NovelToon NovelToon
Rojali Dan Ratih

Rojali Dan Ratih

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Ilmu Kanuragan
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

"kamu pembawa sial tidak pantas menikah dengan anakku" ucap Romlah
"aku sudah mempersiapkan pernikahan ini selama 5 tahun, Bagaimana dengan kluargaku" jawab Ratih
"tenang saja Ratih aku sudah mempersiapkan jodohmu" ucap Narti
dan kemudian munculah seorang pria berambut gondrong seperti orang gila
"diakan orang gila yang suka aku kasih makan, masa aku harus menikah dengan dia" jawab Ratih kesal
dan tanpa Ratih tahu kalau Rojali adalah pendekar no 1 di gunung Galunggung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RR 27

"Bu… Ratih ke mana, ya?" tanya Lingga, anak Pak Lurah, yang baru saja kembali dari perantauan. Ia mendengar kabar kalau Ratih kini berubah jadi sangat cantik. Dulu memang sudah cantik, tapi sekarang kecantikannya tampak berbeda—lebih ceria dan hidup.

"Oh, mungkin dia marah. Soalnya Bagas lebih memilih Sinta daripada dia," sahut Bu Narti sambil melirik jam tangannya dan mengibaskan kipas ke wajahnya yang mulai berkeringat.

"Emang bener, Bu, Ratih udah nikah?" tanya Lingga penasaran. Sebagai mahasiswa yang hanya pulang sebulan sekali, ia tak tahu banyak soal gosip kampung.

"Itu dia yang bikin semua orang heran… Belum juga nikah, eh malah ketahuan selingkuh. Sinta dan Bagas yang lihat sendiri. Akhirnya, demi menjaga nama baik keluarga, Sinta yang dinikahkan dengan Bagas," ucap Narti, suaranya mengecil.

Ia mendekat, lalu berbisik pelan, "Padahal lho, Sinta itu banyak yang naksir. Malam tadi aja ada dua orang kaya yang datang melamar, tapi dia tolak. Eh, Ratih malah kabur sama perempuan kota. Aku curiga, Rojali tuh bukan orang gila… jangan-jangan dia kaki tangan mucikari yang nyari gadis desa buat dibawa ke kota."

Tiba-tiba Narti menegakkan badan dan melirik ke luar. "Maaf ya, Kak Lingga. Sepertinya rombongan besan sudah mau sampai," ujarnya lalu bergegas ke depan rumah, meninggalkan Lingga yang masih terpaku.

Sementara itu, Dedeh hanya menggeleng pelan, mendengar betapa fasihnya adiknya menjelek-jelekkan anak tirinya. Hatinya perih, tapi tak terkejut. Ia tahu betul siapa Ratih dan siapa Narti. Dalam hati, Dedeh justru bersyukur Ratih tidak datang. Wajar jika Ratih kecewa—calon pengantinnya direbut, lalu dinikahkan dengan uang hasil jerih payahnya selama lima tahun.

Di luar, suasana hajatan mulai ramai. Para pemuda terbagi dua: sebagian sibuk menyambut tamu, sementara sebagian lain diam-diam mencari keberadaan Ratih. Bahkan, ada yang terang-terangan menyusuri dapur umum, berharap menemukan sosok Ratih di sela-sela para ibu yang sibuk menyiapkan hidangan.

Namun, jawaban yang mereka dapatkan sungguh mengejutkan.

"Ratih? Dibawa mucikari," ujar Romlah dengan santainya. Wanita paruh baya itu dikenal sebagai ratu gosip seantero desa, dan kali ini ia baru saja menerima 'amplop' dari Sinta—cukup untuk membuat lidahnya bergerak tanpa rem.

Pemuda yang bertanya hanya bisa terdiam. Ia keluar dari dapur umum dengan wajah kecewa.

Tak butuh waktu lama, kabar itu menyebar seperti angin. Bisik-bisik bergulir cepat di antara para tamu. "Ratih dibawa mucikari…" Kalimat itu menjadi topik utama di setiap sudut hajatan—dari tenda tamu kehormatan hingga para tukang parkir. Gosip telah menang hari ini, dan nama Ratih tercoreng bahkan sebelum ia sempat membela diri.

Rombongan besan akhirnya tiba. Bagas, mengenakan pakaian pengantin tradisional khas desa, berjalan di barisan depan bersama kedua orang tuanya. Di belakang mereka, iring-iringan membawa seserahan dalam jumlah yang cukup banyak—kain, perhiasan, makanan khas, dan perlengkapan rumah tangga. Suasana semakin meriah dengan alunan musik tradisional yang menggema, mengiringi langkah para tamu kehormatan.

Masyarakat desa tumpah ruah menyambut. Irama gamelan desa berpadu dengan sorak-sorai menyambut kedatangan pengantin pria. Bagas terlihat tenang, meski sesekali melirik ke arah pelaminan, mencari sosok Ratih—seseorang yang seharusnya ada di sampingnya hari ini.

Sinta berdiri di pelaminan dengan senyum yang dipaksakan. Gaun adatnya menjuntai anggun, hiasan kepala berkilau di bawah sinar matahari pagi. Tapi hatinya gelisah. Harusnya dia bahagia—ini momen yang selama ini dia idamkan, merebut kebahagiaan Ratih adalah obsesinya sejak lama.

Namun ketika matanya menangkap sosok Bagas di tengah keramaian, hatinya mendadak hampa.

"Ternyata… Damar lebih tampan dari Bagas," gumamnya dalam hati, mengingat pemuda gagah yang semalam datang melamar Ratih—dan ditolak.

Dan yang paling menyayat—di detik-detik menjelang akad nikah—Ratih tak kunjung datang. Tak ada bayangannya di antara kerumunan, tak ada langkah tergesa memasuki halaman, tak ada protes atau amarah seperti yang dibayangkan Sinta. Seolah Ratih menghilang dari dunia ini.

Sinta tersenyum di hadapan para tamu, tapi di dalam hatinya, kebahagiaan itu terasa pincang. Ada yang hilang. Seolah 50% kemegahan hari ini sirna hanya karena satu nama: Ratih.

Sinta menyenggol lengan ibunya dengan gelisah.

"Bu, Kak Ratih ke mana?" bisiknya pelan.

"Mati kali," sahut Narti enteng, pandangannya tetap fokus menyambut keluarga besan. Ia tak mau terganggu oleh kecemasan anaknya di tengah momen sepenting ini.

Sinta mencengkeram jemarinya sendiri. "Aku nggak mau akad kalau Kak Ratih nggak ada," ucapnya lirih, tapi tegas.

Narti langsung melirik tajam. "Jangan gila kamu, jangan bikin malu keluarga di depan orang-orang," bisiknya tajam di sela senyum palsunya.

Lalu, dengan suara lebih pelan dan nada lebih kejam, Narti menambahkan, "Mungkin dia bunuh diri… nggak kuat lihat kamu duduk di pelaminan."

Ucapan itu menusuk, tapi justru membuat Sinta tersenyum perlahan. Matanya berbinar, seolah kemungkinan itu adalah hadiah yang tak terucap. Kalau benar Ratih bunuh diri, maka tak akan ada gangguan… tak akan ada bayangan masa lalu yang mengusik hari bahagianya.

Sekarang, yang dia butuhkan hanyalah kabar—kabar bahwa Ratih tak akan pernah kembali.

Dengan gugup, Bagas duduk di depan meja akad. Pandangannya menyapu pelan ke sekeliling—mencari sosok yang sejak tadi membayangi pikirannya. Tapi Ratih tak tampak di mana pun.

“Cari siapa, Mas?” tanya Pak Penghulu, membuyarkan lamunan Bagas.

“Saya… cari Ra—anu, Pak,” jawab Bagas tergagap. “Akad bisa ditunggu sebentar, Pak? Katanya Pak Camat mau jadi saksi saya…”

Pak Penghulu menghela napas, lalu melirik jam tangannya. “Tapi jangan lama-lama ya, Mas. Jadwal saya padat. Setelah ini masih ada dua nikahan lagi.”

Sementara itu, wajah Narti bersinar. Meski Sardi, suaminya, tak kunjung muncul, ternyata Pak Camat benar-benar datang. Dalam hatinya ia membatin dengan puas: tanpa Sardi pun, hajatan ini tetap mewah. Justru dengan hadirnya Pak Camat, semua mata akan tertuju pada keluarga mereka.

Tiba-tiba, suara sirene mobil patwal memecah suasana. Semua kepala menoleh ke arah jalan masuk. Tak lama, rombongan Pak Camat benar-benar tiba.

Musik gamelan mengalun kembali, lebih semarak. Sang MC dengan lantang menyambut kedatangan tamu kehormatan, suaranya menggema di antara tenda-tenda.

Pak Camat turun dari mobil dengan gagah, mengenakan batik mewah berwarna biru gelap. Di sampingnya, Ibu Camat tampak anggun dalam balutan kebaya modern berwarna emas. Kehadiran mereka membuat para tamu berdecak kagum.

Bisik-bisik pun mulai terdengar di antara para hadirin.

“Wah, luar biasa ya Sinta… bisa nikah sama Bagas, disaksikan Pak Camat pula…”

“Benar, ini pasti berkah karena mau menggantikan Ratih…”

Tak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi bagi semua orang, pernikahan ini terlihat sempurna—bahkan lebih dari sekadar hajatan, ini seperti perayaan kemenangan keluarga Narti.

Hati Sinta berbunga-bunga. Ini adalah hari kemenangannya.

Bagi warga desa, pernikahan yang dihadiri pejabat seperti Pak Camat adalah sebuah kehormatan luar biasa. Semua mata tertuju padanya, semua pujian mengalir padanya. Dan kini, harapan terbesarnya tinggal satu: mendengar kabar Ratih mati karena kecewa. Jika itu terjadi, maka kebahagiaan Sinta akan lengkap—kebahagiaan yang sempurna.

Senyum Sinta makin merekah saat suara deru mesin mobil mewah terdengar. Sebuah BMW X5 berhenti perlahan di depan area pesta, mobil yang dua kali lebih megah dari milik Pak Camat.

Spontan, semua tamu beralih pandang. Suara gamelan nyaris lenyap di telinga mereka, digantikan bisik-bisik penasaran. Siapa gerangan tamu istimewa ini?

Sinta menahan napas. Dalam hati ia bersorak. Ini pasti pejabat dari provinsi… atau pengusaha kaya dari kota yang datang khusus untuk menghormatinya. Bayangan pesta yang dikenang sepanjang sejarah desa menari-nari di benaknya.

Namun, semua impiannya runtuh dalam sekejap.

Pintu mobil terbuka. Yang pertama turun adalah Yohana—wanita kota berambut terurai, mengenakan gaun pesta berkelas yang mengundang decak kagum.

Disusul oleh Rojali, kini tampil rapi dengan batik mewah dan kacamata hitam. Ia berdiri tegak, jauh dari kesan gila yang dulu dituduhkan.

Lalu, muncullah sosok yang membuat waktu seolah berhenti.

Ratih.

Dengan anggun ia melangkah turun dari mobil, mengenakan kebaya modern berwarna biru safir yang berkilau di bawah sinar matahari. Jilbab elegan melingkupi kepalanya, dan senyumnya tenang… penuh wibawa. Bukan senyum dendam, bukan pula kesedihan. Tapi senyum perempuan yang telah menang, bahkan tanpa harus merebut kembali apa pun.

Warga desa tercengang. Mulut-mulut terbuka, bisikan-bisikan terputus.

Itu… Ratih?

Tapi bukan Ratih yang mereka kenal. Bukan gadis desa pembawa sial yang sering dihina. Ini Ratih yang tampil bak bangsawan. Sosoknya bagaikan Dewi yang turun dari kayangan—menyapu habis aura pesta dan mencuri seluruh perhatian yang tadi dipuja Sinta.

Dan Sinta? Ia hanya bisa berdiri membeku, wajahnya pucat, senyum kebanggaannya lenyap seketika.

Kebahagiaan yang ia kira abadi… berubah jadi mimpi buruk yang datang lebih cepat dari dugaan.

1
Purnama Pasedu
kerenkan ratih
saljutantaloe
lagi up nya thor
Ninik
kupikir lsg double up gitu biar gregetnya emosinya lsg dapet
Ibrahim Efendi
lanjutkan!!! 😍😍😍
Ranti Calvin
👍
Purnama Pasedu
salah itu
Purnama Pasedu
sok si kamu sardi
Ibrahim Efendi
makin seru!! 😍😍
Purnama Pasedu
pada pamer,tapi jelek
Purnama Pasedu
nah loh
Ninik
edaaannn....kehidupan macam apa ini
saljutantaloe
nah loh pusing si Narti jdinya
ditagih hutang siapin Paramex lah hehe
saljutantaloe
nah gtu dong ratih lawan jgn diem aja skrg kan udh ada bg jali yg sllu siap membela mu
up lg thor masih kurang ini
Purnama Pasedu
telak menghantam hati
Purnama Pasedu
jurus apa lagi rojali
Purnama Pasedu
tapi kosong ucapannya
Purnama Pasedu
kayak pendekar ya
saljutantaloe
widih bg jali sakti bener dah
bg jali bg jali orangnya bikin happy
Sri Rahayu
mantap thor..
sehat selalu
saljutantaloe
seru thor ceritanya up banyak" thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!