Aditya patah hati berat sebab Claudia—kekasihnya— memilih untuk menikah dengan pria lain, ia lantas ditawari ibunya untuk menikah dengan perempuan muda anak dari bi Ijah, mantan pembantunya.
Ternyata, Nadia bukan gadis desa biasa seperti yang dia bayangkan sebelumnya. Sayangnya, perempuan itu ternyata sudah dilamar oleh pria lain lebih dulu.
Bagaimana kisah mereka? Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon De Shandivara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Menemuni Teman
“Mau kemana, Nad?”
Pagi hari Aditya yang baru bangun dia turun untuk mengambil air minum di dapur, tapi dia melihat sosok Nadia yang berjalan gugup.
Perempuani itu sudah bersiap rapi dengan pakaian gamisnya seperti akan pergi padahal ini hari libur.
Nadia tersentak ketika ada orang rumah yang menegurnya.
“Mau ada ketemuan, A.”
“Sama?”
Nadia berpikir, tidak langsung menjawab.
“Teman,” jawabnya singkat.
Aditya mengernyit, seperti ada yang aneh. Bertemu dengan teman di pagi-pagi seperti ini, pukul 8 pun belum ada.
“Dimana? Saya antar?” tanya Aditya menawarkan bantuan pasalnya Nadia baru saja datang, mana mungkin dia tahu lokasi-lokasi di kota ini.
“Eh enggak usah, Kak. Ini ketemuan di kafe Bear, kok.”
“Oh, kafe Bear?” Aditya mengangguk-angguk. Tangannya di kedua saku. Ia tahu dimana kafe bear, kafe elit itu cukup jauh dari sini dan tidak ada yang searah jika dia pergi menggunakan bus. Harus transit dan ganti gerbong sebagainya di beberapa halte.
Namun, Nadia diam sejenak. Dia menggigit bibir bawahnya sambil memperhatikan sesuatu di ponselnya.
“Kenapa? Gak jadi pergi?” tanya Aditya setengah melemparkan gurauan.
“Hem… A’ Adit tahu dimana kafe bear itu?” tanya Nadia membuat Aditya terkikik setelahnya. Sudah menduga, pasti gadis itu tidak tahu dimana lokasinya.
Pada akhirnya, Nadia diantar oleh Adit ke depan kafe itu. Nadia mengangguk-angguk, lalu tersenyum.
“Ternyata jauh ya, A.”
“Memang, tadi kalau tidak saya antar bagaimana?”
“Makasih, A.”
“Aku tungguinya, pulangnya susah nanti.”
Nadia menolak, berbagi alasan ia berikan. Berakhir dengan Aditya yang mengalah karena Nadia yang mengatakan jika dia mungkin akan lama hingga sore.
“Kalau Nadia butuh bantuan, pasti nanti Nadia telepon A’ Adit.”
“Bener, ya?”
Nadia mengangguk. Ia merasa senang seolah ada yang menjaga selama tinggal di kota, sosok anak mantan majikannya itu sudah seperti kakak bagi Nadia. Dia melambaikan tangan kepada Aditya, lalu mobil itu melaju meninggalkan halaman kafe.
.
.
Brug!
Tubuhnya dibanting di atas kasur. Kedua tangannya dicekal di kedua sisi hingga dia terlentang di atas ranjang.
Ia mencoba meronta, tetapi tenaganya tidak kuat karena seluruh tubuhnya telah ditindih oleh pria di atasnya.
“Mas, astaghfirullah. Kamu apa-apaan, sih?!”
“Kamu yang apa-apaan, Nad! Kamu selalu keberatan kalau aku sentuh meski seujung kuku, tapi di sini malah tinggal serumah dengan seorang pria, Nad? Tidak malu, kah kamu sama hijabmu itu?”
“LEBIH BAIK DILEPAS!”
Satu tarikan itu berhasil mencabut hijam Nadia secara keseluruhan hingga rambutnya hitamnya berantakan. Nadia berteriak. Ia tidak pernha tahu akan mendapatkan perlakukan seperti ini dari seorang pria yang selama ini ia kenal baik dan yang telah menjadi tunangannya.
“Akh! Mas Bisma, apa-apaan kamu! Jilbabku!” kata Nadia sudah berderai air mata, dia merasa sudah dilecehkan.
Air matanya mengalir deras. Selimut yang digunakan Nadia untuk menutupi kepalany ayang terbuka, ditariknya oleh Bisma hingga tidak tertutup lagi kepalanya.
Nadia merangkak di atas ranjang, dia ingin mengambil lagi kerudungnya yang berada di sudut ranjang. Namun, lengan itu ditarik hingga Nadia terjatuh ke atas pangkuan Bisma yang mencoba memaksa untuk menciumnya.
Plak! Satu tamparan keras mendarat di pipi pria itu. Nadia buru-buru menendang kaki pria itu dengan sekerasnya. Ia mengambil jilbabnya dan memasangnya sebisanya.
Ia mengambil ponsel dan akan menelpon seseorang untuk meminta bantuan. Tut…. Panggilan terhubung.
“Kesini, Nad! Kamu gak bisa kabur, pintunya sudah dikunci.”
“Mas Bisma!” Nadia mengelak saat Bisma seperti kerasukan dan memaksanya kembali ke tempat tidur. Bahkan Bisma mengekang tubuh Nadia dengan dekapan erat dari belakang tubuhnya.
Bisma merebut ponsel itu dari tangan Nadia, melemparnya jauh-jauh ke sudut ruangan.
“Apa aku tidak boleh mencicipi tubuh calon istriku sendiri?” Bisma memaksanya mundru dan ia merebahkan tubuh Nadia kembali ke ranjang.
“Aku capek-capek kerja buat nikahin kamu, sedangkan kamu di sini selingkuh! Heh!” katanya menekan kedua tangan Nadia yang berada di sisi kepalanya.
“A, kamar 304, A. Tolong!” teriak Nadia sekeras yang dia bisa.
semangat /Determined/
ayuk Up lagiih hehee
aditi Aditia kocak beud masak masih amatiran