Larasati Untuk Arjuna

"Kamu seorang dokter?" Tanya Juna sambil memperhatikan wajah Laras, yang sedang memberikan pertolongan pada lukanya.

Hari ini di batalion ada kerja bakti, saat Juna memotong dahan pohon entah bagaimana ceritanya golok nya, malah mengenai tangannya. Hingga mengeluarkan banyak darah, yang harus segera di berikan pertolongan, karena klinik batalion hanya ada perawat jaga, akhirnya Juna di larikan ke UGD.

"Lukanya lumayan dalam dan panjang sekitar satu setengah inci, jadi harus saya jahit." Ucap Laras tanpa menjawab pertanyaan Juna.

"Kamu yakin bisa?"

"Jika kamu tidak yakin aku seorang dokter lebih baik kamu pergi, atau mau aku panggil dokter lain?" Ucap Laras sambil sengaja menekan luka Juna.

"Anjir sakit! Wah kamu mau malpraktek dengan tubuhku?" marah Juna dengan menahan rasa perih.

"Wah boleh juga saran mu, bagaimana kalau aku coba jahit itu mulutmu?" kesal Laras dengan mulutnya Juna.

Hari ini adalah hari pertama Laras mulai kembali melanjutkan pendidikan spesialisnya, setelah mengurus administrasi di kampus.

Juna langsung mendengus mendengar ucapan Laras, sambil mengeluarkan lidahnya seperti anak kecil. Membuat suster yang membantu Laras , terkekeh kecil.

"Jarum jahit beserta benang!"

"Yakin bisa," ledek Juna." Awas jahitannya gak rapi, aku tidak mau para wanita ilfil melihat tanganku!"

"Sus, benangnya sedikit panjang. Sepertinya aku juga perlu menjahit itu bibir biar berhenti bicara!" ucap Laras memotong ucapan Juna

"Ini dok," ucap suster sambil tertawa kecil dan menyerahkan jarum jahit.

"Ternyata selain ahli mengambil gambar."

"Letnan Juna terluka Kenapa?" Tanya Arumi, yang baru datang bersama Ria dan Bagas. Bagas datang bersama Ria istrinya, untuk melihat kondisi Juna, sedang Arumi teman Ria memang seorang dokter umum di rumah sakit tersebut.

"Hmm," jawab Juna singkat.

"Mbak Rasti dokter? Bukannya mbak Rasti fotografer?" Tanya Ria, yang kaget melihat Laras mengobati Juna.

"Sikat broo paket komplit, mau cari model apa lagi," bisik Bagas.

"Saya masih pendidikan, masih magang," jawab Laras tanpa mengalihkan perhatiannya pada luka Juna.

"Kamu kenal dokter Rasti? Dokter residen bedah, baru mulai di UGD. Seangkatan dengan dokter Lusi, dokter Aris dan dokter Ninik, kemarin cuti 1 semester." Jelas Arumi, menjawab pertanyaan Ria, sekaligus rasa penasaran Juna dan Bagas.

"Sudah selesai, dokter Arumi bisa lanjutkan pekerjaan saya?" ucap Laras sambil memotong benang jahit.

"Bisa dok." ucap semangat Arumi, dengan senyum merekah.

"Kamu mau kemana? Kenapa tidak kamu yang selesaikan ini, harusnya kamu bisa tanggung jawab dengan pekerjaanmu, dong?" Tanya Juna, sambil mencekal tangan Laras yang hendak berdiri.

"Ada pasien yang harus saya periksa, tadi saya tinggal karena kondisi anda lebih membutuhkan, dan dokter lain sedang istirahat. Sedang luka anda sekarang sudah selesai, tinggal di tutup dengan perban supaya luka tetap bersih dan kering selama proses penyembuhan."

"Ya, sudah pasien mu tadi biar di tangani dokter lain saja!" tolak Juna.

Arumi dan Ria, saling melirik sedang Bagas menahan tawanya, melihat tingkah Juna .

"Bukannya tadi anda bilang harusnya bisa tanggung jawab? Tanggung jawab saya sudah selesai, dan ada pasien yang lebih membutuhkan saya."

" Mampus loo, modus mu gak mempan," ujar Bagas sambil terkekeh.

"Permisi," ucap Laras sambil berlalu pergi.

"Aku gak nyangka dia seorang dokter residen, berapa usianya kok sudah residen?" Ucap Ria, sambil memperhatikan Laras yang menangani, pasien yang tidak jauh dari Juna.

"Awal dokter Rasti masuk UGD, banyak yang mengira kalau dokter Rasti adalah dokter koas," jelas Arumi.

"Umurnya 27 tahun, 3 bulan lebih tua aku." Ucap Juna , membuat ketiga orang di situ melihat kearah Juna. "Kami masih saudara, kakekku dan kakeknya Kakak beradik. Lebih simpelnya ayah kami saudara sepupu." Ucap Juna, saat ketiga orang di situ melihat kearah Juna semua.

"Berarti kalian tidak mungkin menikah dong," ujar Arumi.

"Bisa yang sepupu kan ayah mereka, lagian jika mereka sepupu juga gak masalah mereka menikah." jawab Bagas, membuat Ria dan Arumi saling melirik.