NovelToon NovelToon
ISTRI DADAKAN MAS SANTRI

ISTRI DADAKAN MAS SANTRI

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikahmuda / Poligami / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Pernikahan rahasia
Popularitas:705
Nilai: 5
Nama Author: Miss Flou

Arshaka Beyazid Aksara, pemuda taat agama yang harus merelakan hatinya melepas Ning Nadheera Adzillatul Ilma, cinta pertamanya, calon istrinya, putri pimpinan pondok pesantren tempat ia menimba ilmu. Mengikhlaskan hati untuk menerima takdir yang digariskan olehNya. Berkali-kali merestock kesabaran yang luar biasa untuk mendidik Sandra, istri nakalnya tersebut yang kerap kali meminta cerai.
Prinsipnya yang berdiri tegak bahwa pernikahan adalah hal yang sakral, sekeras Sandra meminta cerai, sekeras dia mempertahankan pernikahannya.
Namun bagaimana jika Sandra sengaja menyeleweng dengan lelaki lain hanya untuk bercerai dengan Arshaka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Flou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TAKDIR CINTA

“Kunyah dan telan!” perintah Arshaka terdengar tidak ingin dibantah.

Sandra lantas mendudukkan tubuh sambil mulutnya mengunyah kue cokelat yang baru saja Arshaka masukkan ke dalam mulutnya secara paksa. Sementara tangannya langsung menyambar segelas air. Ia tenggak buru-buru hingga tandas.

“Penganiayaan kamu!” desah Sandra memegangi tenggorokannya yang sedikit sakit.

“Maka berhenti bicara yang tidak-tidak! Saya tidak akan pernah menceraikanmu!”

“Ya dan kalo kamu mau, kamu nikah lagi, begitu? Aku dimadu? Dih sok ganteng banget kamu.”

Sandra melipat kedua tangan di depan dada. Matanya dengan berani menatap sinis Arshaka. Rasa takutnya mulai memudar, sakit hati membuat keberaniannya perlahan naik ke permukaan.

“Jika saya bisa adil kenapa tidak? Lagi pun saya bilang kalau saya punya satu keharusan yang membuat saya menikah lagi, maka pendapat dan keputusanmu yang akan saya utamakan lebih dulu,” tutur Arshaka dengan tenang.

Sandra berdecih. “Gayanya sok adil. Lampu tidur nggak sengaja aku pecahin aja dibentak-bentak.”

“Kamu tidak tahu apa-apa dengan benda itu. Saya nyaris meregang nyawa setelah memilikinya.”

Arshaka membuang napas panjang ketika teringat momen lebih kurang lima tahun lalu di As-Shobirin yang menimpa dirinya. Benar adanya jika dampak fitnah itu sangat luar biasa, Arshaka merasakan itu.

“Nggak peduli. Bukan urusan aku!” balas Sandra cuek lalu kembali menarik selimut dan meringkuk memeluk guling—memunggungi suaminya.

“Saya matikan lampunya ya?”

Tak sampai satu detik setelah Arshaka bertanya, Sandra memutar tubuh menghadap pemuda tersebut. “Jangan! Aku nggak bisa tidur kalo gelap!”

“Sunah mematikan lampu saat tidur. Sedikit cahaya bisa membuat mata kita langsung aktif dan itu tidak baik untuk kesehatan,” terang Arshaka memberi pengetahuan baru pada sang istri.

“Masa iya?”

“Hm.”

“Tetep nggak. Aku nggak bisa tidur kalo gak ada lampu!” tolaknya kukuh.

“Baiklah.”

Dengan begitu, Arshaka melangkah dengan gontai. Sampai ketika pintu tertutup, tubuhnya membeku di depan kamar dengan pikiran yang terpecah belah. Ia merasakan hawa panas di matanya, disusul dengan gejolak aneh di perut—rasanya ingin muntah karena melawan pemberontakan hatinya untuk menerima Sandra.

Namun, Arshaka tidak ingin terperdaya dengan kesenangan duniawi—mengutamakan ego hingga melupakan hak dan kewajiban yang harus ia tunaikan pada gadis yang sudah dia nikahi, walau dengan keterpaksaan, dan tidak menyertakan cinta di dalamnya.

Seiring dengan kedekatan mereka, cinta itu pasti akan tumbuh, merangkak naik ke permukaan, dan diterpa angin yang datang untuk menguji kekuatannya. Akan tetapi, bagian yang terpenting adalah memastikan bagaimana kisah pohon cinta itu akan berakhir. Apakah ia akan mati saat masih dalam proses tumbuh, terhempas oleh campur tangan manusia lain? Atau, apakah ia akan berhasil melawan badai yang dahsyat dan akarnya semakin dalam menghujam bumi?

“Cukuplah Allah sebagai saksi atas sakitmu. Resiko mencintai dari segala yang hidup adalah kehilangan dan merelakan. Ikhlas dan sabar memang berat, tapi buahnya sangatlah manis. Jangan berpaling, Arshaka.”

Ia bermonolog rendah seraya mengusap gelang kokka di tangannya. Gelang yang tak kalah berarti dengan lampu tidur yang kini harus ia asingkan di gudang untuk selamanya.

Berusaha mengikhlaskan diri menerima tanggung jawab yang ia pikul secara tiba-tiba. Ikhlas memutar haluan doa dari yang ‘Buatlah sujudku ini mampu merayu takdirMu. Sungguh, ciptaanMu yang satu itu membuatku begitu terkagum.’ Menjadi ‘Cukupkan hatiku atas kehadiran istriku agar aku tidak terlena oleh kesenangan dunia dan kufur atas nikmat yang Engkau berikan.’

Allah Yang Maha Mengetahui bahwa ia sedang mengumpulkan kepingan-kepingan hatinya yang hancur lebur tatkala kata sah itu terucap bersamaan dengan tercerai berainya doa yang ia panjatkan untuk dia yang menjadi pujaan hatinya. Ada semoga yang berharap tersemogakan agar kelak tidak ada tangis air mata kesedihan melingkupi mereka.

Arshaka melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Sandra yang sudah memejamkan mata. “Sudah tidur?” tanyanya memastikan. “Sandra?”

Merasa bahwa Sandra sudah terlelap dengan nyenyak, Arshaka meletakkan lampu tidur di atas nakas tanpa menyalakannya. Kemudianmeraih remote untuk mematikan lampu kamar. Hingga saat ini di kamar tersebut hanya tersisa setitik cahaya dari penerangan kecil di mihrab yang berada tepat di belakang punggung Sandra.

“Ya Allah, jika Engkau telah takdirkan dia menjadi tulang rusukku, maka lembutkanlah hatinya untuk menerima bimbinganku. Jangan biarkan hamba berjalan sendiri dalam mencari ridho-Mu. Berikan hamba kesabaran dan keikhlasan untuk menjalankan amanah ini.”

Doa itu teruntai lirih saat Arshaka merapikan selimut tebal yang menutupi tubuh Sandra sebelum akhirnya ia berjalan menuju kamar mandi untuk bersuci dan melakukan salat malam lebih dulu seperti biasanya.

Bergulir malam menjadi pagi, kokok ayam terdengar, adzan berkumandang dari berbagai penjuru. Berdiri khusyuk di belakang Arshaka, kali kedua Sandra menjadi makmum sholat shubuh suaminya tersebut. Sebenarnya ia malas untuk bangun, kantuk melanda, tetapi Arshaka memaksanya untuk terjaga sejak pukul empat.

“Aku mau tidur lagi ah, ngantuk! Jangan ganggu!” Sandra menutupi tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan selimut setelah jamaah dengan suaminya tersebut.

“Bangun, Sandra. Tidak baik tidur habis shubuh!” ucap Arshaka menarik selimut tersebut hingga tersingkap dan tampak lah punggung Sandra.

Sandra berdecak seraya menendang udara. “Ck. Diem deh! Ngantuk tau.” Ia tarik lagi kain tebal nan panjang tersebut.

“Patuhlah! Saya bicara untuk kesehatan jantungmu!”

“Apa sih? Lebay banget deh, orang aku sehat kok!”

“Sandra—”

“Ck, diem, Kak. Aku nggak suka diatur-atur! Nggak usah sok jadi suami yang baik, kita nikah juga karena kepaksa. Formalitas aja depan orang tua biar mereka seneng, sisanya masing-masing!” Lalu Sandra mengeratkan selimut dan benar-benar mengabaikan titah Arshaka.

Arshaka menarik napas dalam dengan mata terpejam dan mengembuskan pelan. Dia butuh teman seumur hidup untuk selalu istiqomah berada di jalan mencari ridhoNya. Jika yang menjadi istrinya seperti ini, apakah dia akan berjalan sendirian sampai bila Tuhan memanggilnya? Bukan mudah mendidik perempuan dengan sifat seperti Sandra yang pemberontak dan pemberani juga badung.

Siang hari ia tandang menemui sang kakek, sedikit banyaknya Beliau berpengalaman mendidik perempuan seperti Sandra. “Bagaimana caranya, Kakek?” Ia menilik wajah pria senja di depannya.

Carel Aksara menatap lekat cucunya dengan sinar mata yang memperlihatkan bahwa ia telah malang melintang menjalani hidup yang penuh pahit dan asam. Tipis Carel mengulas senyum dari bibirnya yang sudah keriput.

“Ketulusan dan do’a, Nak. Tidak ada yang mampu mengalahkan dahsyatnya do’a serta ketulusan. Mintalah padaNya dengan segala kerendahan dan ketidak berdayaanmu, lalu bersabar. Itu saja.”

Menghela napas berat, Arshaka mengusap wajah pelan. Tidak akan semudah itu. “Kakek mudah meluluhkan mendiang nenek sebab kalian saling mencintai. Berbeda denganku,” ucapnya pelan.

“Jangan bicara takdir kalau belum terjadi, Cucuku. Bukankah kamu yang pernah menyampaikan pesan ini ‘Andai kamu mengetahui tujuan rencana Allah di balik takdir-takdirNya, maka kamu tidak akan pernah berhenti tersenyum’?”

“Maaf, aku salah.” Dia menundukkan kepala. Lalu tiba-tiba di hatinya terbesit rindu pada dia yang tercinta dan spontan do’a untuknya melangit begitu saja.

Carel Aksara mengangkat cangkir tehnya perlahan, meniup permukaannya sedikit sebelum menyesap. Suasana teras rumah itu tenang, hanya suara dedaunan yang bergesekan.

“Kamu tahu kenapa orang membentengi diri?” Carel tersenyum tipis.

“Takut disakiti.”

“Benar.” Carel teduh, tetapi tajam yang menjadi ciri khasnya itu menatap lurus ke depan. “Perempuan seperti Sandra, mereka lebih cepat menyerang daripada ditinggalkan. Itu bukan keberanian. Itu ketakutan yang terlalu lama tinggal di dalam dada. Tapi kamu tidak bisa perlu menembusnya, Nak.”

Arshaka menoleh, bingung.

“Dinding itu akan runtuh sendiri ketika ia lelah. Yang kamu lakukan adalah tetap berada di depan dinding itu. Tidak pergi, apalagi menghilang. Berdiri saja di sana sembari melindunginya agar tidak roboh. Pemimpin bukan tentang keras kepala atau suara yang keras. Pemimpin adalah orang yang paling panjang napasnya saat orang lain mulai kehabisan.”

“Jika kamu ingin Sandra kembali jadi perempuan yang lembut,” ujar Carel, “kamu harus menjadi lelaki yang tidak goyah.”

“Bagaimana kalau aku gagal?” suara Arshaka terdengar rendah, hampir pecah.

“Kerasnya batu bisa dilebur oleh tetesan air yang sejuk. Begitu pula kerasnya hati yang terbuat dari segumpal darah, bisa melebur karena siraman cinta yang begitu tulus dan ikhlas.” Carel menepuk bahu cucunya sekali. Pelan, tapi mantap.

“Belajar dan berdo’a tanpa putus. Karena rumah tangga tidak pernah selesai dipelajari, Cucuku.”

1
Marlina Selian
haha lucu banget
Marlina Selian
lanjut thoor tetap semagat 🥰🥰🥰🥰
Marlina Selian
ikutan hayut dalam cerita ya hati ku teriris jugak
윤기 :3
Gila aja nih cerita, bikin gue baper dan seneng banget!
Miss Flou: Hallo, terima kasih sudah mampir, Kak. Semoga betah ya di sini sampe ending🥰
total 1 replies
Miss Flou
Annyeong, selamat datang😍
Ini novel pertama saya, semoga kalian suka ya. Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar, Sayangku🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!