Seorang pria mengagumi seseorang wanita yang selama ini diam-diam dia awasi. Semua itu terjadi berawal kejadian kecelakaan yang menimpa dirinya hingga dia merasa tertarik pada wanita itu.
Sampai pada akhirnya dia nekat untuk mendekatinya dan dari itulah pria itu menunjukkan perhatian lebih hingga wanita itu merasa risih.
"Stop jangan mengikuti aku terus."ucap wanita itu yang membalas dengan nada kesal.
Apakah wanita itu menerima kehadirannya dan memilih dirinya menjadi istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ArsyaNendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbongkarnya kebenaran itu (IITG)
"Iya Bibi." jawab Nadira dengan senyuman, tiba-tiba saja terdengar suara langkah kaki dari arah depan.
"Halo Bibi." Sapa seorang wanita yang dimana wanita itu adalah Sita.
"Akhirnya kamu datang juga, Nadira sudah menunggu dari tadi. Katanya mau mengajak Nadira ke kota untuk memeriksa kandungan." ucap Bibi Amira pada Sita.
"lya Bibi, Sita pun baru sampai. "Sita menghampiri Nadira yang nampak duduk santai.
"Halo baby. "Sapa Sita sembari mengelus perut Nadira yang semakin besar.
"Halo aunty." balas Nadira dengan suara lirih.
"Sudah siap?" tanya Sita pada Nadira.
"Sudah dari tadi, tumben kamu datang telat?" tanya balik Nadira.
"Biasa masalah pekerjaan." jawab Sita yang bergegas mengambil tas miliknya sekaligus membawa tas milik Nadira.
Akhirnya mereka pergi menuju rumah sakit di kota yang akan mereka kunjungi hanya untuk pemeriksaan keadaan kandungan Nadira.
Beberapa jam kemudian
"Aku daftar dulu, kamu duduk disini dulu." Pesan Sita pada Nadira.
"Iya." jawab singkat Nadira dengan menganggukkan kepala.
Sita pergi mengurus pendaftaran, sedangkan Nadira duduk diruang tunggu.
Tiba-tiba ada seorang wanita yang duduk disampingnya Nadira.
" Kenapa dia belum datang juga."Gumam Wanita itu yang nampak kesal.
Nadira sempat melirik kearah samping dengan senyuman, spontan wanita melirik.
"Ibu sendirian?" tanya Nadira pada wanita yang duduk disampingnya.
"Iya Nak ibu sedang menunggu putra ibu." respon Nadira tersenyum.
"Begitu ya, ibu sabar menunggu disini saja. Saya yakin putra ibu akan datang Nadira dengan senyuman.
"Hamil berapa bulan?" tanya wanita itu pada Nadira.
"Hampir mendekati 9 bulan." jawab Nadira
"Hanya tinggal menunggu hari kamu akan menjadi ibu." ucapan itu membuat hati Nadira begitu bahagia.
"Iya Bu." jawab Nadira yang tak bisa menahan rasa bahagia,dari arah samping sudah ada Sita yang datang mendekati Nadira.
"Nadira, ayo kita naik kelantai atas." ucap Sita yang langsung tanggap membantu Nadira
"Mama." Terdengar suara pria yang membuat semua menoleh kearah suara itu.
"Gio." jawab wanita itu, yang langsung berdiri menghampiri putranya.
Ekspresi Nadira spontan kaget melihat pria itu lagi. "Pria itu." Batin Nadira yang terkejut dengan kehadiran pria itu di tempat itu.
Tak hanya Nadira yang terkejut,tapi Sita pun dibuat terkejut.
"Aduh pria itu, mampus aku." Batin Sita bingung dengan kehadiran pria itu.
Gio pun sempat melirik kearah kedua wanita itu. "Nadira," Gumam Gio yang secara langsung melihat seseorang wanita yang selama ini dia cari.
Sita langsung menarik tangan Nadira, hingga keduanya lari menghindar pria itu
Nadira pun mencoba lari, tapi badannya sudah terasa berat apalagi perutnya semakin membesar.
Gio pun lari mengejar mereka berdua. "Nadira." teriak Gio yang memanggil nama Nadira
Tiba-tiba saja Nadira tak sengaja terjatuh hingga membuat Perutnya menjadi kesakitan, kejadian itu membuat Sita makin khawatir.
"Dira, tidak apa-apa kan?" tanya Sita yang mulai khawatir.
"Sakit." ucap lirih Nadira yang merasakan kesakitan diarea perutnya.
Gio yang melihat langsung mendekatinya. "Nadira kamu tidak apa-apa kan?" tanya Gio yang melihat kondisi Nadira sudah dibasahi keringat dengan kondisi perut membesar.
"Sita tolong." ucap lirih Nadira yang langsung membuat Sita berlari memanggil perawat di rumah sakit.
Nadira langsung pingsan tak sadarkan diri, keadaan makin kacau dengan keadaan Nadira yang semakin gawat.
Beberapa menit kemudian
Posisi Sita pintu operasi, mau tak mau Nadira harus melahirkan di hari itu juga.
Karena kejadian jatuh itu memaksa dirinya harus melahirkan secara sesar.
Sita begitu terpukul dengan kejadian yang menimpa temannya, sedangkan disamping Sita ada Gio dan asistennya dan ditambah lagi dengan kehadiran kedua orang tua dari Gio di tempat itu yang sengaja di hubungi oleh Mama Belina
Sita melirik kearah Gio dengan tatapan sinis, Sita datang menghampiri Gio. "Apa tidak cukup kamu menganggu kehidupan Nadira. Lihat perbuatanmu itu, dia harus mengalami hal seperti ini." ucap Sita yang dengan beraninya memarahi Gio
"Aku hanya ingin." Belum selesai bicara Sita langsung memotong
"Apa kamu tidak sadar diri, kamu adalah orang yang menghancurkan masa depan Nadira Setelah kejadian itu kamu masih berani menampakkan wajahmu." Sita benar benar tak bisa mengontrol emosi lagi.
"Apa yang sebenarnya yang terjadi?" tanya tuan Marco yang kaget tiba-tiba istrinya menghubungi dirinya.
"Gara-gara ulah pria ini, teman saya harus menderita. Pria ini telah berani berbuat sesuatu hingga hidup teman saya hancur," ucap Sita yang benar-benar marah besar
"Aku salah apa?"
"Masih tidak sadar kesalahanmu apa, asal kamu Nadira hamil anakmu dasar biadab." Gio pun dibuat kaget setelah mengetahui Nadira hamil anaknya.
"A-anakku."
"Lebih baik kamu pergi, jangan pernah temui Nadira lagi. Sudah cukup penderitaan Nadira selama ini rasakan." ucap Sita yang menahan tangisannya setelah melihat perjuangan temannya mempertahankan anak yang dia kandungnya.
Mama Belina pun dibuat terkejut dengan kebenaran yang selama ini putranya sembunyikan.
"Gio jawab jujur, apa benar yang dikatakan oleh wanita itu." Mama Belina menatap tajam kearah putranya.
Gio pun terdiam melirik kearah tuan Marco. "Apa benar itu Gio?" tanya tuan Marco yang langsung dibalas menganggukan kepala dari Gio.
Pada akhirnya Gio mengakui,karena dirinya tahu orang yang terakhir dengan Nadira.
Mama Belina dibuat terkejut dengan apa yang putranya lakukan sehingga Mama Belina memukul keras putranya.
"Dasar anak kurang ajar, Mama tak pernah mengajarkanmu berbuat seperti itu. Máma tak mau tahu, kamu harus bertanggung jawab!" Teriak Mama Belina yang begitu marah besar.
Tiba-tiba terdengar suara bayi dari dalam ruangan, sontak saja membuat orang tertegun.
"A-anakku." Batin Gio yang mendengar langsung suara tangisan anaknya untuk pertama kalinya.
"Papa suara itu, cucu kita pa." ucap Mama Belina yang langsung memeluk suaminya, yang saat itu begitu bahagia setelah mendapati kenyataan jika posisi Mama Belina sudah memiliki seorang cucu yang selama ini dinantinya.
"Mama tak mau tahu, Papa harus mengurusnya. Suruh putramu itu untuk bertanggungjawab jangan sampai kita kehilangan cucu kita Pa." Bisik Mama Belina, tuan Marco pun hanya membalas dengan menganggukkan kepala.
Tiba-tiba terdengar suara kedua kalinya, suara tangisan bayi lagi" Akhirnya si kembar lahir juga." ucap Sita yang merasa lega, akhirnya kedua anak Nadira lahir juga
Pintu pun terbuka, dan suster yang menangani Nadira menghampiri mereka semuanya.
"Bagaimana keadaan teman saya?" tanya Sita pada perawatan itu.
"Kondisi ibu dan anak baik-baik saja. Selamat ibu Nadira sudah melahirkan bayi kembar laki-laki yang sehat." Sita pun mendengar informasi itu merasa lega, semua orang nampak begitu lega sekaligus senang akhirnya Nadira selamat.
Perawat itu kembali masuk lagi ke ruangan itu. "Lebih baik anda pergi sekarang." ucap Sita dengan nada sinis.