Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Kenapa Siluman Ular itu Dikurung ?
"Tapi aku... tidak terlalu minat mengejar lelaki," kata Saras sembari menyedot susu gratisnya.
"Aku nyaranin begini gak maksud apa-apa, Sit, aku cuman liat kamu tuh sebenernya punya potensi, kamu cantik, lucu, rada sableng, selama ini Faradila Queenza tuh jadi yang nomer satu, dia sok kecantikan dan suka banget ngerendahin cewek lain, aku bakal dukung kamu sepenuhnya kalau kamu mau ngedapetin Jordan, lagian nih... Jordan itu kaya, kita untung ntar, berangkat pulang kampus dijemput naik mobil, trus tiap malem bisa minta beliin makanan enak-enak, itu cara terbaik bertahan hidup jadi mahasiswa, Sit, masak kita mau gini-gini aja kuliah, coba deh liat tuh Si Fardila, temen-temennya tuh sering ditraktir sama cowoknya, enak banget jadi temennya si Fara, ngiri deh aku," ucap Yuli memprovokasi.
Saras melirik Faradila dan para pengikut setianya di pojokan sana, mereka terbahak dan tampak bahagia. Saras sama sekali tak minat kejar lelaki, ia sudah cukup nyaman hidup begini saja, ini lebih baik daripada hidup di dalam sangkar setiap hari. "Alam manusia penuh dengan persaingan, para wanita bersaing kecantikan, para lelaki bersaing kekayaan, jadi manusia itu ruwet, tapi... tapi aku sangat senang, di alam manusia aku punya banyak teman seperti ini," batinnya.
Saras tersenyum menatap Yuli, "baiklah, aku akan coba," jawabnya.
Yuli menyeringai lebar, "tumben kamu gak jawab... udeh pokus kuliah, pokus pelajaran biar cepet lulus trus kerja bahagiain babe, tumben banget kamu, Sit, hehe," katanya.
Tiba-tiba Vano muncul membelikan Yuli sebungkus cilok, "Say, aku dicariin Mekel, aku pergi dulu ya," katanya mencemol pipi sang pacar.
"Iya," jawab Yuli tersenyum. Vano memang anggota BEM, ia juga satu geng dengan Mekel dan Jordan.
Mekel menunggu di depan Fakultas IPS, Vano datang bersama 2 temannya tak lama kemudian, mereka semua pakai jas almamater kampus. Biasanya mahasiswa hanya pakai almamater saat kuliah umum atau saat ujian, sedangkan anak-anak BEM boleh pakai jas alamamater ini setiap hari, terutama saat kumpul-kumpul bersama.
"Mek !" sapa Vano melambaikan tangannya.
"Eh ! lu anak pendidikan Geografi kan ?" tanya Mekel sambil pakai kacamata item.
"Iya, Mek, memangnya kenapa ?" tanya balik Vano.
"Gak papa, dimana temen-temen lu sekarang pada ngumpul ?" tanya Mekel celingukan.
"Di kantin, ambil jatah makan gratis," jawab Vano menunjuk ke arah kantin fakultas.
"Oke... eh lu, bawa minyak wangi nggak ? kesiniin coba !" ujar Mekel membuka tangannya di depan Vano.
"En... enggak," jawab Vano bingung.
Mekel melirik yang lainnya, ada Agus, Ari dan Veri, "heh ! minyak wangi minyak wangi keluarin cepet !"
"Aku gak ada," jawab Ari.
"Aku ada sih, Mek, tapi ini minyak punya bapakku, baunya kayak perpaduan fresh garden gitu, kayak bau kebon-kebonan," jawab Agus mencari botol parfum roll onnya di dalam tas.
"Udeh cepetan ah ! minta dikit, jangan pelit lu !" ujar Mekel.
Vano meringis, "biasanya anak orang kaya punya parfum khusus dari Paris, Mek," sindirnya.
"Ya kan gak semua anak orang kaya doyan beli parfum, termasuk gue," jawab Mekel mengoles-oleskan parfum bapaknya Agus ke leher dan bajunya.
"Trus kenapa kamu pake parfum ?" ucap Vano tak habis pikir.
Mekel tak menjawab pertanyaan itu, ia langsung berjalan ke arah kantin Fakultas. Vano dan ketiga temannya mengiring di belakang Mekel saat berjalan, sepanjang jalan pasti ada saja yang menyapa dan menaruh perhatian pada si tampan Mekel, "waaah Mekeel ! Kakak !! Mekeeel !" bahkan dosen pun menyapa.
Mekel diam saja berlaga sok cool menanggapi semua sapaan itu, ia masukkan dua buah tangannya di saku jas almamater. Dan kebetulan sekali Yuli dan Saras terlihat berjalan keluar dari kantin menuju ke gedung perkuliahan untuk kuliah selanjutnya. Mekel jadi gugup sekarang, Saras yang pakai baju adat itu sudah ada di ujung sana, ia perhatikan lekukan tubuhnya baik-baik, cara berjalannya lurus seperti cara jalan kucing.
"Alamaaak... indah nian si Siti, Siti oh Siti, kau ini bidadari atau... putri dari negara Ngastina ?" batin Mekel diam-diam melirik, kacamata hitam menutupi lirikan matanya yang bergerak naik turun memandangi Saras.
Saras sendiri melihat Mekel dan rombongannya, tapi ia melihatnya biasa saja, tak ada ketertarikan, ia lebih fokus bergosip membicarakan Faradila bersama Yuli. Hingga tiba-tiba pundak kanan Mekel menyenggol pundak kanan Saras yang berjalan berlawanan arah, 'dul !'
Saras berhenti melangkah sejenak dan menoleh ke arah pria tinggi itu, hidungnya mekar-mekar dan alisnya mengerut. Mekel pura-pura gak liat, tidak juga meminta maaf. Yuli pun jadi bingung, "kamu disenggol tadi, Sit ?" tanyanya.
"Iya, eh ! eh tau nggak Yul, eh laki-laki yang barusan itu yang nyenggol-nyenggol.... baunya kayak wangi bunga dicampur daun kentut-kentutan," bisik Saras ke telinga Yuli.
"Masak sih Mekel bau kentut-kentutan ? dih !" bisik balik Yuli.
"Iya beneran," jawab Saras.
Mekel sama sekali tak menyadari hal itu, ia pikir ia pakai parfum yang tepat, ia memang ingin menarik perhatian Siti, "Siti tadi pasti nyium parfumku, trus dia ada rasa tertarik, kayak iklan-iklan di tv, muehehehe," batinnya.
***
Sementara itu di alam jin, Siti yang asli berusaha turun dari kuda istana. "Mau kubantu ? sini aku bantuin, Siti," ucap Bhre Rakha membantu dengan memegangi pinggul Siti dan menariknya.
"Nggaaak ! jangan pegang-pegang, iiih jangan pegang !" pekik Siti mendorong tubuh Rakha menjauh.
"Cuman mau bantuin, daripada jatuh," kata Rakha sambil tersenyum.
Para pelayan kerajaan berjajar berbaris segera menyambut tuannya, "selamat datang," ucap mereka. Ada yang membawakan persenjataan Rakha, ada yang bertugas membawa ember air hangat mencuci kaki Rakha.
Siti melongo melihat para pelayan itu bekerja, ia pun memperhatikan sekitarnya, sebuah rumah mewah sekali, hampir seperti istana Majapahit, taman berbunga yang bersih di sekitarnya terbentang, "hoaaahhh horang kaya pasti lu ya," katanya.
"Biasa saja, ayo masuk, makan malam pasti sudah siap, ayo," ajak Rakha.
Dengan ragu-ragu Siti mengikuti, "elu makannya apa ?" tanyanya.
'Jreeeng !' sesampainya di meja makan, segala jenis daging-dagingan banyak sekali, ada juga lalapan dan sambal, nasi cuman ada sebakul, jarang ada kue, kebanyakan protein bergizi, telur, ikan dan lain sebagainya.
"Gue kira lu selama ini makannya tulang-belulang aja," kata Siti duduk di meja makan dengan Rakha.
"Kata siapa ?" tanya Rakha membalik piring keramik China yang berharga.
"Pak Ustadz bilang jin itu makannya tulang-belulang," jawab Siti.
"Bilang ke Ustadzmu itu ya, jin hidup hampir sama seperti kehidupan manusia di muka bumi, cuman... jin punya usia yang panjaaang sekali, bisa hidup beratus tahun hingga ribuan tahun, kalau nggak terbunuh," jawab Rakha menerangkan. Itu sebabnya kenapa Rakha berpakaian kuno seperti seribu tahun atau 2 ribu tahun yang lalu.
Siti terdiam, ia coba cicip-cicip sedikit makanan yang ada di atas meja, "enak juga," ucapnya.
Rakha tersenyum dan memotongkan daging sapi untuk dimakan Siti, Siti melirik pria tampan itu, ada rasa ngeri sebenarnya, "oh ya, nama lu tadi siapa ?" tanyanya lirih sambil memotong makanan.
"Rakha, panggil saja aku Rakha, atau... kakanda Rakha," jawabnya.
Siti pasang wajah jelek mendengarnya, geli juga. "Gue tahu lu suka kan sama gue ? iya kan, Mas Rakha ?" katanya tiba-tiba.
"Memangnya kelihatan sekali ya ?" tanya Rakha menghentikan makannya sejenak.
"Cara lu menatap gue, gue tuh hafal tatapan laki-laki yang seperti itu, dan elu sangat bersikukuh agar gue mau ikut sama elu, lu gak usah nutup-nutupin lagi deh, tapi gue kasih tau satu hal ya, Mas, gue gak bisa sama elu, mending lu simpan semua perasaan itu di dalem hati aja ya," kata Siti sangat kejam.
Senyum di wajah Rakha menghilang, "apa aku kurang tampan untukmu ?"
"Bukan soal itu," jawab Siti.
"Karena aku jin kan ? dan kau manusia, iya kan ?" ujar Rakha menebak-nebak.
"Iya, itu salah satunya, lalu... penampilan lu tuh... gak rapi, lu gondrong begini, lagian nih ya, misalnya kita pacaran trus nikah, trus gue hamil anak jin nih... mau jadi apa hidup gue ? mau dikemanain anak gue ? semua itu gak mungkin gue jalanin, kita gak jodoh," jawab Siti sebelum melanjutkan makan lagi.
Rakha diam saja mendengarnya, ia menunduk dan kembali makan, ia tidak bodoh, ia juga tahu semua itu, ia juga memikirkannya, tapi rasa cinta sudah menusuk ke dalam lubuk hatinya, membuat sekujur tubuhnya antara sadar tidak sadar, antara waras tidak waras, antara hidup tidak hidup.
Melihat Rakha diam saja, Siti yang sekarang jadi merasa nggak enak, "apa gue udah nyakitin perasaannya banget ya ? apa gue terlalu kejem nolakin cowok mulu ? tapi yang gue omongin kenyataan kan ? tapi dia udah baik mau nolongin gua," batinnya.
"Oh ya, kalau boleh tau... kenapa siluman ular itu dikurung di sini ?" tanya Siti membuka percakapan lagi setelah lama diam.
Rakha menjawab, "namanya Saraswati, dia makhluk yang berbahaya, sebenernya dia baik, kalau lagi baik ya baik... sikapnya wajar, tapi kalau dia sudah marah... pergerakannya gak bisa diprediksi, dia bisa bikin onar, mendatangkan bencana dahsyat baik di alam jin maupun di alam manusia, dia dihukum kurungan seumur hidup karena pernah menghilangkan nyawa 1350 orang penduduk jin dalam 1 malam, dia datangkan longsor, dia kubur hidup-hidup semua orang itu, termasuk anak-anak, bayi, nenek-nenek. Pasukanku bersusah payah nangkep siluman itu, bertaruh nyawa."
"Waduh ! alam gue dalam bahaya nih, gawat !! temen gue kasian, si Yuli, dosen-dosen gue, trus... kampus gue," pekik Siti sembari menjatuhkan pisau makannya.
ya emg loe dan siti g bisa bersmaa ya harus iklas
~ "^janji misteri ratu kidul "^~
sama jin mau... sama nonis mau... udah lah .. Siti nggak ngasih kesempatan buat ku ngejelasin. dah ... pulang lah... dari pada sakit hati... orang yang kamu anggap teman juga nikung tuh...