Dikutip dari kisah nyata kehidupan suamiku sebelum bertemu denganku sampai saat ini.
Yanu pemuda berumur 27 tahun yang tak kunjung menikah karena terlalu fokus dengan pekerjaan dan ibu nya.
Pada suatu ketika saat ia sedang berkunjung kerumah teman sebaya nya yang berjarak seratus meter dari rumahnya,tanpa sengaja ia melihat seorang perempuan cantik melintas depan rumah teman nya tersebut. Ia pun menanyakan siapakah perempuan cantik yang baru saja ia lihat kepada teman nya.
Simak terus kisah nya dalam novel karyaku ya...
Terimakasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maria Margaretha Riswanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
POV YANU
Perjuanganku untuk mendapatkan Maria pun tidak sia-sia. Akhirnya Maria bisa ku nikahi. Aku sangat senang sekali. Akan tetapi di sela-sela kesenanganku ada yang berusaha merusaknya. Saat sesampainya aku di rumah bapak dan ibu, tau-tau Tini menyambutku. Sontak mood yang sudah senang jadi menurun dan malas. Ngapain lagi tuh orang kemari. Dan yang membuatku terkejut, ternyata mbak Aria dan mas Zainal lah yang membawa nya kemari. Mereka berniat untuk merujukanku dengan Tini. Oh tidak bisa, karena aku sudah memiliki dambaan hati yang jauh lebih baik dan lebih cantik dari Tini. Kalaupun Tini menuntut hak anak, aku akan mengambil alih hak asuh anakku Ashka. Lagipula hatiku juga sudah terlalu sakit mengingat penghianatan nya dengan bapakku. Melupakan kejadian itu terlalu sulit bagiku. Bahkan saat aku memiliki bukti kebusukan mereka, mereka tetap menyangkal hal tersebut.
Aku melihat ekspresi istriku, nampaknya dia tidak nyaman dengan kehadiran Tini saat itu. Aku pun mengajak istriku masuk ke kamar dan membereskan barang-barangku sampai semua pulang. Aku juga meyakinkan ke istriku bahwa aku tidak akan pernah mau untuk rujuk dengan Tini.
Keesokan harinya aku di buat terkejut lagi karena kehadiran Ani. Ini orang ngapain sih pakai acara datang ke rumah segala. Mana ada Maria pula di sampingku, ucap batinku. Ani tiba-tiba memelukku dan merengek kepadaku. Jujur sebenarnya aku masih mencintainya, tapi tertutup oleh rasa sakit atas kebohongan nya kepadaku. Dia janji mau menikah denganku kalau aku mau menunggunya selama kurang lebih lima tahun untuk dia menyelesaikan perpisahan dengan suaminya. Tapi ternyata dia tidak mau melepaskan suaminya dan dia juga tidak mau melepaskanku. Ah wanita serakah tidak akan bisa membuatku bahagia, ucap batinku. Aku mencoba menutupi rasaku dan menghilangkan nya. Karena sekarang ada istri yang benar-benar tulus mencintaiku dan mau berjuang bersamaku. Maka dari itu aku harus menjaga perasaan istriku. Setelah berdebat akhirnya Ani pergi juga. Lalu aku dn istriku langsung pergi ke kontrakan tempat kami akan tinggal sementara sampai rumah kami jadi.
Malam harinya aku berbincang dengan istriku masalah Tini dan anak-anak. Awalnya sih aku hanya ingin menguji istriku, bagaimana pendapatnya bila anakku Ashka tinggal bersama kami. Ternyata jawaban istriku sesuai dengan apa yang aku inginkan. Malah ia mengajakku untuk menjemput Ashka besok. Memang benar aku tidak salah memilih pendamping hidup.
Keesokan paginya sebelum kami berangkat menjemput Ashka, aku mengajak istriku untuk mampir ke rumah menengok ibuku. Dan yang membuatku terharu, ternyata ibuku menerima istriku sebagai menantunya. Bahkan ibuku memberikan cincin peninggalan eyang putri untuknya dan berpesan untuk menjaga dan mencintaiku setulus hati seperti ibuku menjaga dan mencintaiku. Semoga ini memang benar jodohku sesuai dengan jawaban doaku.
Setelah memasak aku di kejutkan lagi oleh Maria. Ternyata dia bukan hanya menyayangiku. Ia juga menyayangi ibuku. Dengan telaten dan sabar nya istriku itu menyuapi ibuku yang hanya bisa terbaring tak berdaya di tempat tidur. Padahal dulu sewaktu Ani masih bersamaku, ia aku ajak untuk menengok ibuku di dalam kamar saja ia tidak mau. Mungkin ia jijik dengan bau ibuku. Jangankan Ani, mbak-mbak ku saja tidak mau masuk kedalam kamar ibuku. Memang aku tidak salah pilih istri, ucap batinku.
Setelah selesai menyuapi ibuku dan mencuci semua cucian piring, Maria mengajakku untuk berangkat ke Banjarnegara menjemput anakku Ashka. Bagaimana ini ? Aku masih belum siap untuk bertemu dengan kedua mantan mertuaku. Aku takut kalau nantinya aku dan Maria kesana malah di usir oleh mereka. Alasan apa ya yang harus kuberikan ke istriku Maria agar dia mengurungkan niatnya kesana ?. Ah.... Maria orangnya ngeyel dan teguh akan pendirian. Dia tidak mungkin bisa menerima alasan yang tidak logis. Yasudah lah menurut saja. Mungkin ini memang sudah waktunya aku membongkar semua kebusukan Tini dihadapan orang tuanya.
Selama dalam perjalanan, Maria hanya tertidur. Mungkin dia kecapekan karena semenjak pulang dari Merak hingga sekarang, kami hanya beristirahat sebentar.
Akhirnya kami sampai dirumah orang tua Tini. Aku membangunkan Maria dengan lembut. Rasa kekhawatiran dan ketakutanku semakin menjadi. Tapi Maria dengan semangatnya meyakinkanku. Aku pun turun dari mobil dan menggandeng tangan Maria yang sudah turun terlebih dahulu menuju ke teras rumah pak Tukiman orang tua Tini. Benar dugaanku, baru saja mengucap salam. Aku dan Maria sudah di bentak oleh pak Tukiman. Tapi beruntungnya aku memiliki istri seperti Maria, ia mampu meluluhkan hati pak Tukiman. Kami pun di persilahkan duduk. Tak selang beberapa lama, Tini, bu Siti, pak Tukiman dan juga Ashka anakku keluar dari rumah. Awalnya bu Siti dan pak Tukiman ketus denganku dan Maria. Tapi setelah aku menjelaskan semua tentang kebusukan Tini, akhirnya pak Tukiman pun luluh kepadaku. Tak kusangka ternyata Tini yang dulu aku kenal lugu dan polos ternyata sejahat ini kepadaku. Ia membuat anakku takut untuk ikut denganku dengan ceritanya soal ibu tiri. Bahkan ia juga merencanakan hal jahat untuk memisahkanku dengan Maria istriku. Tapi ya sudahlah, semua sudah berlalu. Ashka pun berhasil aku jemput.
Alhamdulillah ya Allah. Engkau telah menjawab semua doa-doaku selama ini. Selain aku di berikan istri yang baik, aku juga akhirnya bisa bertemu dan berkumpul kembali dengan anakku Ashka. Sembilan tahun aku menahan sakitnya penghiatan Tini. Sembilan tahun juga aku menahan rasa kangen kepada anakku karena tidak di perbolehkan oleh Tini dan keluarganya untuk kutemui. Akhirnya semua terobati.
Setelah Ashka selesai berkemas, aku dan Maria berpamitan pulang dan membawa Ashka. Di dalam perjalanan, aku melihat antusias Maria kepada Ashka membuatku tenang. Ternyata Maria memang benar-benar peduli kepada anakku.
Doa dan harapanku sekarang ini, semoga aku dan Maria segera di berikan momongan. Dan kalau bisa perempuan saja. Agar lengkap sudah kebahagiaanku. Aamiin.
Bersambung.....
yukk saling support 😊
Contohnya: aku, kamu, dan dia.
Jadi bukan aku,kamu,dan dia.
Semangat kak🫶🫶🫶