NovelToon NovelToon
Prahara Rumah Tangga Pelakor

Prahara Rumah Tangga Pelakor

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Selingkuh / Mengubah Takdir
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: misshel

Sania pernah dihancurkan sampai titik terendah hidupnya oleh Irfan dan kekasihnya, Nadine. Bahkan ia harus merangkak dari kelamnya perceraian menuju titik cahaya selama 10 tahun lamanya. Sania tidak pernah berniat mengusik kehidupan mantan suaminya tersebut sampai suatu saat dia mendapat surat dari pengadilan yang menyatakan bahwa hak asuh putri semata wayangnya akan dialihkan ke pihak ayah.

Sania yang sudah tenang dengan kehidupannya kini, merasa geram dan berniat mengacaukan kehidupan keluarga mantan suaminya. Selama ini dia sudah cukup sabar dengan beberapa tindakan merugikan yang tidak bisa Sania tuntut karena Sania tidak punya uang. Kini, Sania sudah berbeda, dia sudah memiliki segalanya bahkan membeli hidup mantan suaminya sekalipun ia mampu.
Dibantu oleh kenalan, Sania menyusun rencana untuk mengacaukan balik rumah tangga suaminya, setidaknya Nadine bisa merasakan bagaimana rasanya hidup penuh teror.
Ketika pelaku berlagak jadi korban, cerita kehidupan ini semakin menarik.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Disenggol? Ya, Senggol Balik!

Cahaya matahari sore musim panas menari di balik jendela kaca kantor baru yang masih kosong. Ruangan itu belum diisi apa pun, kecuali meja panjang dari kayu mahal, laptop merk terkenal, dan perangkat komputer di atasnya. Nadine berjalan mengitari ruangan, dan berhenti di depan jendela kaca besar. Nadine begitu menawan mengenakan setelan linen putih gading yang membingkai tubuh rampingnya, rambut digelung rapi, dan sepasang anting kecil mutiara menghiasi telinganya.

Sosok yang pas untuk membangun perusahaan skincare. Cantik, menawan, elegan, dan fashionable.

Senyumnya terkembang penuh kepuasan. Sekembalinya dari kantor hukum Alveron dan mendapat sebuah jaminan kepastian akan kemenangan, Nadine bersemangat untuk memulai usahanya lebih dulu, sehingga ketika Mutiara sudah ditangan, konsep dan produk sudah dipasarkan, modal sudah dikucurkan, Nadine tinggal meresmikan produknya.

Tim hukum dan legal yang ia bentuk sebulan belakangan, telah mengurus izin produk dan mengajukan uji kelayakan ke badan penguji kelayakan produk kosmetik dan perawatan kulit.

Gudang dan pabrik sudah siap sejak sebulan lalu. Tim marketing sudah mulai membahas trik marketing sesuai dengan usia sasaran produk dan mulai melakukan tes pasar.

Kini, Nadine sedang menunggu kedatangan psikolog anak yang ia hadirkan sebagai tanda keseriusan dan perhatian menyeluruh pada kalangan anak-anak.

"Bu, semua sudah hadir." Sekretaris Nadine memberitahu dari depan pintu.

Nadine mengangguk, lalu segera menuju ruang rapat dengan langkah anggun.

Sesampainya di ruang rapat, Nadine menyapa dermatolog konsultan, ahli kimia khusus kosmetik, konsultan merk, tim branding strategi dari Velve Creative, infuencer skincare, tim legal dan notaris, terakhir adalah psikolog anak.

Bintang utama hari ini. Setelah Alveron menyatakan bahwa persidangan nanti hanya formalitas belaka, Nadine percaya diri menghubungi Lita Jordan, psikolog anak yang akan mendampingi proses gugatan sampai konsultasi psikologis. Lita disewa hingga Mutiara merasa nyaman di rumahnya.

"Selamat sore semuanya." Nadine menyapa semua orang dengan ramah, menatap satu-satu peserta rapat dan berakhir lebih lama menatap Lita Jordan.

"Sore ini, karena semua sudah saya pastikan bahwa dalam waktu dekat, saya akan mengasuh anak dari suami saya, dan kebetulan konsep skincare yang saya buat ramah anak, jadi saya undang Lita Jordan sebagai penasihat langsung setiap produk yang saya keluarkan."

Lita tersenyum untuk memperkenalkan diri. Nadine melanjutkan setelah semua tahu siapa yang ia gaet untuk produk ini.

"Elmivi, adalah nama yang diusulkan oleh tim marketing Brick Internasional, yang mana mereka telah menembus ranah internasional dan sepak terjangnya tidak diragukan lagi." Nadine mengisyaratkan agar asistennya menyalakan layar proyektor untuk memulai presentasi.

"Logo adalah wajah dari produk saya." Nadine menunjuk logo LMV yang digabung menjadi satu. "Yang mewakili kesan membaur atau memeluk semua konsumen, lebih spesifik, merangkul ibu dan anak."

Nadine kembali menatap peserta rapat. "Nilai plus dari produk saya adalah paket bundling, yang mana ketika ibu membeli skincare untuk dirinya, dia bisa sekaligus membelikan skincare untuk anaknya. Dengan begitu anak akan merasa disayangi dan diperhatikan kebutuhan pribadinya sehingga bisa mendekatkan hubungan ibu-anak."

Seseorang dari Velve melambaikan tangannya. "Logo dan nama brand ini sedikit mirip dengan Lumivia jika dilihat secara seksama."

Sarkasitik yang membuat orang-orang ini menahan senyum.

"Saya hanya merasa heran, sekelas tim yang menembus pasar internasional membuat logo seperti ini, hanya diberi lengkungan sedikit di bagian bawah, dipertajam warnanya, lalu mereka berpikir ini logo baru yang begitu luar biasa."

Nadine mengerutkan kening, merasa terganggu dengan kritik itu, bahkan berasal dari perusahaannya sendiri. Nadine segera mengambil tablet dan memeriksa logo Lumivia.

Matanya sejenak membola, lalu segera bersikap normal. Pandangan matanya kembali lurus dan tegas. "Mungkin mereka terlalu lama di luar negeri, sampai tidak tahu logo serupa sudah dipakai di dalam negeri."

"Maaf, Bu ... tapi Brick bekerja sama dengan Lumivia bukan hanya sekali, tidak mungkin tim marketing tidak tahu! Lagipula, siapa yang tidak kenal Lumivia? Anda juga tidak mungkin tidak pernah melihat logo besar Lumivia, kan?"

Mata Nadine sedikit bergoyang karena emosi, namun sebisa mungkin ia menahannya. Ada psikolog anak disini, mereka tidak boleh melihatnya meledak-ledak.

Lita selain mendampingi proses ini, juga akan jadi saksi kuat di pengadilan untuk memenangkan hak asuh Mutiara nanti. Tentu Nadine tidak ingin start yang ia buat justru jadi blunder tersendiri baginya.

"Untuk bagian itu, tolong nanti kalian bicarakan dengan tim dari Brick, ya!" Nadine berseru seraya mengalihkan layar ke slide berikutnya. "Kita lanjut ke bagian dermatologi ...."

"Bu Nadine, maaf saya menyela ...." Perwakilan tim hukum berdiri, membuat Nadine menoleh kembali ke meja rapat. "Logo dan nama harus benar-benar bersih dari tindakan plagiarisme untuk menghindari konflik di masa datang ... logo adalah wajah—seperti yang anda bilang, jadi logo Lumivia pasti sudah dipatenkan."

Nadine menelan ludah. "Ini cuma logo semata, bahkan kita belum meluncurkan produk kita, belum memasarkan produk kita ... ini belum beredar, jadi bisakah diabaikan dulu?"

"Ini pelanggaran, yang nanti pasti akan menimbulkan masalah besar jika tidak diselesaikan lebih dulu!" Tim hukum berkeras, membuat Nadine mendengus marah. Padahal dia ingin segera masuk ke ranah inti, dimana dia akan menunjukkan kelihaiannya meracik skincare.

Nadine menatap semua orang putus asa karena semua orang sepakat dengan pendapat tim hukum.

Ah, sial, langkahnya terjegal lagi. Lagipula siapa sih Lumivia ini? Bukankah itu perusahaan iklan berskala kecil yang menjadi rival Velve?

"Baiklah, saya akan menunda pertemuan sampai logo baru dibuat oleh tim marketing Brick!"

Orang dari Velve berdiri. "Anda masih percaya pada tim marketing Brick setelah dipermainkan begini?"

Nadine bingung. Apa maksudnya ini? Kenapa Brick harus membuatnya seperti dipermainkan?

"Brick sedang menjegal popularitas anda, Bu Nadine!"

Nadine terbelalak kaget. Benarkah demikian? Tidak mungkin!

...

Rob kembali ke Aveline Avenue dimana Sania berkantor. Ia tampak tergesa turun dari Rolls-Royce mewahnya.

"Sania!" Begitu melihat Sania di lobi, Rob membuka tablet buru-buru. "Lihat ini!"

Sania yang berhenti berjalan dan tidak jadi menyesap kopinya itu melihat tablet yang Rob sodorkan.

"Bukan hanya Lumivia yang pernah jadi korban marketing busuk Brick!" Rob meradang. "Pantas banyak perusahaan atau brand yang bisa dibilang berpotensi tidak tampak lagi, ternyata begitu cara main Brick untuk memperluas usahanya!"

"... diakuisisi Brick setelah dinyatakan pailit. Banyak karyawan yang bersyukur tidak jadi kehilangan pekerjaan."

Sania tidak tahu soal ini karena ini terjadi 15 tahun lalu, saat dia masih duduk dibangku kuliah, dan yang paling baru terjadi 10 tahun lalu dimana dia sedang hidup di neraka.

"Dan kamu harus lihat!" Rob menggeser ke slide berikutnya. "Brick menyatakan bahwa perusahaan itu memakai logo anak usaha Brick tanpa izin, lalu Brick memenangkan gugatan hak paten, hingga perusahaan itu tidak bisa membayar dan diakuisisi oleh Brick."

Sania mengerti sejenak kemudian. "Jadi Brick melihat potensi besar sebuah usaha, lalu dia dengan licik membuat anak usaha baru yang nama dan logonya mirip. Memanipulasi keadaan, lalu memenangkan gugatan, seperti itu?"

Rob mengangguk. "Benar ... jadi Brick sekarang sedang melihat ke arah Lumivia, dibuat berbeda jenis usahanya, lalu nanti diam-diam akan dimanipulasi."

Sania menjadi sangat serius dan penasaran akan motif Brooch mendengar penjelasan itu.

"Pantas saja dia ingin merekrut vendor iklan dari banyak perusahaan industri kreatif, branding, dan industri fashion." Rob mencoba meraba kemana arah Brick bergerak. "Dia mengincar Lumivia dan beberapa usaha potensial lain rupanya."

"Coba minta email dari Brick kemarin!"

Rob menggeser layar, mencari email dari Brick yang ia simpan kemarin, lalu menunjukkan pada Sania.

Terdapat perbedaan isi dari email kemarin dengan yang Rey terima. "Jadi dia benar-benar menargetkan aku, ya?"

Sania memiringkan senyumnya. Sebenarnya apa yang mertua Irfan incar darinya? Meski terkenal, Lumivia bukan apa-apa, kecuali memang ada dorongan kepentingan pribadi.

"Ini ada hubungannya dengan gugatan ini." Sania menunjukkan surat panggilan dari pengadilan. Mereka akan bersidang 5 hari dari sekarang.

Rob melihat ke arah Sania penuh iba. "Email dari Brick sebaiknya diabaikan saja, fokuslah pada Mutiara untuk saat ini."

Sania tersenyum tipis, Tapi dia tidak setuju dengan Rob. "Aku akan mendaftar di detik akhir, lagian ini kesempatan besar untuk dipandang banyak orang, kan?"

Rob membelalak kaget. Wanita ini senang sekali membuatnya kelimpungan.

1
Rati Nafi
❤❤❤❤❤❤❤❤❤
🅡🅞🅢🅔
Nadine, kamu pikir Sania masih sania yg dulu apa gimana?
🅡🅞🅢🅔
bilang aja elu gak ada apa2nya Nadine, hadeh🤣
🅡🅞🅢🅔
iyuuuuw🤣
🅡🅞🅢🅔
bjir, drama banget😀🤣
🅡🅞🅢🅔
sampe ke ginjal kali kak🤣🤣🤣
🅡🅞🅢🅔
lawaknyeee🤣🤣
🅡🅞🅢🅔
Ya ampun, ada gitu orang udah ditolak mentah2 masih aja ngeyel? mau jadi laki2 baik, tapi dia ayah yg gak punya pendirian. plin-plan

tp gk apa2 sih kl mau cerai juga, Nadine pasti nyesek🤣
🅡🅞🅢🅔
Aku rasa, Irfan udah muak sama bapaknya Nadine, kek apaan gitu, udah puluhan tahun gak dianggap,, br dianggap setelah mereka kena kasus, kan asem😌
Ratu Tety Haryati
Nah kan beneeer??? Hobi banget nih perempuan menghancurkan sesuatu...
Ratu Tety Haryati
Bukannya dihadapan Rob kemarin , Irfan beserta kopinya sudah ditolak, Sania mentah2 ya???
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
akal bulus Nadine berhasil gak yaa? 😁
🅡🅞🅢🅔: eaaaa, penasaran kek apa Sania akan menjatuhkan Nadine kali ini, Thor 🤣
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸: oh, kasian... 🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
total 3 replies
YPermana
Irfan kamu terlalu haluuuu
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
penyesalanmu percuma Irfan. Nadine, jangan salahkan sania jika Irfan kembali mencintainya
Ratu Tety Haryati
Terima kasih Upnya, Akak Othor🥰🥰🙏
Sifat dasar Nadine suka menghancurkan. Bukan hanya benda, pernikahan orang lainpun dihancurkan.
Dan sekarang rumahtangganya mengalami prahara akibat ulahnya yang memuakkan.
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
panik nadia panik.
Ratu Tety Haryati
Selamat Rob.... Anda pria beruntung.
Ratu Tety Haryati
Tapi obsesi memiliki seseorang, dengan cara tak patut. Dan mempetahankan sampai harus seperti orang tak war*s
☠ᵏᵋᶜᶟ⏳⃟⃝㉉❤️⃟Wᵃfᴹᵉᶦᵈᵃ🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️
yeeess akhirnya Sania milih rob,aku suka aku suka😀karna aku kurang suka sama max
YPermana
gercep rob.... sebelum sania berubah fikri 😁😁😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!