NovelToon NovelToon
Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Kantor
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Shanaya Sanjaya percaya bahwa cinta adalah tentang kesetiaan dan pengorbanan. Ia rela menjadi istri rahasia, menelan hinaan, dan berdiri di balik layar demi Reno Alhadi, pria yang dicintainya sepenuh hati.

Tapi ketika janji-janji manis tersisa tujuh kartu dan pengkhianatan terus mengiris, Shanaya sadar, mencintai tak harus kehilangan harga diri. Ia memilih pergi.

Namun hidup justru mempertemukannya dengan Sadewa Mahardika, pria dingin dan penuh teka-teki yang kini menjadi atasannya.

Akankah luka lama membatasi langkahnya, atau justru membawanya pada cinta yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Reno menghentikan mobilnya mendadak. Amarah menggelegak dalam dadanya. Apa yang dilakukan Shanaya barusan benar-benar di luar nalar. Sebagai seorang istri, seharusnya Shanaya menunjukkan rasa tidak suka, atau paling tidak berusaha menghentikan niat konyol itu. Tapi yang ia dengar malah sebaliknya, Shanaya memilih menyibukkan diri membersihkan rumah.

“Di depan itu bengkel, ya? Pas banget kamu berhenti di sini,” ucap Shanaya pelan namun mantap. “Aku turun aja. Kalian bisa lanjut. Kalau butuh bantuan booking hotel atau penginapan semalam, bilang saja, aku bantu.”

Reno menoleh cepat, matanya menajam. “Shanaya!” bentaknya. Suaranya meninggi, tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Sikap istrinya itu dingin. Terlalu dingin.

Malika bisa merasakan emosi Reno yang hampir meluap. Ia bukannya meredam tapi menambah bahan bakar, “Shanaya, kamu jangan salah paham. Aku gak akan nginap kok. Aku cuma pengin lihat sunset sebentar setelah urusan kerjaan selesai. Gak lebih dari itu. Tolong jangan mikir yang aneh-aneh.”

“Oh, tenang saja, Bu Malika.” Shanaya tersenyum tipis, penuh ketenangan yang justru menusuk. “Saya tahu kalian sangat profesional. Makanya, saya juga harus profesional. Sebagai kepala sekretaris, tentu saya ingin bos kita merasa nyaman. Jangan salah paham juga, ya.”

Kata-kata itu terdengar manis, tapi bagi Reno, justru membuat dadanya semakin panas. Ia merasa seperti diabaikan, dianggap tak penting. Dengan nada datar yang menyembunyikan kemarahan, Reno berkata, “Terima kasih atas pengertiannya, Bu Shanaya. Kamu benar, di depan itu bengkel. Karena saya sedang sibuk, silakan turun. Saya gak punya waktu mengantar kamu.”

Ia berharap Shanaya akan berubah pikiran, mungkin menahan tangan Reno, atau setidaknya menunjukkan bahwa ia tersakiti. Tapi tidak. Shanaya hanya mengangguk ringan dan menjawab pelan, “Baik. Terima kasih. Silakan lanjutkan kesibukanmu.”

Lalu, tanpa ragu, ia membuka pintu dan turun dari mobil. Langkahnya tenang, tanpa menoleh sedikit pun.

Reno terdiam. Ingin menahan. Tapi belum sempat bereaksi, Malika meletakkan tangannya di lengan Reno. Lembut, tapi cukup kuat untuk membuat Reno tetap duduk.

“Sepertinya dia lagi main cuek, Ren,” ujar Malika pelan. “Mungkin dia ingin kamu yang ngejar dan manjain. Tapi kamu juga nggak harus selalu ngalah.”

Reno menggenggam setirnya erat. Kata-kata Malika menyentuh sesuatu dalam pikirannya. Selama ini, dialah yang terus meminta maaf, terus mengalah pada Shanaya, meski yang bersikap tidak masuk akal adalah istrinya sendiri.

Dan kali ini... tidak. Ia tak akan mengejarnya lagi. Tanpa sepatah kata pun, Reno menekan pedal gas. Mobil itu melaju kencang, menjauh, meninggalkan Shanaya yang semakin mengecil di kaca spion.

Malika tersenyum puas, dalam hati ia berkata, "Selangkah demi selangkah aku akan mendapatkan apa yang kamu miliki Shanaya, entah itu Reno atau bahkan pekerjaanmu sekarang ini. Tunggu saja."

***

Di pinggir jalan, Shanaya hanya menggeleng pelan. Ia menarik napas panjang bukan karena kecewa, tapi karena lelah. Sekali lagi, ia salah menafsirkan cinta. Baginya, cinta adalah tentang pengorbanan dan kesetiaan. Tapi bagi Reno, semua itu tak berarti apa-apa.

“Konyol banget kamu, Shanaya,” gumamnya lirih, mencibir diri sendiri. Ia lalu melangkah, menyusuri trotoar menuju bengkel yang tak jauh dari sana. Namun belum sempat ia sampai, sebuah mobil melaju kencang melewati jalan berlubang yang dipenuhi air, menyipratkan genangan ke seluruh tubuhnya.

Shanaya terdiam sejenak, tubuhnya basah kuyup. Wajahnya berubah merah, antara kesal dan tidak percaya.

“Hai! Brengsek! Berhenti kamu!” teriaknya marah. Tanpa pikir panjang, ia memungut batu lumayan besar di dekat kakinya dan melemparkannya ke arah mobil.

Tapi alih-alih mengenai mobil yang menyipratinya, batu itu justru menghantam mobil lain yang tiba-tiba berada di belakangnya.

"Mampus," desis Shanaya begitu melihat merek mobil yang kacanya kini retak.

Rollcoster—mobil mewah dengan harga selangit.

Dan pengemudinya bukan orang sembarangan. Arya.

Arya melirik ke kaca spion, wajahnya langsung menegang. Sadewa yang duduk di bangku belakang tampak syok dan jelas-jelas tidak terima.

“Pak Dewa, itu sepertinya wanita kemarin… yang melempar batu ke mobil kita,” ujar Arya pelan, masih tak percaya.

"Mundurkan mobilnya," ucap Sadewa setelah melirik sekilas ke belakang.

Tanpa banyak bertanya Arya langsung mengikuti keinginan Sadewa, perlahan-lahan ia mundur hingga kini mobilnya berhenti tepat di samping Shanaya berdiri.

Shanaya sudah menegang dan bersiap minta maaf dan akan menanggung biaya perbaikian. Namun, saat mobil itu menurunkan kaca dan ia melihat lelaki yang kemarin tengah berkonflik dengannya, benar-benar sial dirinya hari ini.

"Pak dewa, saya tidak bermaksud membuat mobil bapak rusak. Itu karena anda tiba-tiba muncul dan menghalangi mobil yang tadi di depan bapak," jelas shanaya.

“Saya pikir kemarin sudah sangat jelas. Saya tidak ingin bertemu denganmu lagi. Tapi kamu malah mencari-cari kesempatan,” tandas Sadewa tajam.

Shanaya mendengus, tak percaya dengan kepercayaan diri pria itu. "Apa semua lelaki di dunia ini seperti ini?" Pikir Shanaya.

Namun, shanaya sudah terlalu lelah untuk berdebat jadi ia bersikap mundur agar semua segera selesai karena bagaimanapun ini memang kesalahannya.

“Saya juga tidak sengaja. Baiklah, supaya kita tidak membuang waktu dan tidak perlu bertemu lagi, tolong suruh sopir Anda turun. Kita buat kesepakatan soal biaya perbaikan,” balas Shanaya datar.

Sadewa tak langsung menjawab. Pandangannya sempat tertahan saat melihat tubuh Shanaya yang kini jelas terlihat karena bajunya yang basah kuyup. Warna putih itu nyaris transparan, menampakkan siluet tubuhnya.

Meskipun sikapnya dingin, Sadewa tak tega. Ibunya selalu mengajarkannya untuk menjaga kehormatan perempuan. Tanpa banyak bicara, ia melepas jasnya dan menyodorkannya pada Shanaya, tanpa menatap langsung.

“Pakailah,” ucapnya pendek.

“Apa?” Shanaya mengernyit.

“Pakai. Apa kamu nggak malu?” katanya tanpa intonasi, masih memalingkan wajah.

Shanaya refleks menunduk, lalu baru menyadari penampilannya. Dengan cepat, ia meraih jas itu dan memakainya tanpa banyak protes.

Tak lama kemudian, Arya turun dari mobil dan menghampiri. Ia lalu menunjuk beberapa bagian mobil yang rusak akibat lemparan batu Shanaya, menjelaskan dengan tenang sisi mana saja yang perlu diperbaiki.

Shanaya hanya mengangguk pelan, sambil dalam hati menghitung atau lebih tepatnya mengira-ngira, berapa puluh juta yang harus ia keluarkan untuk memperbaiki mobil mewah itu.

Sementara itu, Sadewa tetap di dalam mobil, seperti biasa sibuk menatap layar ponselnya. Ia sama sekali tak menunjukkan minat untuk terlibat dalam urusan itu, seolah segalanya bukan urusannya.

“Ini nomor saya. Nanti kalau perbaikan sudah selesai, akan saya kabari,” ujar Arya singkat, menyerahkan kartu nama.

Shanaya mengangguk pelan lalu memberikan kartu namanya juga. Begitu mobil itu melaju pergi, ia segera bergegas menuju bengkel. Tatapannya sempat melirik ke arah jam tangan dan ia menghela napas panjang. Ia benar-benar terlambat.

Sesampainya di kantor, justru pemandangan berbeda menyambutnya. Beberapa orang berkumpul di ruangan khusus sekertaris dengan wajah tegang, dan suasana tampak jauh dari biasa.

“Ada apa ini?” tanyanya heran, menghentikan langkahnya.

1
css
next 💪💪💪
knp update nya Arsen buk bgt y🫢🫢🫢
Sadewa JD anak tiri 🤔
Hayurapuji: biar cepet tamat dan fokus dimari kak hehehhe
total 1 replies
css
next kakak, tak tunggu karyaMu 💪
Hayurapuji: siap kakak terimakasih
total 1 replies
Nunung Nurhayati
bagus aku suka
Hayurapuji: terimakasih kakak, ditunggu ya updatenya
total 1 replies
Nunung Nurhayati
lanjutkan kakak aku suka novel mu
css
next 💪
Miss haluu🌹
Apa jangan-jangan emg si Reno kampret mandul??🤔
Miss haluu🌹
Suruh aja calon mantu barumu itu, Bue😐
Miss haluu🌹
Reno, lu emg anj!!🔪
Hayurapuji: jangan erosi mak
total 1 replies
Miss haluu🌹
Baru nyadar, Shanaya??😏
Miss haluu🌹
Dih, kocak lu, Ren!😌
Hayurapuji
kalau ada yang kesal sama kelakuan reno, autor mau pinjemin sepatu ini buat nimpuk dia 🤣⛸️
Greenindya
ada yg lebih horor dibanding batu nisan ga🤣🤣🤣
Hayurapuji: hahahah ada kak, batu kuburan
total 1 replies
Miss haluu🌹
Shanaya habis ketemu kulkas lalu ketemu kampret😌
Hayurapuji: kyk gak da tenangnya hidup shanaya
total 1 replies
css
vote ku meluncur kak💪
Hayurapuji: terimakasih kakak, udah nyampai sini
total 1 replies
Miss haluu🌹
Ahaiii langsung gercep nih camer😆
itu jodohmu, Shanaya🤭
Miss haluu🌹
Ngasih kesempatan itu mmg ga salah, Shanaya, tapi.. itu harus ke orang yg tepat! Kalo Reno sama sekali bukan orang yg tepat😟
Miss haluu🌹
Kaget kan, lu, Ren? Dasar suami ga egois, ga guna!
Miss haluu🌹
Reno mau lu apa, sih?? Mau Shanaya atau Malika si kedele item😌
Hayurapuji: dirawat dengan sepenuh hati
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!