NovelToon NovelToon
If I Life Again

If I Life Again

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Mafia / CEO / Time Travel / Fantasi Wanita
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Ws. Glo

Apakah kamu pernah mengalami hal terburuk hingga membuatmu ingin sekali memutar-balik waktu? Jika kamu diberikan kesempatan kedua untuk hidup kembali di masa lalu setelah sempat di sapa oleh maut, apa yang akan kamu lakukan terlebih dahulu?

Wislay Antika sangat mengidolakan Gustro anggota boy band terkenal di negaranya, bernama BLUE. Moment dimana ia akhirnya bisa datang ke konser idolanya tersebut setelah mati-matian menabung, ternyata menjadi hari yang paling membuatnya hancur.

Wislay mendapat kabar bahwa ibunya yang berada di kampung halaman, tiba-tiba meninggal dunia. Sementara di hari yang sama, konser BLUE mendadak dibatalkan karena Gustro mengalami kecelakaan tragis di perjalanan saat menuju tempat konser dilaksanakan, hingga ia pun meregang nyawanya!

Wislay yang dihantam bertubi-tubi oleh kabar mencengangkan itu pun, memilih untuk mengakhiri hidup dengan melompat dari gedung. Namun yang terjadi justru diluar dugaannya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ws. Glo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

IILA 08

Di dalam mobil hitam yang melaju tenang di jalan kota, Gustro duduk bersandar di jok belakang. Tangannya memegang ponsel, namun layar tetap gelap. Ia membuka layar, lalu menatap kontak yang tak berisi pesan baru.

"Sudah beberapa hari sejak dia minta nomorku... tapi belum ada satu pun pesan. Aku jadi ragu apa dia benar-benar bermimpi tentang kematianku."

Pikirannya mengarah pada sosok gadis bermata sipit itu—Wislay. Ia mengernyit pelan.

"Aku bahkan lupa minta nomor ponselnya. Tapi... ya, buat apa juga. Kita bukan sedekat itu."

Ia menghela napas panjang. Mobil melaju melewati lampu merah ketika matanya tanpa sengaja melihat ke sisi kiri jalan. Di sebuah kedai makanan kecil dengan bangku sederhana, tampak seseorang yang dikenalnya duduk sambil memegang sumpit.

Wislay.

Dia tengah menikmati semangkuk mie ramen, kelihatan begitu bahagia, bahkan sampai menutup matanya ketika menyeruput kuahnya.

"Berhenti sebentar," kata Gustro tiba-tiba.

Sopir menepi dengan patuh. Gustro mencondongkan tubuh ke jendela, memperhatikan gadis itu dari kejauhan.

"Dia... sendirian lagi," gumamnya.

Ada rasa heran di hatinya. Bukankah biasanya gadis sepertinya suka berkumpul atau nongkrong bersama teman? Tapi Wislay selalu sendiri.

Sementara itu di sisi lain, di dalam kedai, Wislay memejamkan mata seraya menikmati rasa gurih mie ramen yang mengepul di hadapannya.

"Enaknyaaa..." gumamnya pelan sambil tersenyum puas.

Hatinya berbunga-bunga.

"Dulu aku terlalu takut pergi sendiri. Tapi sekarang... hidup harus dinikmati meski tanpa ditemani."

Ia meneguk air putih dari gelas plastiknya, lalu menyender santai di bangku kayu.

Kehidupan barunya ini, seaneh dan serumit apapun, tetap memberikan dia rasa syukur. Setidaknya, kali ini ia bisa membahagiakan dirinya sendiri tanpa harus tergantung pada siapa pun.

Tiba-tiba ia teringat seseorang.

Gustro.

Ia mengeluarkan ponselnya, membuka kontak yang sempat ia simpan setelah mendapat nomor dari Gustro beberapa waktu lalu.

Ia ragu sejenak. Namun setelah berpikir panjang, ia lalu menekan tombol "panggil".

"Kalau aku memang ingin melindunginya... aku juga harus berani memulainya," ucapnya dalam hati.

Di dalam mobil yang masih berhenti di seberang jalan, Gustro yang masih mengamati Wislay tiba-tiba mendapati layar ponselnya menyala.

Nomor tak dikenal.

Namun di waktu yang sama, dari kejauhan, ia melihat Wislay memegang ponsel dan sedang menunggu teleponnya diangkat oleh seseorang dengan wajah serius.

Gustro tersenyum samar, lalu mengangkat telepon itu.

"Halo?" suaranya berat dan tenang.

"Halo, Gustro... ini aku, Wislay," suara di seberang terdengar lembut dan sedikit gugup. "Kamu sibuk?"

"Tidak juga."

"Aku cuma... mau nanya kabarmu. Dan... minggu depan aku libur kerja. Kamu... mau jalan-jalan bareng nggak?"

Gustro terdiam sejenak, lalu dengan nada dingin menjawab, "Kau yakin mengajak orang sepertiku?"

Wislay tertawa kecil. "Memang kenapa? Aku rasa tidak ada yang aneh darimu. Lagipula aku bukan tipe orang yang penakut. Sebab, aku hanya ingin mengenalmu lebih baik."

Gustro menilik sekali lagi ke arah kedai dan memperhatikan Wislay masih menatap ponselnya dengan penuh harap.

Akhirnya, ia mengangguk kecil—meski tak terlihat.

"Baiklah. Tapi jangan harap aku akan bersikap manis."

"Aku nggak butuh kamu manis. Aku cuma menginginkan kamu datang," jawab Wislay cepat.

Gustro menutup telepon dengan senyuman samar yang belum pernah muncul sebelumnya.

Mobil kembali melaju, meninggalkan kedai kecil di belakangnya.

Dan di sanubarinya, sebuah rencana kecil mulai tumbuh.

Sedangkan Wislay terlihat riang gembira. Langkah awalnya untuk mendekati Gustro, telah dimulai.

Dikala Wislay bahagia karena Gustro menerima ajakannya, tiba-tiba dari arah belakang muncul sosok yang membuat bulu kuduknya merinding.

"Kau nampak bahagia," ucap suara dingin yang sangat dikenal.

Wislay terkejut dan perlahan menoleh. Alan, pemuda misterius dari kost pojok itu, sudah berdiri di belakangnya, dengan stelan serba hitamnya. Tanpa diundang, ia langsung duduk di hadapan Wislay, menyangga dagu sambil melempar senyum mistis yang membuat udara di sekeliling ikut menegang.

"Sepertinya, kau sangat berusaha keras untuk menyelamatkan pemuda bernama Gustro itu dari kematian." ucap Alan tanpa tedeng aling-aling.

Wislay mengernyit dan menggenggam erat ponselnya. "Itu bukan urusanmu."

Alan menatap tajam namun tenang. "Kau terlalu cepat emosi. Tapi jika kau memang serius ingin menyelamatkannya, kenapa kau begitu egois? Bagaimana dengan ibumu? Apa kau hanya memusatkan perhatian pada calon idolamu itu? Yang sudah kau anggap seperti dewa?"

Kalimat Alan menusuk. Wislay sempat tersentak, tapi ia berusaha tetap tenang.

"Aku punya rencana sendiri. Dan orang aneh sepertimu tidak punya hak untuk berkomentar tentang pilihanku. Terlebih, aku tidak mengenalmu. Jadi jangan sok ikut campur," jawab Wislay tegas.

Alan menyeringai. Matanya memancarkan kilatan tak biasa. "Meski aku adalah dewa?"

Wislay membeku. Kata-kata Alan seperti petir yang menyambar kesadarannya. Tatapannya menajam.

"Apa maksudmu?" tanya Wislay dengan nada menuntut. "Katakan siapa kau sebenarnya. Dan apa yang kau inginkan dariku."

Alan hanya tertawa kecil, lalu perlahan menggeser kursinya lebih dekat hingga hampir sejajar dengan Wislay. Ia mencondongkan tubuh, lalu berbisik.

"Aku adalah utusan dewa. Meski pernyataan ini agak konyol... tapi percayalah bahwa tugasku adalah mengawal manusia yang diberi kesempatan hidup kedua... sepertimu."

Dunia seakan berhenti berputar untuk sesaat. Wislay tersentak. Jantungnya berdetak cepat.

"Aku...?" ucap Wislay lirih.

Alan menatap matanya dalam-dalam, serius.

"Benar. Kau salah satu yang terpilih untuk hidup kembali. Karena itulah aku di sini. Untuk membimbing sekaligus memperingatkanmu."

Ia meluruskan duduknya, menatap keluar jendela sejenak sebelum kembali memandang Wislay.

"Malam ini aku akan menjelaskan satu hal penting... tentang Gustro."

Wislay menelan ludahnya. Matanya tak berkedip.

"Gustro berada dalam ancaman serius," lanjut Alan. "Dia terikat dengan organisasi mafia bawah tanah yang dipimpin oleh ayahnya. Semakin lama dia hidup, kian banyak nyawa yang mengincarnya—dari luar maupun dalam."

"Organisasi... mafia?" Wislay mengulang pelan, masih mencoba mencerna.

"Ya. Black Heart. Organisasi terbesar dan paling kejam di negeri ini. Dan dia—anak tunggal dari bos besar."

"Bukannya dia anak konglomerat?"

"Itu hanya pengalihan. Namun jati diri aslinya yang merupakan keluarga mafia, tidak dapat diganggu gugat."

Wislay terdiam. Dadanya terasa berat.

"Sedikit mengulas tentang masa lalu," tambah Alan. "Gustro memiliki masa lalu suram. Ibunya meninggal saat dia kecil. Dan saat sekolah, dia pernah jatuh cinta pada seorang gadis. Tapi gadis itu mengkhianatinya, mencuri sejumlah besar uang dan meninggalkannya. Sejak saat itu, dia berhenti percaya pada siapapun."

Wislay menatap meja kosong di hadapannya. Ia merasa seperti sedang membaca halaman kelam dari buku kehidupan seseorang.

"Itulah mengapa, Gustro beranggapan jikalau semua orang hanya melihat ketampanan, kekayaaan, kekuasaan dan ketenarannya. Tapi tidak pernah ada yang benar-benar ingin tahu... betapa kesepiannya dia," kata Alan lirih.

Wislay mengepalkan tangannya. Matanya berkaca-kaca.

"Jadi... kau mau bilang kalau hidupnya akan selalu dalam bahaya?" tanyanya pelan.

Alan mengangguk, "kurang lebih begitu."

"Dan kau... akan membantuku menyelamatkannya?"

"Aku tidak bisa ikut campur langsung. Tapi aku bisa memberimu petunjuk... jalan... dan kekuatan jika diperlukan. Sisanya, tergantung padamu."

Wislay menarik napas panjang, lalu mengangguk perlahan.

"Baik. Aku mengerti. Kehidupanku yang kedua, memang untuk menolongnya. Tidak peduli seberapa berat jalannya. Aku sudah gagal menyelamatkan dia di kehidupan sebelumnya. Kali ini... tidak akan lagi."

Alan tersenyum samar. "Itu yang ingin kudengar."

"Lalu... Bagaimana dengan Mamaku?"

Alan termenung sejenak, dan tidak lama kemudian ia melebarkan senyuman. "Untuk beberapa bulan ke depan, tiada hal buruk yang bakal menimpa ibumu."

"Berarti, itu artinya... Saat ini, aku hanya fokus terhadap Gustro?"

"Tepat sekali."

Wislay mengangguk-angguk paham, dan spontan bertanya, "aku mau memastikan satu hal."

"Apa?"

"Benarkah kalau kau itu keluarga ibu kost?"

Alan menyeringai, "tentu saja bukan. Sebagai utusan dewa, kami punya kuasa. Salah satunya membuat ilusi seolah-olah kami memiliki hubungan dengan orang di dunia ini. Semua yang kulakukan... Semata-mata demimu juga, Wislay. Jadi, jangan sia-siakan kesempatan yang telah diberikan kepadamu. Atau kau, akan menyesal selama-lamanya."

"Kalau begitu, ke depan mohon bantuannya... Eh... Aku harus panggil apa? Dewa atau..."

"Panggil Alan saja."

"Ah, ya. Alan..."

Malam itu, di tengah keramaian kafe kecil yang bising oleh tawa orang-orang, hanya satu percakapan yang paling sunyi namun paling berarti—antara seorang gadis yang mendapatkan kesempatan kedua dan seorang utusan dari takdir.

Dan mulai malam itu pula, takdir Gustro dan Wislay mulai benar-benar terhubung.

1
Anonymous
ceritanya keren ih .....bagus/Bye-Bye/
Y A D O N G 🐳: Makasih lohh🥰
total 1 replies
😘cha cchy 💞
kak visual x dong juga. ..👉👈😩
😘cha cchy 💞
ini tentang lizkook kan...??
😘cha cchy 💞
kak kalo bisa ada fotonya kak biar gampang ber imajinasi...😁
😘cha cchy 💞: minta foto visual x juga nanti kak..😁🙏🙏
harus lizkook ya KK..😅😃
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!