NovelToon NovelToon
Hadiah Penantian

Hadiah Penantian

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dokter
Popularitas:522
Nilai: 5
Nama Author: Chocoday

Riyani Seraphina, gadis yang baru saja menginjak 24 tahun. Tinggal di kampung menjadikan usia sebagai patokan seorang gadis untuk menikah.

Sama halnya dengan Riyani, gadis itu berulang kali mendapat pertanyaan hingga menjadi sebuah beban di dalam pikirannya.

Di tengah penantiannya, semesta menghadirkan sosok laki-laki yang merubah pandangannya tentang cinta setelah mendapat perlakuan yang tidak adil dari cinta di masa lalunya.

"Mana ada laki-laki yang menyukai gadis gendut dan jelek kayak kamu!" pungkas seseorang di hadapan banyak orang.

Akankah kisah romansanya berjalan dengan baik?
Akankah penantiannya selama ini berbuah hasil?

Simak kisahnya di cerita ini yaa!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chocoday, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Konsultan Gratis

Aku kebingungan menjawabnya.

"Kenapa bingung gitu jawabnya?" tanya bapak.

"Dianterin," jawabku singkat.

"Emangnya abang kamu gak kerja? Kok dia gak mampir dulu kalau nganterin kamu,"

Aku menggelengkan kepala, "bukan abang yang nganterin."

"Terus siapa?" tanya keduanya berbarengan.

Aku menelan ludah mentah-mentah lalu menjawabnya, "yang kerja di rumah sakit."

"Neng, kamu pikir yang kerja di rumah sakit itu seorang. Siapa? Kok kamu bisa kenal? Dalam rangka apa dia nganterin kamu?" tanya bapak beruntun.

Aku semakin bingung menjawabnya.

"Neng gak bisa jelasin jauh, neng juga baru kenal sama dia. Terus rumahnya deket sama abang, pas neng tadi mau pulang dia tawarin buat nganterin neng. Ya neng mau karena dia maksa juga," jawabku.

Bapak menggelengkan kepalanya, "kenapa gak disuruh ke dalem dulu ketemu bapak atau mamah?"

Nanti dia bakal ketakutan duluan kalau ketemu bapak.

"Dia mau kerja, pak. Makanya buru-buru balik lagi tadi," jawabku.

"Udah ya! neng mau ke kamar dulu, mau istirahat lagi," ucapku sebelum bapak lebih banyak bertanya tentang Hanif.

Di sisi Hanif,

Laki-laki itu baru saja sampai di rumah sakit setelah kurang lebih 1 jam perjalanan. Bahunya ditepuk kuat oleh sang sahabat—Adri, yang sudah masuk kerja sejak tadi pagi.

"Tumben Lo telat," ucapnya.

"Abis perjalanan jauh dulu, makanya telat beberapa menit," jawab Hanif dengan santai duduk di kursi kerjanya.

"Abis darimana?" tanya Adri, "kan rumah lo deket dari rumah sakit, kalaupun macet gak mungkin sampe setengah jam telatnya."

"Abis dari rumah seseorang," jawab Hanif.

Adri yang penasaran itu mendekat dengan kursi kerjanya, "siapa? pacar?"

"Kayaknya gak mungkin pacar deh! Orang lo deket sama orang-orang aneh semua," sambung Adri.

"Kayak Lo?"

Adri mendelik, "maksudnya cewek, Nif. Cewek yang deketin Lo kan kebanyakan ibu-ibu yang baru ngelahirin, atau ibu-ibu rumah tangga yang katanya konsul sama Lo padahal lagi cuci mata juga."

"Biarin lah, yang penting gak selingkuh," timpal Hanif.

"Ya lagian kayaknya belum ada deh gadis yang mau konsul sama Lo terus diladenin sama Lo," ucap Adri membuat Hanif tersenyum simpul.

Memang benar, dari setahun ke belakang. Saat ia bekerja menjadi konsultan gizi. Laki-laki itu tidak pernah menerima pasien wanita yang masih muda, apalagi banyak yang mendaftar hanya untuk main-main saja.

Maksudnya, memang hanya untuk mengagumi Hanif yang tampan dengan kacamata dan tubuh tingginya seolah visual idaman yang idamkan banyak wanita.

"Udah lah kerja lagi sana! Kayak yang gak ada kerjaan aja ngobrol terus," usir Hanif membuat Adri mendecak lalu pergi ke meja kerjanya.

Sorenya, laki-laki itu baru saja membuka ponsel kembali sebelum pulang ke rumahnya. Hanif tersenyum ketika melihat pesan yang baru saja terbaca olehnya.

(Kalau mau konsul diet sama Aa, boleh kan?)

"Boleh, asal dietnya penuh konsisten dan niat"

"Satu lagi,"

"Gak nyiksa badan kamu"

Di sisi Riyani,

Aku baru saja selesai mandi setelah seharian beristirahat di kasur, terus menonton tv ke ruang tengah. Sementara mamah dan juga bapak sibuk dengan urusannya masing-masing di luar rumah.

Aku mengecek ponselku lalu tersenyum membaca jawaban pesannya.

(Udah boleh mulai dietnya?)

"Kalau sekarang jangan dulu ya!"

"Makan yang cukup dulu aja, biar badan kamu cepet fit lagi"

(Sekarang juga udah fit kok)

"Jangan begitu!"

"Lagian berat badan juga bukan dosa neng"

"Kalau makanan dikurangin lagi karena kamu diet, terus nantinya malah jadi makan sembarangan, itu yang bakal jadi memperparah semuanya"

Aku menghela napas membaca pesannya.

Ternyata konsul gratis juga gak bikin nyaman jalaninnya.

(Jadi makan bubur terus nih sampe kontrol nanti?)

"Hehe"

"Iya, yang sabar ya!"

(hmmm)

Hanif tidak membalas kembali pesannya. Ia memilih pulang ke rumah dengan motornya lalu sibuk kembali dengan pekerjaan yang ia bawa.

Begitupun denganku yang menghadap laptop dengan tulisan yang masih ku perhatikan—berulang kali aku menghapus lalu menambahkan 1 kalimat. Tapi rasanya tidak ada ide yang muncul.

Di tengah rasa pusingku, panggilan dari abang masuk hingga aku langsung menyambungkannya—bisa ngamuk dia jika aku tak angkat teleponnya.

"Kenapa Bang?"

"Kamu kenapa main pergi aja? Kenapa tiba-tiba gak mau nginep lagi? Bukannya kontrol kamu masih lama?"

"Ya makanya, mumpung masih lama makanya neng pulang,"

"Tapi kenapa tiba-tiba? Kenapa gak dari pas ketemu abang pagi aja?"

"Neng bosen abang. Di rumah abang sendirian, gak ada yang bisa diajak ngobrol. Malemnya, neng juga sendirian lagi. Paginya apalagi,"

"Ya kan kita kerja neng, pulang kerja kita capek. Makanya mending istirahat,"

"Rumah tangga gak begitu bang. Perlu adanya komunikasi,"

"Kamu tau apa sih soal rumah tangga? Gak usah ngajarin abang deh! Kamu aja usia segitu belum menikah, gak malu kamu?"

Aku langsung terdiam mendengarnya. Omongannya sama-sama menyakitkan seperti istrinya tadi pagi.

Aku langsung memutus panggilannya lalu mematikan ponselnya agar tidak ada siapapun mengganggu.

Singkat cerita, hari sudah mulai berganti. Aku baru saja terbangun lalu pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan sholat subuh.

Setelahnya membantu mamah yang sudah sibuk dengan rumah. Begitupun dengan bapak yang sudah sibuk pagi-pagi dengan dagangannya.

"Mah,"

"Kenapa neng?" sahutnya menoleh padaku sembari berjalan menuju pedagang sayur.

"Dosa ya kalau umur segini belum nikah dan gak punya pacar?" tanyaku.

Mamah terkekeh mendengarnya, "kamu ini ada aja pertanyaannya. Ya masa dosa sih!"

"Mamah malu gak sih punya anak gadis belum nikah diusia segini?" tanyaku.

"Mamah gak malu, cuman ya namanya orangtua. Ngeliat gadis seusia kamu udah menikah, tentu mamah juga mempertanyakan hal itu. Kenapa gadis mamah juga belum menemukan dambaan hatinya," jawab mamah.

"Kita udah usaha juga kan tetep hasilnya gimana yang punya semesta, neng. Jadi mamah gak bakal bawel sama kamu, karena mamah juga tau gimana susahnya jadi kamu karena belum menemukan laki-laki yang ditakdirkan buat kamu," sambung mamah membuatku tersenyum.

Seharian itu aku sama sekali tidak memainkan ponsel—lebih memilih untuk menemani bapak menjaga warung.

"Tumben kamu di warung seharian, kenapa?" tanya bapak.

"Emangnya gak boleh Pak?"

"Bukan gak boleh, aneh aja. Kamu kan biasanya banyak main hp, sekarang jadi pendiem gini agak lain keliatannya. Ada masalah?" tanya bapak membuatku menggelengkan kepala.

Panggilan masuk pada ponsel bapak membuatnya langsung menyambungkan.

"Assalamualaikum bang, kenapa?"

"Waalaikumsalam pak. Neng ada?"

"Ada, kenapa?"

"Dia baik-baik aja kan?"

"Baik bang. Emangnya kenapa sih?"

"Enggak pak. Cuman tadi bingung aja pas telepon dia, nomornya gak aktif. Makanya abang telepon bapak,"

"Gak tau kenapa nih dia. Tiba-tiba banget seharian di warung coba, padahal biasanya kan mainin hp terus,"

"Abang minta tolong bilangin ke dia buat aktifin nomornya,"

"Iya Abang,"

Setelah abang memintanya melalui bapak, aku juga tidak bisa menolak. Aku langsung mengaktifkan kembali ponsel yang sejak semalam ku matikan.

"Neng"

"Kamu marah karena belum dibolehin diet ya?"

"Kok gak aktif nomornya?"

1
Chocoday
Ceritanya dijamin santai tapi baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!