NovelToon NovelToon
DARAH SOKA

DARAH SOKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Penyelamat
Popularitas:629
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Shinkai. Sosok lelaki berusia 25 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah sewa yang terletak tepat di sebelah toko bunga tempat ia berada saat ini. Toko bunga itu sendiri merupakan milik dari seorang wanita single parent yang biasa dipanggil bu Dyn dan memiliki seorang anak laki-laki berusia 12 tahun. Adapun keponakannya, tinggal bersamanya yang seringkali diganggu oleh Shinkai itu bernama Aimee. Ia setahun lebih tua dibanding Shinkai. Karena bertetangga dan sering membantu bu Dyn. Shinkai sangat dekat dengan keluarga itu. Bahkan sudah seperti keluarga sendiri.

Novel ini memiliki genre action komedi yang memadukan adegan lucu yang bikin tertawa lepas, serta adegan seru yang menegangkan dari aksi para tokoh. Adapun part tertentu yang membuat air mata mengalir deras. Novel ini akan mengaduk perasaan pembaca karena ceritanya yang menarik.

Yuk, baca kisah lengkap Shinkai dengan aksi kerennya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 9

Sesampainya di rumah, Shinkai membaringkan gadis itu pada karpet. Ia segera mengganti pakaian basah. Lalu kembali ke ruang tengah, tempat gadis muda itu berbaring. Awalnya, ia ingin menitip gadis itu pada Aimee di rumah bu Dyn. Namun, berkali-kali ia mengetuk pintu tidak juga ada yang membukanya. Sehingga terpaksa ia membawa gadis itu ke rumahnya.

“Lama sekali kau bangun, hah! Kau akan flu dengan pakaian basah itu. Hoshi sialan. Ini lebih sulit daripada bertarung denganmu.” Shinkai menepuk-nepuk pipi si gadis. Lantas menggoyang-goyangkan tubuhnya hingga ia merasa jengkel.

Guyuran hujan kini menyisakan gerimis kecil. Ia tiba setelah larut. Itulah mengapa semua orang di rumah bu Dyn sudah tertidur pulas semua. Padahal, Aimee tergolong sering bergadang. Namun di saat Shinkai membutuhkannya untuk terjaga, ia malah menjelajah alam mimpi.

Shinkai menepuk dahi. Tanpa sadar malah mengenai bagian yang terluka karena Hoshi. Ia mengaduh.

“HEI, BANGUNLAH! KAU PINGSAN ATAU HABIS MEMINUM OBAT TIDUR RAKSASA.” Shinkai sudah kehilangan kesabaran.

Jika saja gadis itu tidak dalam keadaan basah, maka Shinkai akan membiarkannya bangun sendiri.

Beberapa saat kemudian, akhirnya gadis itu membuka matanya. Ia berkedip-kedip ke arah lampu yang menyebabkan silau. Shinkai langsung berdiri dan mengembuskan napas lega.

“Menghadapi satu bocah nakal saja aku sudah frustrasi. Ah, semoga orang tuamu segera menjemput,” keluh Shinkai.

“Namaku May. Usiaku 14 tahun,” ucapnya tanpa memberikan waktu mencerna suasana.

“Entah spesies apa yang langsung memperkenalkan diri setelah terbangun dari alam lain.” Shinkai berjalan ke arah sofa dan duduk. Lalu menaikkan sebelah kakinya.

“Aku akan menjadi pegawai yang patuh dan bekerja keras, Tuan,” lanjut gadis itu tiba-tiba.

“Tidak ada lowongan.”

“Aku akan mulai dengan menyemprotkan parfum melati pada ruangan yang berbau seperti mangga busuk ini.”

“Kau mau pingsan untuk selamanya?” ucap Shinkai menahan jengkel.

“Hobiku adalah melamun di rumah pohon.”

“Teman-temanmu pasti hewan liar semua.”

“Terima kasih sudah menolongku. Bagaimana caraku untuk membalas budi padamu, tuan?”

“Singkirkan wajahmu sekarang.”

Anak itu menutup wajahnya dengan karung yang berada di pojok ruangan.

Sekali lagi Shinkai menepuk dahinya yang terluka.

“Baiklah. Sepertinya aku akan mengalami malam yang panjang. Besok aku akan mengantarmu sebelum matahari terbit. Bangunlah lebih pagi. Kau jangan menambah masalah baru padaku. Kenapa aku selalu bertemu orang-orang aneh. Menyebalkan.”

Untuk ke tiga kalinya setelah sekian lama, Shinkai masuk ke dalam gudang lagi untuk mengambil pakaian lamanya yang sekiranya muat pada tubuh May.

Ketika menarik salah satu pakaian di dalam kotak, turut terjatuh pula sebuah foto usang yang di sana ada empat orang lelaki. Yakni Shinkai, Taza, Hoshi dan satu lagi pria dewasa yang dulu mempertemukan mereka. Di foto itu, ketiganya masih berusia 14 tahun. Namun Shinkai mengabaikannya dan membiarkan foto itu terbaring di lantai. Baginya, itu tidaklah penting. Hanya sebuah kertas usang berisi foto yang sudah pudar. Lagipula, di foto itu setengah wajahnya tertutup tangan Taza yang sedang berpose. Selebihnya, foto itu menampilkan ekspresi yang bagus bagi yang lain.

“Wajahku tertutup. Dasar.”

Sambil menunggu May membersihkan diri dan berganti pakaian, Shinkai mengobati luka-lukanya. Padahal, ia merasa baik-baik saja ketika dalam perjalan menggendong May. Tapi ternyata ia memiliki banyak luka yang tidak disadari. Entah karena perasaan ingin pulang cepat, atau karena ketulusan untuk menolong yang kuat. Sekalipun ia terus menampakkan keluhan pada gadis yang ditolongnya.

Belasan menit berlalu. May tak kunjung keluar dari kamar mandi. Masih terdengar suara kran yang menyala. Sejak tadi Shinkai terus menggerak-gerakkan kakinya. Lama sekali. Ia mulai ingin buang air kecil.

Akhirnya, ia merebahkan diri di atas sofa. Dini hari. Rasa kantuk mulai menyergap. Shinkai memejamkan mata.

___ ___ ___

Sayup-sayup suara terdengar. Shinkai mencoba untuk tetap terlelap. Namun ketika tersadar, ia benar-benar harus ke kamar mandi karena tampungannya sudah penuh.

Saat sampai depan kamar mandi, ternyata pintu itu terkunci dari dalam.

“Hei, mau sampai kapan kau di sana? apakah dakimu setebal itu?”

Terdengar suara lantai yang disikat. Tanpa ada balasan dari May di dalam sana.

“Keluarlah, anak kecil! Kau bisa membuatku ngompol sekarang!”

“Hah? Ada apa, Tuan?” sahut May, sambil terus menyikat kamar mandi.

“Aku mau buang air kecil!” jelas Shinkai.

“APA?” sahut May lagi tanpa menghentikan kegiatan menyikatnya.

“CEPAT KELUAR, SEKARANG JUGA!”

“ADA PERLU BANTUAN?”

Shinkai benar-benar di ujung kesabarannya. Ia menggedor-gedor pintu dan mencoba mendobraknya. Ada hal penting yang tidak bisa ditunda lagi.

“Tenang saja. kamar mandi ini akan mengkilat tanpa tersisa noda.”

“DENGARKAN AKU DAN BERHENTILAH DULU MENYIKAT, SIALAN!” Wajah Shinkai mulai memerah. Sungguh sebuah penyiksaan tanpa sentuhan. “AWAS SAJA KAU NANTI!”

May membuka pintu ketika Shinkai sedang menempelkan kepala dengan pasrah . Alhasil, pemuda itu terjatuh ke dalam.

“Silakan periksa kebersihannya, Tuan.”

Setelah keluar dari kamar mandi, Shinkai langsung merasa mual ketika menghirup aroma ruangan di luar kamar mandi. Ia mencari kantong plastik. Namun benda itu ada di kamar tidurnya. Sehingga ia terpaksa hanya mengandalkan kerah baju dan telapak tangan.

“Selamat beristirahat, Tuan. Sekarang Anda bisa beristirahat dengan tenang.”

“Beristirahat selamanya, maksudmu? Kau mencoba membunuhku, hah?”

“Ini adalah parfum ajaib dengan resep turun temurun dari keluargaku. Perpaduan aroma berbagai jenis jeruk menjadi satu. Setidaknya ada lima jenis di dalamnya.”

Parfum aroma jeruk adalah kelemahan Shinkai. Ia sangat membenci aroma itu karena membuatnya ingin muntah.

“Seharusnya aku membiarkanmu tidur di hutan.”

May berjalan mendekat dengan tersenyum lebar hingga kedua matanya turut tersenyum. Seperti seorang adik yang berharap menjadi kebanggaan kakaknya. Ia menyodorkan sebuah botol kecil dengan cairan kekuningan. Itulah parfum yang disemprotkan ke seluruh ruangan.

“Kamarmu terkunci. Jadi gunakan ini untuk melengkapi seluruh aroma jeruk di rumahmu, Tuan.”

“Kau sungguh tidak waras. Huekkk.” Shinkai hampir saja benar-benar mengeluarkan isi perutnya.

“Kau tak apa, Tuan?”

“Hei, dengarkan aku bocah merepotkan. Singkirkan aroma ini atau kau akan aku kembalikan ke hutan malam ini juga.”

“Baik, Tuan.”

“Terima kasih dan berhenti memanggilku Tuan. Aku tak berniat menjadi seorang majikan.”

May mengeluarkan sesuatu lagi, “Bagaimana dengan aroma lemon?” tanyanya tanpa wajah berdosa.

“Aku menyangka dia punya sisi waras.”

Malam itu, Shinkai bermalam dengan pusing tujug keliling. Beruntungnya, kamar tidurnya masih selamat dari aroma mematikan itu. kunci penyelamat. Untung saja ia tidak pernah lupa untuk mengunci pintu kamarnya ketika ia sedang tidak memakainya. Sekalipun tetap saja tidurnya terganggu. Entah dari mana gadis itu berada. Diam-diam, ia menyaksikan pertarungan Shinkai dan Hoshi lewat rumah pohon. Lalu, padahal letak hutan itu cukup dalam. Sedangkan ia seorang diri di sana sampai Shinkai dan Hoshi datang.

“Apakah dia aman dari teror itu di tengah-tengah hutan? Bagaimana jika dia bagian dari si tukang teror? Ah, terserah saja. jika dia diam-diam menyerangku sekarang, ya sudahlah. Aku mengaku kalah dari gadis muda pecinta aroma jeruk,” gumam Shinkai.

Setidaknya, satu hal yang dapat dipastikan. Hoshi bukanlah bagian dari teror bunga soka itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!