku tundukkan kepalaku kepada kebijaksanaan Anda, menanti jawaban yang penuh kehormatan.
Ditulis pada tanggal 22 bulan Solaris, di bawah lindungan matahari Kekaisaran Barat,
dengan segel kekaisaran sebagai saksi.
Frederick Albrecht
Pangeran Kedua Kekaisaran Barat
Raut wajah Marquis Lionel Valmont tampak begitu muram setelah seorang utusan dari Pangeran kedua datang mengantarkan surat lamaran. Jemarinya menggenggam erat gulungan perkamen bersegel Emas itu, entahlah ia harus bersyukur atau tidak karenanya.
Belum juga hilang rasa gundahnya akibat surat dari pangeran kedua, sebuah kabar kedatangan Duke Armand ke kediamannya membuat pikirannya makin runyam.
"Mau apa lagi Pria itu kemari," gumamnya kesal. Meski langkahnya terasa berat, ia tetap pergi menemui Duke Armand ke Ruang tamu kediaman.
"Yooo, teman lamaku," sapa Duke Armand dengan ekspresi yang menjengkelkan, kedua tangannya merentang seakan hendak memeluk Marquis sebagai sambutan.
"Silahkan duduk, Duke," ujar Marquis mempersilahkan Duke Armand duduk tanpa mengindahkan ucapannya. Pria paruh baya itu menatap seseorang yang dahulu pernah menjadi sahabat karibnya dengan ekspresi masam.
Baginya, kedatangan pria itu tak pernah sekalipun membawa kebaikan. Ia tahu betul, setiap langkah yang dibawanya kemari selalu sarat dengan maksud lain. Dan jika kali ini ia sampai datang sendiri, maka tak ada keraguan lagi, pasti ada niat terselubung yang tengah disembunyikannya.
"Ada perihal apa sampai Anda datang sendiri kemari, Duke?" tanya Marquis.
"Kau tak menanyakan kabarku? ah... aku sedih sekali jadinya," ujar Duke Armand sembari menyilangkan kedua kakinya. Mata Pria itu menatap remeh pada Marquis Valmont yang duduk tepat di hadapannya.
"Langsung ke intinya saja, Duke. Saya yakin Anda masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, Saya tidak ingin menyita lebih banyak waktu Anda yang berharga," ucap Marquis tajam tanpa basa-basi lagi.
"Aihh, Kau ini selalu terburu-buru. Bukankah seharusnya kau menjamu tamumu ini dengan benar? Di mana tehku?"
"Pelayan!" panggilnya pada seorang pelayan yang berdiri di dekat pintu masuk Ruang tamu. Pelayan itu mendekat, ia menundukkan wajah dan memberi hormat pada sosok itu.
"Bawakan teh terbaik di kediaman ini!" perintah Duke seenaknya.
Pelayan itu segera menuruti perintah Duke Armand setelah mendapat anggukan dari Marquis. Tak lama kemudian, teh dan beberapa camilan disajikan pada kedua Pria paruh baya itu.
Duke Armand menghirup teh itu dengan nikmat, lalu melontarkan kalimat yang menghina.
"Wah tampaknya kediamanmu mengalami kemajuan Marquis, bukankah ini teh dari negeri Timur? seharusnya ini lumayan mahal untukmu."
Marquis memilih bungkam, meski hatinya diliputi kekesalan. Ia memilih membiarkan pria itu terus melontarkan ocehannya, berharap pada akhirnya ia akan lelah sendiri dan menghentikan semua omong kosongnya.
"Karena keuanganmu sudah membaik, bukankah seharusnya kau membayar hutangmu Marquis?" ucap Duke Armand sembari meletakkan gelas tehnya dengan agak keras.
Wajah Marquis yang sedari awal memang tengah muram, menjadi tambah masam. Ia tahu jika cepat atau lambat, Pria ini akan menagih hutangnya. Ia akan membayarnya, tentu saja. Tetapi, Marquis tak memiliki uang sejumlah yang ia pinjam dari Duke sekarang.
Sebab, wilayahnya baru pulih dari krisis pangan. Keuntungan yang ia dapat dari pajak pun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan Rumah tangga selama enam bulan ke depan.
Melihat eksperi Marquis, Duke dapat menebak jawabannya dengan mudah. Maka dari itu, ia menawarkan sebuah kesepakatan dengan senyum licik terbit diwajahnya. "Namun, jika kau tidak memiliki uang untuk membayarnya, Aku akan dengan senang hati menawarkan sebuah pilihan yang lebih baik."
Akhirnya Marquis menatapnya dengan sedikit penasaran. Hal itu membuat senyum Duke kian menyeringai. "Bukankah putrimu sudah cukup umur? kalau kau memang tidak punya uangnya, aku akan mengusulkan putrimu sebagai pasangan putra mahkota, maka hutangmu akan kuanggap lunas."
...
Di Ruang Kerja Marquis.
Setelah kepergian Duke Armand, Marquis memerintahkan pelayan untuk memanggil Seraphine ke Ruang Kerjanya.
Tak lama kemudian, pintu diketuk dari luar, setelah mendapatkan izin, seorang gadis melangkah masuk dengan anggun. "Salam, Ayah." Seraphine menunduk memberi hormat pada Sang Ayah.
Marquis mengangguk, lantas ia memerintahkan putrinya itu duduk. Netranya memandang wajah Seraphine lekat. Kemudian, Marquis Lionel menarik napas panjang, lalu meletakkan gulungan perkamen di atas meja kerjanya.
“Seraphine,” suaranya terdengar berat, seolah menahan sebuah beban berat yang terlalu lama dipikul. “Hari ini, seorang utusan dari Pangeran Kedua, Frederick Albrecht, datang membawakan lamaran resmi. Ia memintamu untuk menjadi Istrinya.”
Tatapan mata Seraphine bertemu dengan netra Hazel Ayahnya. "Saya tahu, Ayah," sahutnya dengan ekspresi tenang.
Marquis mengernyit heran. Lalu, ia kembali melanjutkan ucapannya. "Duke Armand Leclerc juga datang kemari, ia menagih hutang." Marquis berhenti sejenak, ia memijat dahinya yang terasa Berdenyut.
"Tapi, keuangan Kita sekarang sedang tak baik. Dia mengusulkan untuk menjadikanmu pasangan Putra Mahkota," lanjutnya sembari menatap wajah sang Putri.
"Saya juga tahu, Ayah." Seraphine menganggukkan kepala. Ia menatap dalam mata Ayahnya dan menemukan bahwa Pria itu tampak frustasi meski tampilan luarnya terlihat tenang.
"Ayah sudah menduganya," ucap Marquis, ia bahkan sudah tahu sejak menyadari bahwa tak ada raut terkejut sama sekali dari wajah putrinya itu. Meski begitu, ia tetap ingin mendengar pendapat Seraphine.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Marquis Lionel Valmont pada Seraphine.
"Apa Ayah menyetujui usulan Duke Armand?" Seraphine balik bertanya. Pria paruh baya itu menggelengkan kepala, hal itu membuat senyum terbit di bibirnya.
"Saya menyarankan agar Kita menerima lamaran Pangeran Kedua, Ayah," ucapnya sambil tersenyum tipis.
"Kenapa? berikan Ayah alasannya." tanya Marquis lagi. Ia cukup penasaran dengan apa yang direncakan gadis ini.
"Karena sebenarnya, Duke hanya ingin menjadikan Kita sebagai pion saja, Ayah. Kalau untuk masalah hutang, Ayah tidak perlu khawatir, Saya punya cara untuk mengatasinya," ungkap Seraphine dengan percaya diri.
"Bagaimana caranya? Ayah juga perlu tahu supaya Kita tidak salah langkah, Sera."
...**✿❀♛❀✿**...
...TBC...
...Hai teman-teman, tolong like dan dukung cerita ini terus, ya. Supaya author semakin semangat melanjutkan cerita ini sampai akhir, karena satu saja dukungan dari kalian, itu bagai pematik api semangat bagi Author, Thanks Semuanya...
... ♡´・ᴗ・`♡...