NovelToon NovelToon
Suara Dari Bayangan

Suara Dari Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Sistem / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Romansa / Pembantu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: MOM MESS

“Aku dibesarkan oleh seorang wanita yang tubuh dan jiwanya hancur oleh dunia yang tak memberinya tempat. Dan kini, aku berdiri, tak hanya untuk ibuku… tapi untuk setiap wanita yang suaranya dibungkam oleh bayangan kekuasaan.”

Mumbai, tengah malam. Di ruang pengadilan yang remang. Varsha memandangi tumpukan berkas-berkas perdagangan manusia yang melibatkan nama-nama besar. Ia tahu, ini bukan hanya soal hukum. Ini adalah medan perang.

Di sisi lain kota, Inspektur Viraj Thakur baru saja menghajar tiga penjahat yang menculik anak-anak perempuan dari desa. Di tangannya, peluru, darah, dan dendam bercampur menjadi satu.

Mereka tidak tahu… bahwa takdir mereka sedang ditulis oleh luka yang sama–dan cinta yang lahir dari pertempuran panjang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MOM MESS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terbongkarnya Sumur Dosa.

Malam turun perlahan di desa Bihar. Tapi bagi Viraj, malam ini tak membawa kantuk—hanya amarah yang mendidih. Ia berdiri di luar pondok, menatap gelap yang menggulung sawah. Di tangannya, tergenggam erat surat resmi dari kepolisian distrik. Surat penggeledahan. Tiket menuju inti dosa yang tersimpan dalam dinding rumah kepala desa, Ragunath.

Pagi harinya, belum sempurna saat suara deru mobil polisi memecah keheningan desa. Lima kendaraan, penuh aparat bersenjata ringan, masuk melalui jalan utama yang berdebu. Warga berkerumun, bingung, waspada. Di barisan depan, berdiri Viraj. Di sampingnya, Varsha dengan wajah dingin penuh keteguhan. Di belakang mereka, Bose dan Jagad menyebar. Viraj melangkah ke halaman rumah Ragunath. Gerbang kayu tua itu terbuka, seperti menantang. Para warga mulai bingung. Mengapa Ragunath yang di kenal dermawan, baik, dan ramah itu di grebek?

Tak lama kemudian, Ragunath keluar. Seperti biasa, mengenakan dhoti bersih dan sorban putih. Senyumnya tenang, bahkan menyambut.

“Ah… selamat pagi, Inspektur. Sepertinya desa kami makin ramai.”

“Kami datang dengan surat resmi. Kami akan menggeledah rumah Anda.” Viraj memberikan surat resmi tersebut kepada Ragunath. Dengan wajah santai, Ragunath membaca surat tersebut. “Silakan. Semua pintu rumah ini terbuka… silahkan cari apa yang kalian ingin cari."

Warga mulai berkumpul, membentuk lingkaran. Sebagian mulai gelisah. Terdengar bisik-bisik dan beberapa suara lantang:

“Mengapa rumah kepala desa digeledah?”

“Ragunath orang baik! Ini penghinaan!”

...----------------...

Singkat cerita.

Selama dua jam berikutnya, tim polisi menyisir setiap sudut rumah Ragunath. Kamar, loteng, dapur, gudang. Tapi nihil. Tak ada darah. Tak ada bukti. Tak ada sisa jejak kejahatan. Varsha berdiri terpaku di tengah ruang tamu, cemas dan kecewa. "Tak ada apa-apa… tidak satu pun.” Viraj mengepalkan tangannya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Tapi saat hendak menyerah, matanya menangkap sesuatu dari jendela belakang. Sebuah sumur tua, berdiri sendiri di ujung pekarangan. Tertutup dedaunan kering.

“Itu apa?”

Ragunath ikut menoleh. Kali ini, wajahnya sedikit berubah.

“I-itu... Itu—" melihat Ragunath yang sedikit gugup, Viraj langsung pergi. Langkahnya cepat, tajam, dan menantang. Ragunath mengejar dengan wajah panik. "Itu hanya sumur tua. Sudah lama tak digunakan. Kami menganggapnya suci. Dilarang disentuh… bahkan diinjak.” Viraj berhenti melangkah. Dengan mata sipit, dan senyuman licik ia menatap Ragunath. “Tempat suci sering jadi tempat paling nyaman untuk menyembunyikan dosa.”

Deg!

Ragunath tidak bisa berkata apa-apa. Tanpa menunggu izin, Viraj melangkah ke arah sumur. Para warga mulai berteriak, beberapa berusaha menahan aparat.

“Jangan dekati sumur suci!”

“Itu penghinaan leluhur kami!”

Varsha segera memanggil Jagad dan dua polisi untuk mengamankan perimeter. Tapi kerumunan mulai beringas.

Viraj:

“Ambil palu besar. Kita bongkar tutup sumurnya.”

Palu pertama menghantam batu penutup sumur. Tidak ada tanda apa-apa. Viraj kembali menghantam batu tersebut, hingga runtuh. Yang terlihat kini hanya genangan air kecoklatan dengan dinding sumur sudah berlumut. Viraj dan Varsha mendekat. Menatap dengan seksama ke air tersebut. "Tidak ada apa-apa." Varsha mencoba untuk mengamati kembali genangan air tersebut. Tiba-tiba sebuah kalung dengan lambang bintang mengambang. Kalung itu persis seperti kalung yang di kenakan oleh Leela melalui foto tersebut.

"Kalung itu... Jagad!"

"Yes Ma'am, "

"Minta tim untuk menguras sumur ini." Mendengar itu, warga mulai bersorak dengan penuh amarah. “Mereka menghina agama kita! Usir mereka!” Sekelompok pria menyerbu halaman. Viraj segera berbalik. Viraj menarik Varsha, dan berteriak pada pasukannya, "BENTUK BARIKADE. Jangan biarkan mereka menyentuh Nona Varsha dan tim yang bekerja. Sisanya biar aku yang urus." Para polisi membentuk barikade. Sementara itu, Viraj maju sendiri menghadapi para penyerang.

"BOSE!" Tongkat baton dengan ukiran 'Viraj Thakur' yang berukuran besar langsung Bose lemparkan ke arah Viraj. Ia menghantam dada lawan dengan tongkat tersebut, menjatuhkan satu per satu dengan brutal dan tepat. Wajahnya tak menunjukkan ampun—hanya amarah. Varsha tetap berdiri di dekat sumur, memperhatikan air yang sudah mulai surut.

“Air sudah mulai berkurang, Bu!”

“Kuras semua airnya! Cepat!”

"Baik Ma'am, "

Ragunath mulai panik. Ia mencoba meyakinkan warga bahwa ini pelecehan terhadap adat. Tapi saat air benar-benar habis, beberapa karung besar terlihat mengendap di dasar sumur.

Warga mendadak terdiam. Bahkan mereka yang memaki, berhenti bicara. Wajah-wajah pucat, tegang, terpaku. Varsha terkejut, dan langsung meminta agar karung tersebut di angkat. Beberapa warga yang menyerang Viraj berhenti menyerang. Viraj memperbaiki jasnya, dan mendekati sumur tersebut. Karung-karung itu ditarik ke atas. Jagad mengenakan saru tangan langsung membuka karung tersebut. Saat di buka, isinya hanya baju-baju perempuan yang sudah robek, dan terdapat bercak darah di mana-mana.

Tangisan meledak. Seorang ibu berteriak histeris sambil memeluk potongan kain. Yang lain menjerit, memanggil nama anak-anak mereka yang tak kembali. Rupanya potongan-potongan baju tersebut adalah milik putri mereka yang selama ini menghilang. Varsha terdiam. Dia memejamkan matanya tak kuasa melihat tangisan para ibu atas putri mereka. “Ini... milik putri kalian. Yang kalian kira pergi karena dosa... ternyata dikubur oleh orang yang kalian puja.” Para ayah di desa itu menatap Ragunath dengan tatapan hina, amarah, dan juga dendam. Warga murka. Mereka berbondong-bondong menyerang Ragunath, ingin membunuhnya di tempat. Viraj menembakkan pistolnya ke udara, untuk menghentikan massa.

"BERHENTI!”

“Kalau kalian ingin keadilan… biarkan hukum bicara. Jangan jadi binatang seperti dia.” Viraj lalu mendekati Ragunath. Satu tamparan, dan mematahkan beberapa tulang pergelangan kakinya sudah cukup membuat Ragunath berteriak kesakitan. "Kau pikir kau dewa? Kau cuci otak para warga, agar mereka bungkam." Viraj lalu meminta polisi untuk segera membawanya ke kantor pusat. Ragunath tidak malu. Mulutnya masih tersenyum kecil. Tapi matanya penuh kebencian.

Varsha menatap sumur yang kini kosong, tapi menyimpan suara-suara sunyi gadis yang pernah berteriak di dalamnya. Ia tahu, ini belum selesai. Beberapa jam pembongkaran sumur, mereka tidak menemukan adanya mayat di dalam sumur tersebut. "Mayat-mayat itu tidak ada. Itu artinya... Mereka masih hidup. Bayangan mereka telah di pindahkan. Tapi... Kemana?" Batin Varsha bingung. Setelah mengurus beberapa dokumen, Viraj menghampiri Varsha.

"Investigasi sudah berakhir. Sisanya... Kita akan paksa bajingan itu bersuara. Kementerian dalam menteri meminta kita untuk segera pulang hari ini, "

"Tidak Viraj. Investigasi masih belum selesai. Kau lihat dia... " Varsha dan Viraj bersama menatap Ragunath yang kini menatap balik mereka dengan wajah tersenyum licik.

"Apa kau yakin pria itu mau buka mulut?"

"Mungkin.. Dia akan bicara suatu saat nanti. Tapi kapan?"

"Dia mungkin cerdik, tapi kita... Kita harus jauh lebih cerdik, "

"Semenit saja kita terlambat. Kita tidak akan pernah tau bagaimana keadaan para gadis-gadis itu, "

“Jadi?" Viraj dengan tatapan bingung.

“Ya. Aku tetap di sini. Aku akan cari tahu ke mana mereka dibawa. Aku akan tuntaskan ini.”

“Baiklah... Tapi... Mahi sepertinya tidak ingin berjauhan dengan mu... Mahi akan tinggal bersamamu. Aku percayakan dia padamu.” Varsha tersenyum dan mengangguk.

1
sknrts
heh??? daddy??😭🙏🏻
angradarma
Dek. lu masih ingat gua gak?
angradarma
KEJUTAN ANJAY
Yeonjun’s wife
HERNANDES IS BACK
Yeonjun’s wife
WHAT— ini serius atau borongan?!??
Yeonjun’s wife
Langsung ingat karakter Arjun Sarkar😭🙏
Yeonjun’s wife
Ceritanya seru, aku suka banget terutama untuk karakter Varsha😍👍keren abizzzzz, btw semangat buat author udh buat karya sekeren ini. Tetap jaga kesehatan tor, wi lop yu 😘🔥
angradarma
Sejauh ini ceritanya seru banget. Penulisan rapi, dan mudah di mengerti. Tinggal typonya aja yang di perbaiki lagi ya tor😁btw suka juga sama alur ceritanya yang menceritakan tentang wanita2 hebat♥️semangat terus tor.
angradarma
makin seru aja nih. lanjut dong tor🙏
angradarma
LANJUT PLEASE. MANA BOLEH LAGI SALTING GINI DI POTONG!🙄
satya
Good job👍🔥
Doni Nanang
keren lanjutkan..
jangan lupa mampir ya kak...
Yeonjun’s wife
LANJUT PLEASE
Yeonjun’s wife
KETEN BANGET🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!