Dalam distrik ini, dunia kriminal berlaku sangat bebas meskipun masih banyak orang normal yang tinggal di apartemen.
Para kriminal ini lah yang paling di utamakan dalam pengejaran, apalagi nama dari perampok "Topeng Buas" Akan langsung mengundang banyak perhatian. Anggota kriminal satu ini hanya berisikan 3 orang saja yang selalu menggunakan topeng penutup wajah mereka. Tubuh mereka dominan tinggi dan kuat.
Tapi bagaimana jika topeng macan itu selalu ingin tidur di paha lembut milik seorang gadis manis yang agak polos ini. Ini adalah kisah romantis dari seorang penjahat dan kisah aksi untuk seorang gadis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9
Beast Mask: Macan yang Tertidur Chapter 9
Jika di sana memperlihatkan penyiksaan malam, bagaimana dengan keadaan Leandra di apartemen nya.
Tampak dia memasukan sebuah pill obat di dalam air di gelas dan meletakan nya di mejanya. “Nah, tinggal tunggu, aku pasti akan tidur nyenyak…” ia begitu antusias dan sekarang baju yang ia pakai juga terlihat sangat santai. Bahkan celana pendek levis yang ketat, meskipun ketat, itu adalah Levis, dan itu tebal.
Kemudian baju yang ia pakai adalah kaos putih yang tampak lebih besar dari tubuhnya. Juga rambut panjang yang ia kuncir kuda.
“Hm... Hm... Hm...” dia menikmati waktu malam nya bahkan sekarang dia mengambil buku dan duduk di kursi meja belajar nya, memakai kaca mata dan tampak menulis dengan serius.
“Hm... Aku sudah lama tidak sekolah.... Itu karena ini liburan akhir semester dan masih ada beberapa minggu lagi, kenapa bisa bisanya liburan ku di isi seperti inian?” ia tampak masih kesal sambil terpikirkan kejadian tadi pagi di bank, juga kisah nya dengan Tora kemarin maupun kemarin nya.
Tapi ia mendengar suara. “Meow,” dari pintu kamar membuat nya menoleh dan beranjak dari tempat nya.
Hanya untuk membuka pintu kamar dan rupanya itu adalah kucing betina yang membawa anak kucing dengan mulutnya. “Awh... Apa kamu dalam masa perpindahan anak kucing? Kamu mau memindahkan anak kucing mu ke sini?” Leandra menatap.
Lalu kucing itu berjalan melewatinya dan melompat naik ke meja belajar Leandra dan meletakan anak kucing nya di sana, dia lalu terbaring membiarkan anak kucing nya meminum susu nya.
“Awh... Sangat imut sekali... Aku gemas...” Leandra mendekat. Tapi ia ingat soal bayi kucing yang mati itu. “Kamu melahirkan dua bayi kucing dan yang satunya mati, kamu pasti sedih...” Leandra mengusap kucing betina itu.
Tapi ada yang membuka pintu membuat nya menoleh yang rupanya itu Nenek nya. “Leandra, aku dengar dari Paman mu, bahwa bank tadi pagi di rampok, kenapa kamu tidak cerita?” tiba-tiba dia berbicara seperti itu.
“Eh, memang nya kenapa?” sekejab jantung Leandra menjadi berdegup kencang.
“Kau ada di bank itu kan?” Nenek nya menatap dengan wajah khawatir sekaligus serius padanya.
“Eh, tidak kok, mungkin aku sudah pergi dari sana saat itu, jadi aku tak tahu,” Leandra membuang wajah mencoba menyembunyikan sesuatu yang tidak diketahui neneknya.
“Kau yakin? Itu bahaya, jika kau di sana, kau pasti akan terluka.”
“Haiz... Hiya, hiya, aku tak di sana kok, tenang saja,” dia mendekat dan mendorong Nenek nya keluar. “Sebaiknya Nenek istirahat malam ini, selamat malam!” dia bahkan langsung menutup pintu kemudian menghela napas panjang. “Huf.... Aku tak mau Nenek khawatir... Dia sudah terlalu tua dan aku harus menjaganya dengan baik...”
Tuk!! Tuk!!
Tiba-tiba ada suara dari luar jendela kamar nya membuat nya menoleh ke jendela itu yang gorden nya terbuka tapi jendelanya tertutup.
Siapa sangka, ada tubuh besar yang turun dari atas jendela, tepatnya dari atap dan langsung memperlihatkan kepalanya, siapa lagi jika bukan Tora.
Mereka menjadi menatap masing-masing dan yang berekspresi terkejut sekali adalah Leandra. “(Ke-kenapa dia ada di sana...!)” Leandra benar-benar terdiam tak berkutik dan dia sekarang panik sambil melepas kacamatanya. “(Bagaimana dia tahu tempat ku!? Bagaimana dia tahu kamar ku!? Bagaimana dia ada di sana?! Dia datang dari mana?! Seharusnya aku menutup gorden tadi...)”
Lalu Tora memiringkan kepalanya menunjukkan bahwa dia bingung melihat Leandra yang gemetar di tempatnya lalu dia mengisyaratkan tangan.
“Wtf u doin? Opn th wndow,”
Leandra tampak masih panik dan khawatir. “Bagaimana ini.... Aku tidak bisa membiarkan nya masuk, aku harus mencari cara... Ah, aku tahu...” ia mendadak langsung terpikir ide. “Tunggu sebentar,” dia mengisyaratkan.
Lalu Tora membalas. “Kay...”
Leandra tampak berjalan mendekat, harusnya dia membuka kaca, tapi siapa sangka, dia menutup gorden dengan tenang lalu kembali berbalik. “Baiklah...” dengan senang nya, lalu ia menatap kucing tadi yang masih tertidur di meja dengan bayinya yang menyusu.
“Jangan khawatirkan itu, itu hanyalah serangga, tetap lah tenang menyusui bayi mu,” Leandra menatap senang padanya.
Tapi siapa sangka.
BAM!! BAM!!
“BUKA!!” Tora berteriak sambil memukul-mukul kaca dan itu membuat berisik sebentar dan Leandra juga terkejut mendengar nya.
"(Astaga?! Dia tidak akan pergi bahkan ketika aku menutup gorden?! Apa dia tidak tahu bahwa ini sudah malam?!) Apa yang harus kulakukan, bisa jadi dia punya niat yang buruk?! Hiz... Dasar...” dia kesal lalu beranjak ke jendela. Dia membuka gorden nya dan mengisyaratkan Tora untuk diam. “Shh.... Semua orang sedang tidur,” tatapnya tapi Tora malah mengisyaratkan seperti dia tak dengar.
“Aku tak bisa mendengar mu.”
“Ck... Dasar...” Leandra mengepal tangan kesal, lalu dia menoleh ke meja belajar nya tadi dan mengambil buku tulis dan menulis sesuatu dengan pensil nya membuat Tora menatap diam.
Lalu Leandra menunjukkan tulisan nya, tulisan yang cantik dan khas tulisan seorang gadis yang feminim, tapi isinya membuat Tora terdiam.
“Pergilah atau aku akan memanggil polisi.”
Itu kalimat yang tertulis dengan ekspresi Leandra yang mewakili.
Lalu Tora mengeluarkan ponsel dan mengetik di catatan, kemudian menunjukan layar ponsel nya pada Leandra yang membaca apa yang di ketik Tora.
“Aku punya sesuatu untuk mu.”
Leandra yang membaca itu menjadi terdiam. “Dia menemukan ponsel ku? Hm.... Agak berbeda... Mungkin dia mau memberikan itu,” ia agak bingung.
“Itu ponsel ku?” Leandra menatap, kali ini dia bicara sambil menunjuk.
Lalu Tora mengetik lagi. “Buka dulu kacanya.”
“Ck... Dasar...” Leandra kembali kesal. Lalu menulis lagi dan menunjukan nya pada Tora. “Aku akan membuka kacanya sedikit, jadi kamu bisa memberikan nya padaku.”
“Kay,” Tora membalas dengan ketikan nya.
Lalu Leandra meletakan buku nya dan berjalan mendekat ke jendela dan membukanya. Tapi siapa sangka, ada sepasang mata bercahaya licik di topeng Tora.
Seketika Tora mendorong pelan jendela itu membuat Leandra terkejut. “Hei!” dia menjadi mundur waspada.
Tora memegang jendela atas dan masuk menginjakkan sepatunya di dalam. Bahkan langsung masuk begitu saja menatap Leandra yang terdiam menengadah seperti gadis kecil menatap raksasa di hadapan nya. Bahkan kepala Tora menyentuh langit-langit sedikit.
“E... Er... Em...” Leandra menjadi tampak agak takut. Tora terdiam menatap ekspresi itu lalu membungkukkan badan mendekat dengan topeng yang dekat membuat Leandra terkejut.
Tapi Leandra kesal dan langsung mendorong nya. “Aku tidak menyuruhmu masuk... Keluarlah... Kau tak boleh berada di sini sekarang...” dia mendorong sekuat tenaga tubuh Tora dari depan.
Tapi mendadak Leandra terkejut menutup hidung dan mulutnya. “Ump!! Bau apa ini astaga!! Bau mu seperti babi hangus...! Keluar dari sini sebelum seluruh ruangan terkena baunya!”
Tapi Tora hanya menghela napas panjang dan mendorong pelan Leandra. “Kau hanya membuang tenaga mu yang bahkan tak cukup kuat mendorong ku,” karena dorongan pelan itu bahkan membuat Leandra langsung terjatuh di ranjang. “Ah... Hizz.... Kamu!! Aku akan memberitahu polisi agar kamu di tangkap!!”
“Kita berdua akan ikut terlibat,” Tora langsung mengatakan itu membuat Leandra terkejut.
“Hah?! Kita berdua! Kenapa aku juga?!”
“Petugas keamanan itu, kau tidak membiarkan nya melakukan tugas nya,” balas Tora sambil berlutut di bawah ranjang membuat Leandra terkejut, bahkan Tora memegang kaki Leandra, dia seperti menatap lutut Leandra yang tampaknya masih tertutup penutup luka.
“Kenapa tidak di amputasi?” dia mulai bercanda.
“Cih, ini semua salah mu, ini masih sakit hingga sekarang…”
“Yah, paling tidak, pahamu masih mulus,” Tora kembali berdiri dan menatap sekitar. Sambil melanjutkan perkataan nya tadi. “Kau harusnya mendapat ucapan terima kasih dari kami, karena kau menggagalkan petugas keamanan itu... Meskipun itu bisa bahaya untuk dirimu.”
Seketika Leandra mengingat apa yang dia lakukan saat itu. “Tapi... Tapi aku hanya tak ingin ada darah...”
“Kenapa? Kau tak suka darah? Kau hanya harus terbiasa.... Begitupun juga dengan kegelapan yang kau takuti,” tatapnya.
“Ah, dari mana kau tahu hal semacam itu!!” Leandra menatap panik.
“Bukankah kau menunjukan nya sendiri padaku ketika di taman itu, sikap mu aneh sekali... Kau hanya harus terbiasa...”
“Berisik, kau tahu apa memang nya?!” Leandra langsung menyela. Tapi ia terkejut melihat Tora berjalan mendekat ke kucing nya yang ada di meja.
“Tidak, jangan! Jangan sakiti mereka!”
“Kenapa? Aku hanya ingin mengambil ini,” Tora rupanya mengambil buku tulis milik Leandra tadi.
Tapi mendadak Leandra menjadi berwajah merah. “Jangan!” dia langsung berlari mendekat, tapi dia lupa bahwa Tora lebih tinggi darinya, dia mengangkat bukunya ke atas membuat Leandra mencoba mengambilnya. “Ugh... Berhenti mempermainkan ku!! Berikan bukunya!! Jangan di baca!!”
“Baca? Ok, aku akan baca,” Tora malah menganggap itu perintah lalu dia membuka buku itu, siapa sangka, itu adalah tulisan tangan yang membentuk cerita novel, sangat banyak sekali bahkan tulisan yang begitu rapi.
“Wou… Kau begitu berbakat membuat tulisan rapi dan juga, apakah ini novel... Sayang nya aku agak tak bisa membacanya tapi tulisan mu bagus,” dia memberikan bukunya membuat Leandra langsung mengambil itu dengan kesal dan wajah yang merah malu.
“Kupikir kau mengerjakan tugas sekolah atau apapun itu,” tatap Tora.
“Buat apa mengerjakan tugas sekolah di hari libur... Dasar!” dia berbalik dan menyimpan buku itu di lemari bajunya.
Tapi ia kembali mendengar Tora melakukan sesuatu yakni membuka rak meja belajar.
“Kamu!! Sudah cukup masuk ke sini! Apa kau tahu kau tak boleh masuk ke kamar wanita!” Leandra kesal.
“Aku tidur di atap, dan ini beresiko, jadi mungkin aku tak pernah masuk ke kamar seperti ini,” Tora memegang langit-langit dengan tangan nya.
“Hmp, jangan salahkan kamar ini, tubuh mu saja yang gede...”
“Aku tidak gede, aku hanya bugar, tidak seperti mu,” kata Tora sambil mengambil buku tebal di sana. “Kau juga membaca buku? Pengetahuan?” dia membaca judul buku itu.
“Ck, kau tadi bilang apa?! Maksudmu aku tidak sehat juga? Hanya karena aku ramping?”
“Aku tidak berpikir kau tidak sehat, justru kau ideal, dada besar, pinggang ramping, perut kecil--
“Hei, berhentilah!” Leandra langsung menyela.
“Baiklah... Bisa jawab pertanyaan ku tadi? Kau suka membaca buku pengetahuan?” Tora memberikan buku tebal itu.
“Yah, memang nya kenapa?!”
“Kau pasti bersekolah tinggi, tapi yang kulihat, di distrik ini, memangnya ada sekolah tinggi,” dia menggunakan nada bercandanya membuat Leandra benar-benar kesal.
“Kamu, menyebalkan! Aku tidak berasal dari distrik ini, dan lihat saja, suatu hari nanti, aku akan pergi!” dia menatap seperti mengamuk.
“Baiklah terserah...” Tora terlihat berjalan ke tempat tidur, lalu dia melihat gelas berisi air itu dan mengambilnya, siapa sangka dia langsung meminum nya dan terbaring di tempat tidur Leandra dengan posisi kaki yang tidak masuk ke ranjang.
“Hah?! Apa yang kamu lakukan!” Leandra terkejut melihat nya terbaring di ranjang nya.
“Aku haus...” balas Tora.
Leandra masih sangat kesal, tapi di sini, dia belum menyadari bahwa Tora minum air di gelas yang ia siapkan tadi.