NovelToon NovelToon
MY BODYGUARD

MY BODYGUARD

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Obsesi / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kehidupan di Kantor / Fantasi Wanita
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ana_nanresje

Hidup di tengah-tengah para Pria yang super Possessive tidak membuat Soraya Aleysia Abigail Jonshon merasa Terkekang Ataupun diatur. Karena hanya dia satu-satunya perempuan yang hidup di keluarga itu, baik Ayah maupun kakak-kakaknya, mereka menjaganya dengan super ketat . Bagi mereka, Raya adalah anugrah Tuhan yang harus benar-benar dijaga, gadis itu peninggalan dari Bunda mereka yang telah lama meninggal setelah melahirkan sosok malaikat di tengah-tengah mereka saat ini.

Raya adalah sosok gadis jelmaan dari bundanya. Parasnya yang cantik dan mempesona persis seperti bundanya saat muda. Maka dari Itu baik Ayah maupun Kakak-kakaknya mereka selalu mengawasi Raya dimanapun Gadis itu berada. Secara tidak langsung mereka menjadi Bodyguard untuk adik mereka sendiri.


Penasaran sama kisahnya? kuylah langsung baca.....!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9_Bullying

Langit sore masih terlihat cerah warnanya berwarna jingga meninggalkan kesan indah pada langit di ujung barat sana. Hangat, sinarnya terasa hangat dan lembut jika menyentuh kulit secara langsung, Angin sore yang sepoi-sepoi dan kicauan burung yang saling bersautan mereka berterbangan kembali ke sarangnya. Pemandangan yang sangat memanjakan mata tidak perlu pergi ke suatu tempat untuk menikmati moment seperti ini, cukup berdiri di balkon kamarnya, matanya akan dimanjakan dengan alam semesta ciptaan tuhan. Seperti gadis yang satu ini, sifat manjanya akan keluar jika ia sudah berurusan dengan kakak kakaknya.

Raya gadis manis nan cantik dan beruntung, karena hidup di tengah para pria yang sangat menyayanginya. Cia, mereka lebih suka memanggilnya Cia dibanding dengan Raya. Kaki polosnya menuruni satu persatu anak tangga, matanya mengedar ke setiap penjuru mencari sang kakak tertuanya.

" Kak Rey," Teriaknya sambil berlari kecil menghampirinya. Pria itu sedang duduk di sofa dengan laptop yang berada di atas pangkuannya.

" Kak Rey," Panggilnya lagi setelah ikut duduk di samping kakaknya.

" Yes Amour, why?" Tanya - nya. Raya mendengus sambil melipat tangan di dada saat kakaknya masih fokus pada Laptopnya itu. Jemarinya yang panjang terus berkutik menekan tombol yang terdapat di keyboard - nya.

" Laper," Rengeknya bergelayut manja di tangan kokoh milik kakaknya.

" Laper, ya tinggal makan!" Ucapnya masih fokus pada laptopnya.

" Awww. Sakit Ci!" Ringis Rey menarik tangan kanannya setelah satu gigitan Ia dapat dari sang adik.

" Biarin. Siapa suruh fokus sama laptopnya mulu? Lagian inikan dirumah ngapain sih kerjaan kantor di bawa-bawa kerumah? Gak bisa besok di kerjain di kantor?" Cetusnya cemberut. Tangannya mengambil benda pipih berbentuk persegi milik kakaknya. Lalu memainkan salah satu permainan yang terdapat di smartphone itu.

" Ka Rey cuma ngecek email sama file buat besok meeting, bentar lagi kelar."

Raya berkomat kamit mengulang perkataan Rey dengan mata dan tangan yang masih fokus pada permainannya " Ka Rey pelit. Ka Rey Rese. Ka Rey Budek!"

Puuukkk

" Berisik!" Ucap Rey setelah melesatkan satu pukulan pada Raya dengan menggunakan bantal Sofa. Mata Raya memicing Handphone milik kakaknya Ia lempar ke sembarang arah lalu kembali meraih tangan kakaknya yang masih berkutik pada Laptopnya.

" Aww. Sakit sakit. Cia Sakit!" Rey berusaha melepaskan tangannya yang kembali di gigit oleh adik kesayangannya itu.

" Kamu apa-apaan sih main gigit-gigit aja, sakit Cia!" Rey melihat tangannya yang memerah dan terdapat bekas gigitan adiknya.

" Raya laper. Raya pengen makan. Lagian salah Ka Rey kenapa ngelarang bi Yanti untuk masak huh? Nih cacing cacing di perut Raya udah pada demo minta di isi!"

" Yaudah makan yang ada aja dulu. Ngemil ke apa ke, bentar lagi kelar nih!!"

" Yaudah Raya masak Mie instan aja kalo gitu!" Dengusnya bangkit dari duduknya.

" Apa lagi?" Tanya Raya saat tangannya di cekal oleh kakaknya.

" Jangan makan Mie instan mulu. Yaudah ayo kita makan di luar!" Ajaknya. Rey membereskan berkas berkas dan menutup leptopnya sebelum bangkit dari duduknya.

" Serius?" Rey mengangguk tangannya mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di meja.

" Tapi Ka Randy?" Tanya Raya melihat kearah pintu utama menanti kedatangan kakak keduanya.

" Randi udah gede. Bisa cari makan sendiri. Dia juga masih dinas gak tentu pulangnya kapan!"

" Ck. Raya juga udah gede bisa makan sendiri juga. Coba aja kalo Raya boleh keluar sendiri mungkin nih cacing gak bakal konser kaya gini!" Ketus Raya " Nah ini jangankan pergi keluar cari makan, baru keluar gerbang aja udah bikin orang rumah heboh. Ck. Nasibku yang malang." Lanjutnya seperti meratapi nasibnya.

" Aduhhh," Raya mengaduh kesakitan saat Rey menyentil keningnya " udah gede dari mana? Minta makan aja masih merengek kaya anak kecil. Pake acara gigit tangan Kakak lagi. Itu yang namanya udah gede? Masih bocahkan?"

Raya mengepal gemas kedua tangannya. Apa yang barusan kakaknya katakan? Masih bocah? Diumur Raya yang sudah menginjak dua puluh satu tahun dan kakaknya bilang dia masih bocah? Lalu kapan dia dewasanya? Umur lima puluh tahun?

" Jangan mengumpat dalam hati itu tidak baik. Cepat katanya lapar!" Rey merangkul bahu Raya, membawanya pergi untuk mencari makan.

Raya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Setelah memasuki mobil dan menempuh waktu perjalanan kurang lebih dua puluh menit akhirnya Raya dan Rey sampai di salah satu Restoran yang terdekat dari rumahnya.

Banyak pengunjung yang memperhatikan mereka. Bukan mengira jika Rey dan Raya adalah adik kakak melainkan sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Lihat saja kelakuan Rey yang terus memanjakan adiknya itu, membukakan pintu bagaikan tuan putri dan memeluk posesif pinggang ramping milik adiknya. Ekspresi datar dan dingin tercetak jelas di wajah Rey seperti julukannya ķing Ice Jika sudah berada di luar rumah. Sorot matanya sangat tajam, aura yang terpancar darinya membuat siapa saja yang berada di dekatnya merasa terintimidasi dan lebih memilih untuk pergi.

" Jangan seperti itu kakak menakuti mereka semua," Raya merasa risih saat semua mata pengunjung tertuju padanya. Entah itu memuja atau pun yang lainya, yang intinya kini mereka sedang berbisik membicarakan mereka.

" Biarkan saja. Toh kita ini yang jalanin!" Rey membawa Raya masuk kedalam restoran, kepalanya menoleh kekiri dan kekanan seperti mencari seseorang.

" Sugar," Raya menoleh saat mendengar seseorang memanggilnya. Dia kenal suara itu dan tak memakan banyak waktu lagi baik Raya maupun Rey mereka segera menemukan pemilik suara itu.

"Ka Randi, " Randi merentangkan tangannya saat Adik manisnya berlari kearahnya.

" I miss You Brother!"

" Miss you too little girl!" Balas Randi mengecup singkat pucuk kepala Raya. Setelah itu Randi menarikkan salah satu kursi untuk sang Adik di susul Rey yang ikut duduk di samping Raya.

" Ka Randi, kenapa kakak bisa ada di sini? Bukannya kakak masih Dinas?"

" Dinas kakak sudah selesai. Saat hendak pulang ka Rey chat Kakak kalau kalian akan makan di restoran dekat Rumah. So kakak langsung OTW kesini."

Raya mengangguk kan kepalanya tanda mengerti. Lalu beralih ke meja yang sudah terdapat makanan " Jangan menatapnya saja, Kamu tidak akan kenyang jika hanya menatapnya." Cibir Rey " Cepat dimakan, bukanya sedari tadi cacing di perutmu sudah demo?"

" issss nyebelin. Awas aja kalau Ayah pulang, Aya bakal aduin semuanya sama ayah." Ancamnya. Setelah itu Raya menikmati makanan yang sudah di pesankan oleh kakak keduanya - Randi.

" Sudah jangan bertengkar terus. Makanlah dengan baik!" Lerai Randi.

" Kalian nggak makan?" Tanya Raya disela makannya. Kedua kakaknya menggelengkan kepala.

" Jangan pedulikan kami. Urus saja cacingmu itu yang terus Demo untuk minta di isi!" Raya memutar bola matanya jengah saat Kakak tertuanya kembali mencibirnya.

" Dasar King ice!" Balas Raya sambil menyuapkan kembali makanan kedalam mulutnya. Raya asik dalam menikmati makanan nya sedangkan Rey dan Randi sudah terlibat dalam obrolan yang entah membicarakan apa. Raya tidak mengerti dan tidak mau mengerti hal apa yang sedang mereka bicarakan.

" Hahaha. Kau serius kak? Cia menggigit tanganmu karena dia merengek meminta makan?" Rey mengangguk membenarkan perkataan Adik laki lakinya itu.

" Lihat," Tunjuk Rey pada tangannya " Bekas gigitannya masih Ada!" Lanjutnya. Dan sontak membuat Randi kembali tertawa terbahak.

" Kak, kau seperti om om yang sedang mengencani anak gadis orang!" Celtuk Randi.

" Apa kau bilang?" Tanya Rey tak terima. Randi mengatainya Om om? Yang benar saja dia baru umur dua puluh sembilan tahun. Dan dengan lancangnya Randi mengatainya om om? Dasar adik kurang Asem. Rutuk Rey mendelik tajam pada adiknya itu.

" Hehe sabar sabar. Lihatlah pakaian kalian, aku pikir semua orang akan berfikiran hal yang sama sepertiku!"

Baik Raya maupun Rey kedua mahluk itu melihat penampilan mereka sendiri. Raya menggunakan kaos polos berwarna hitam dengan celana pendek, sedangkan Rey masih menggunakan setelan formalnya hanya saja sudah tidak ada dasi yang bertengker indah di lehernya dan kemeja bagian lengannya yang sudah ia gulung sampai siku.

" See. Ucapanku benar bukan?" Kekeh Randi menahan tawanya.

Raya mendengus. Dia meminum Orange juice miliknya " Ini semua gara gara ka Rey!"

" Loh. Ko nyalahin kakak? Bukannya kamu sendiri yang merengek minta makan?"

" Tapi kan kakak bisa ingetin aku buat ganti baju, Kan Aku malu kalo orang lain berfikiran seperti ka Randi!" Cemberutnya.

Randi menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal saat Rey menatap tajam padanya. Sepertinya dia salah bicara. Raya masih memanyunkan bibirnya dengan tangan yang mengaduk kesal juicenya dengan sedotan.

" Amour jangan dengarkan Kakakmu yang menyebalkan itu. Dia hanya iri karena tidak memiliki kekasih sepertimu! kamu nggak lihat jika sedari tadi kita menjadi pusat perhatian mereka? Mereka mengira kita adalah sepasang kekasih. Kamu cantik dan kakak tampan bukankah itu serasi? Tidak perlu memakai pakaian yang mewah jika dengan memakai pakaian santai seperti ini saja Kamu sudah terlihat cantik. Kamu berbeda dengan yang lain. Kau manis imut dan menggemaskan."

" seriusan?" Rey mengangguk. Raya mengembangkan senyumnya saat tangan kakak tertuanya mengusap lembut surai hitam miliknya.

Begitupun dengan Randi, akhirnya Pria itu bisa bernafas lega saat adik kesayangannya tidak menekuk wajahnya lagi.

" Ehem. Dia juga kekasihku!" ujar Randi.

" Kenapa begitu?" Tanya Rey tidak suka.

" Karena Akupun kakaknya!"

" Tidak bisa. Kan tadi Kamu sendiri yang bilang kalau Aku itu seperti om om yang sedang mengencani Anak gadis orang? Lalu kenapa sekarang kamu ingin ikut menjadi kekasih Cia? Itu menjilat ludah namanya!"

" Kaliankan tidak pacaran sungguhan. Hanya sebatas kakak dan adik dan Akupun Kakaknya Cia. So akupun bisa dong jadi kekasihnya!"

" Tidak bisa!"

" Bisa!"

" Tidak Bisa!"

" Bisa!"

Kali ini Raya lah yang menggaruk tengkuknya bahkan Raya merasa risih akan kelakuan kedua kakaknya. Bagaimana tidak risih? Kini semua mata pengunjung tertuju padanya dan itu semua karena ulah kedua kakaknya. Jika seperti ini terus orang lain akan mengira jika Raya sedang kepergok selingkuh oleh pacarnya.

Kaki mungilnya terus berlari sambil memeletkan lidahnya meledek kakak keduanya. Akhir perdebatan tadi dimenangkan oleh Rey dengan Raya sendiri yang memilihnya. Anggap saja sebagai balasan karena membuat moodnya hancur. Dan kini ketiga kakak beradik itu sedang berjalan menuju mobil mereka karena hari sudah larut malam.

Bruuukkk

" Aduhh!" Raya meringis kesakitan saat tubuh mungilnya terpental dan mendarat di jalan beraspal parkiran. Rasa ngilu di bagian pinggangnya membuat Raya mempertahankan posisinya untuk menetralkan rasa sakitnya.

" Kamu nggak apa-apa?" Mata Raya yang menyipit karena menahan sakit terbuka saat meliat tangan yang terulur padanya.

Tanpa ragu Raya menerima uluran tangan itu. Membantunya berdiri dan memapahnya sesaat ketika Rasa sakit itu masih Raya rasakan " Terimakasih!" Raya melepaskan tangannya setelah itu memegang pinggangnya yang masih terasa sakit.

" Cia. Kamu kenapa?" Rey dan Randi segera berlari saat melihat adiknya meringis kesakitan sambil memegangi pinggangnya

" Tidak Apa. Ini salah Raya sendiri. tadi aku berlari dari kejaran ka Randi dan terjatuh karena menabrak dia!" Tutur Raya yang sudah sedikit merasa baikan.

" Astaga Cia. Tapi kamu tidak apa apakan? Apa perlu kita kerumah sakit?" Tanya Randi.

Raya menggelengkan kepalanya dengan cepat " Aku tidak apa. Jangan berlebihan seperti itu!"

" Maafkan Adik saya. Dia memang seperti anak kecil. Ceroboh!" Raya mendengus saat Rey kembali mengatai dia anak kecil. Apakah dia akan selamanya menjadi anak kecil? Kapan dia akan dewasa?

" Tidak apa. Ini bukan sepenuhnya salah dia. Saya pun berjalan dengan terburu buru sehingga kami saling bertabrakan!" Ucap Pria itu " Maaf saya masih ada keperluan. Permisi!" Lanjutnya. Pria itu segera pergi dan memasuki mobil yang terparkir tidak jauh dari Mobil kakaknya.

Raya terus memperhatikan pria itu. Jika dilihat dari samping Pria itu mirip seperti? Seperti siapa? Raya terus mengingatnya, baginya wajah Pria yang baru saja menabraknya sangat Familiar untuknya.

Langkah kakinya terhenti saat melihat sebuah kerumunan yang mencuri perhatiannya. Matanya memicing memastikan apa yang sedang terjadi di sana sehingga membuat mahasiswa lainnya ikut berkumpul entah sedang menyaksikan apa.

" Han ada apaan sih? Kok rame rame gitu?" Tanyanya penasaran.

" Biasa Si primadona lagi nyari sensasi!" Jawab Hana

" Hidupnya bikin onar mulu kapan kali insyafnya!" Celtuk Meli yang mendapatkan toyoran dari kedua sahabatnya.

" Jangan ngomong insyaf kalo hidup lo aja masih gini!" Gemas Hana mencubit kedua pipi Meli.

" Astral sakit!" Rengek Meli menarik kedua tangan Hana dari pipinya.

" Primadona? Sensasi? Maksudnya apaan sih? Bikin penasaran Aja." Raya melangkahkan kedua kakinya. Menerobos kerumunan mahasiswa lainnya yang ikut berkerumun entah menyaksikan apa.

" Ray tunggu," Meli dan Hana ikut mengejar Raya yang terlebih dahulu meninggalkan mereka.

Mata Raya membulat sempurna saat melihat Pria yang tak asing baginya kini sedang menjadi bahan bulan-bulanan dan bahan lelucon mahasiswa lainnya. Bajunya basah kuyup dan kotor, penampilannya sudah compang camping karena ulah? What? Pelakunya Cewek?

Raya mengepalkan kuat kedua tangannya. Saking banyaknya mahasiswa tak ada seorangpun yang menolong mahasiswa itu. Apakah hati mereka sudah mati? Dimana hati nurani mereka? Dimana rasa kemanusiaan mereka? Tidakkah mereka berfikir, bagaimana jika keluarga mereka berada di posisi Pria itu?

" Tuh kan si Ondel-ondel lagi. Gedek gue lihat tingkahnya yang kampungan itu!" Ucap Meli yang ikut bergabung bersama Raya

" Yah mel. Kamu kan tau sendiri mereka kaya gimana? Mungkin tangan mereka gatel kalo sehari gak nge-bully orang!" Timpal Hana

" Nge-bully?" Ulang Raya.

Hana mengangguk lalu menatap Iba pada Pria itu "Kasian Si Key. Anak sepolos kaya dia di perlakukan seperti itu sama Duo ondel ondel. Salah apa coba key sama mereka?!"

" Emang lo belum denger Han? Kata anak anak Si key itu naksir sama si Diana. Nah terus si Diana itu denger. Dia nggak terima dan merasa di permalukan sama Key karena Key menyimpan rasa sama Dia. Seorang Diana Primadona kampus di taksir sama Si Cowok Nerd seperti Key? Ya dia pasti malu dong dengan kabar ini.  lo kan tau mereka seperti Apa? Kalo mereka udah nggak suka sama satu orang pasti mereka bakal bikin tuh orang gak betah ngampus disini, bahkan sampai mereka pindah kampus apapun itu caranya!" Jelas Meli panjang lebar.

" Bahkan dengan cara membully?" Tanya Raya. Meli mengangguk.

" gue ingetin untuk terakhir kalinya. Jangan pernah menampakkan batang hidung lo lagi di depan gue, Kalau nggak lo lihat aja Apa yang bakal gue perbuat sama lo, dasar Nerd!" Kaki gadis itu menendang ember kosong yang baru saja ia gunakan untuk menyiram Key. Matanya menatap jijik pada Pria yang kini sedang tersungkur dengan pakaian basah kuyup.

Dua gadis yang mereka kenal sebagai Primadona kampus itu kini sedang membully seorang Pria yang berkaca mata bulat atau mereka sering menyebutnya nerd or mata empat. Dua gadis itu bernama Fania dan Diana. Yang di ucapkan Meli dan Hana memang benar, dua gadis itu nampak seperti penguasa dengan tampang songongnya.

" Ngapain masih disini? Cepat pergi!" Usir Fania. Gadis itu terlihat geram karena pergerakan Key yang lambat.

Dengan tertatih Key bangkit dari duduknya mengambil bukunya yang berserakan lalu melangkahkan kakinya untuk pergi dari tempat terkutuk itu.

Bruuukk

Belum sempat Key membalikkan tubuh untuk melangkahkan kakinya, Key kembali tersungkur saat Diana sengaja menyandung kaki Key.

" Lo nggak apa-apa?" Key mengangkat kepalanya saat sebuah jaket membalut tubuhnya yang basah.  Hazel mereka bertemu dan saling mengunci untuk seperkian detik sebelum Raya membantu Key untuk berdiri.

" Sudah puas membully-nya?" Tanya Raya menyilangkan tangan di dada.

" Cih. Ada pahlawan kesiangan rupanya!" Cibir fania. Matanya menelisik penampilan Raya dari atas sampai bawah lalu terdengar tawa sinis dari arah keduanya.

" Sama sama kampungan!" Timpal Diana yang menatap jijik pada Raya.

" Kayaknya Dia belum tau siapa kita."

" Hemm. Mari kita kasih tau dimana posisi yang pantas buat dia!" Balas Fania. Setelah itu kedua gadis itu melirikkan matanya pada seseorang yang terdapat di belakang Raya. Anggaplah orang itu sebagai Antek kedua mahluk itu.

Raya terkejut ketika seseorang memeluknya dan melindunginya dari tumpahan sampah dari Arah belakang. Tanpa Raya duga Seorang Mahasiswa yang ikut menyaksikan pembullyan itu menumpahinya dengan sampah dan orang itu membeku di tempat saat dia mengetahui siapa yang melindungi Raya.

Raya mengerjapkan matanya. Aroma maskulin langsung menyeruak ke indra penciumannya saat menyadari kedekatan mereka seintim ini, bahkan tangan Raya dapat merasakan dada kokoh milik pria itu.

" Berani sekali lo bikin ulah sama dia huh?!"  Geram Pria itu pada Mahasiswa tadi.

" Maaf, gue cuma menuruti perintah Fania dan Diana." Ucapnya gugup karena ketakutan melihat mata Elang milik Shaka.

Raya menelan salivanya kasar saat Shaka mengeram marah pada mahasiswa tadi. Tangannya mencengkram kuat kaos yang di kenakan Shaka. Entah perasaan Raya saja atau bukan Pelukan Shaka semakin erat.

" Ngapain kalian masih Disini? Bubar!" Teriaknya membuat semua orang kalang kabut karena ketakutan. Inilah Shaka si dingin berwajah tampan. Terlihat sangar dan menakutkan jika sudah marah seperti ini.

" Kalian, ngapain kalian masih di sini huh? Cepat pergi dari sini!" Usirnya pada Fania dan Diana.

Kedua gadis itu terlihat ketakutan saat mata elang milik Shaka menatap tajam padanya. Dalam hati kedua gadis itu menggerutu kesal karena Shaka ikut campur dalam urusan mereka. Ada angin apa dengan Pria dingin itu sehingga mengganggu kesenangan mereka? Dan fania semakin kesal ketika Shaka pria yang sudah lama Dia incar memeluk gadis asing yang baru saja dia lihat di depan matanya.

" Lo nggak apa apa?" Raya mengangguk saat Shaka mengangkat  dagunya sehingga membuat gadis itu mendongak agar bisa melihat wajah tampannya.

" Hemm. Gue baik baik Aja," Shaka kembali menarik raya kedalam pelukannya. Menaruh dagunya di atas pucuk kepala milik Raya.

' Ada apa dengan pria ini?' Batin Raya

1
Juprianto
Karyanya bagus cm kurang seru dan panjang thooor/Smile/
Juna: makasih udah mau mampir, masih proses menuju konflik nya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!