NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Ketiga Juragan

Menjadi Istri Ketiga Juragan

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:6.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Henny

ini memang cerita poligami namun bukan cerita istri yang tertindas karena menjadi yang ketiga. Melainkan kisah gadis tomboy yang cerdas, pintar dan membuat dia survive dalam kehidupannya.

Naura Kiana tak pernah menduga kalau kehidupan akan membawanya pada sesuatu yang tak ia sukai. Setelah kakeknya bangkrut dan sakit-sakitan, Naura diminta untuk menikah dengan seorang pria yang sama sekali tak dikenalnya. Bukan hanya itu saja, Naura bahkan menjadi istri ketiga dari pria itu. Naura sudah membayangkan bahwa pria itu adalah seorang tua bangka mesum yang tidak pernah puas dengan dua istrinya.
Naura ingin melarikan diri, apalagi saat tahu kalau ia akan tinggal di desa setelah menikah. Bagaimana Naura menjalani pernikahannya? Apalagi dengan kedua istri suaminya yang ingin selalu menyingkirkannya? Bagaimana perasaan Naura ketika pria yang sejak dulu disukainya akhirnya menyatakan cinta padanya justru disaat ia sudah menikah?
Ini kisah poligami yang lucu dan jauh dari kesan istri tertindas yang lemah. Yuk nyimak!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ketahuan Bohong

Ada beberapa yang komentar, kok visual Naura kurang cantik, terlalu sederhana....

Naura itu kan gambaran cewek tomboy yang nggak suka dandan. Namun justru kesederhanaan nya itu yang membuat ia disukai banyak pria.

Karena terkadang, bukan kecantikan yang menarik hati para pria tampan. Tapi kesederhanaan.

************

Tubuh Naura terasa sangat ringan saat digendong oleh Wisnu. Ia ingin segera sampai di atas dan mengantar Naura ke rumah sakit terdekat.

Naura menatap wajah khawatir Wisnu. Ia dapat menghirup wangi tubuh pria itu yang seketika membuat Naura merasa tenang dan damai. Sial, minyak wangi apa yang digunakan oleh pria ini?

"Gading...., cepat nyalakan mobil!" teriak Wisnu.

Gading yang sementara membersihkan mobil segera membuka pintu bagi sang tuan dan nyonya yang ada dalam gendongannya. Begitu mereka masuk, ia segera memutar langkahnya menuju ke belakang stir dan menjalankan mobil dengan sedikit cepat karena melihat kepanikan yang ada di wajah sang juragan.

"Kamu nggak merasa sakit?" tanya Wisnu tanpa melepaskan Naura dari gendongannya. Ia membiarkan Naura duduk di pangkuannya sambil tangannya menggenggam tangan Naura dengan erat

Naura diam.

"Kita kemana, tuan?" tanya Gading

"Rumah sakit atau dokter atau apalah. Naura sepertinya keguguran." ujar Wisnu panik.

"Ra, bicara sesuatu, jangan diam seperti ini." Wisnu mengusap lengan Naura.

Agak lama Naura diam sampai akhirnya....

"Hentikan!" Ujar Naura lalu turun dari pangkuan Wisnu dan duduk di paling sudut jok mobil.

Gading menghentikan mobilnya mendadak membuat Wisnu sedikit berdecak kesal.

"Gading, kenapa berhenti? Naura harus cepat di bawa ke rumah sakit. Dia sudah pendarahan!"

Gading akan menjalankan lagi mobilnya namun Naura terlanjur membuka pintu yang ada di sampingnya.

"Eh....nyonya....!" Gading panik dan memutar kunci kontak mobil ke arah off.

"Naura ...!" Wisnu menahan tangan Naura yang hendak turun dari atas mobil. Ia ketakutan karena Naura bisa saja celaka.

"Kita nggak perlu pergi ke rumah sakit, juragan!" ujar Naura sambil menaikan kaki satunya yang sudah berada di luar mobil.

"Tapi kamu...."

"Aku tidak hamil!" sela Naura cepat. Ia menarik tangannya dari genggaman Wisnu.

"Apa?" Wisnu terkejut.

Gading tanpa diperintahkan langsung turun dari mobil. Ia tahu kalau tuannya butuh privasi dengan nyonya mudanya ini.

"Aku tidak hamil! Ini hanya datang bulan biasa." Tegas Naura tanpa berani menatap Wisnu. Dari bunyi napasnya saja Naura sudah dapat menebak bagaimana pria itu berusaha menahan emosinya.

"Kenapa kamu berbohong?" tanya Wisnu pelan sambil menahan gejolak emosinya yang hampir meledak. Ia paling benci dengan seorang pembohong.

Naura menatap Wisnu. Ia dapat melihat kilat emosi di manik hitam itu. Namun ia suka jika Wisnu akhirnya marah padanya sehingga ia hendak menambah amarah dari pria ini.

"Karena aku tak mau kau sentuh. Kau bukan pria idamanku, bukan pria yang kuinginkan untuk menghangatkan ranjang ku."

Wisnu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Ia bersedekap sambil menatap jauh ke depan. "Bukankah kau terbiasa melakukan one night stand? Jadi, bercinta denganku bukanlah sebuah masalah. Halal dan dijamin bersih. Tak seperti mereka yang selama ini menidurimu."

Naura merasa sangat terhina dengan kalimat Wisnu. Namun dia ingin agar Wisnu tetap berpikir kalau dia memang adalah gadis liar.

"Aku tidur dengan mereka dengan menggunakan pengaman. Aku juga sangat pemilih untuk bisa menentukan siapa yang bisa tidur denganku. Yang pasti dia harus tampan, kaya, dan tentu saja sangat hot di ranjang. Kalau denganmu, aku justru meragukan kemampuan mu memuaskan ku, Juragan!"

Wisnu tertawa. Cukup keras. Ia lalu mendekat ke arah Naura membuat istrinya itu tak mampu bergerak. Jari jempol Wisnu membelai bibir bawa Naura. "Kita akan lihat nanti, apakah kamu puas denganku atau tidak. Aku akan sabar menunggu sampai tamu bulanan mu selesai." Dan tanpa di duga, ia mengecup bibir Naura singkat. "Jangan pikir kalau kau akan lolos dariku, sayang. Sikap pemberontak mu ini justru membuatku merasa bergairah padamu."

Naura merasakan seluruh tubuhnya bergetar. Itu adalah ciuman pertamanya. Walaupun singkat namun membuat seluruh bulu kuduknya berdiri. Dasar mesum, dia mendapatkan ciuman pertamaku.

Naura menyeka bibirnya dengan punggung tangannya. Ia tersenyum tipis. "Tanpa tidur denganmu pun aku sudah tahu kalau juragan adalah lelaki yang payah."

Wisnu menaikan sebelah alisnya. "Kalau begitu mari kita buktikan sekarang!" Tanpa di duga ia mendorong tubuh Naura dan langsung menciumnya secara keras dan menuntut. Saat Naura berusaha menutup mulutnya, tangan Wisnu meremas rahang Naura dan membuat gadis itu membuka mulutnya.

Hampir saja Naura terbuai dengan ciuman memabukkan itu. Seluruh tubuhnya menjadi lemas. Ia bahkan hampir menyerah kalah sampai akhirnya dengan kekuatan yang ia punya, tangannya mendorong dada suaminya dengan sangat keras membuat Wisnu terlempar ke belakang dan kepalanya membentur kaca jendela mobil.

"Naura....!" pekik Wisnu marah sambil memegang bagian kepalanya yang sakit.

"Juragan, maafkan aku. Namun juragan sudah mengambil keuntungan yang seharusnya tidak juragan dapatkan."

"Mengambil keuntungan? Bukankah kamu adalah istriku?"

"Di atas kertas, iya. Namun tidak dalam kenyataan yang sebenarnya." Kata Naura. Ia kemudian membuka jendela mobil membuat Wisnu yang akan bicara terpaksa berhenti.

"Mas Gading, tolong cari warung atau toko karena aku harus membeli pembalut."

Gading mendekat. "Kita hampir ada di perbatasan desa. Tak jauh dari sini ada minimarket."

"Ya sudah. Naiklah dan antar aku ke sana!"

Gading masih menatap Wisnu. Saat melihat tuannya itu mengangguk, Gading pun langsung masuk ke dalam mobil dan menjalankan lagi mobilnya menuju ke tempat yang dimaksud.

"Ini tempatnya, nyonya."

Naura akan turun namun ia mengurungkan niatnya. "Aku nggak bawa uang untuk membeli pembalut. Lagi pula aku nggak bisa turun dengan pakaian yang sudah ada bekas darahnya."

Wisnu tanpa bicara akhirnya membuka pintu yang ada di sampingnya dan segera turun dan melangkah menuju ke dalam minimarket itu.

Gading menatap punggung tuannya yang menghilang dibalik pintu masuk. Sejak kapan sang tuan mau bersusah payah membeli pembalut? Bukankah itu sesuatu yang tak biasa? Gading masih ingat kalau beberapa waktu yang lalu, dalam perjalanan menuju ke kota juga, nyonya Indira mengeluh karena ia mendapatkan tamu bulanannya. Mereka juga berhenti di sebuah minimarket. Namun Wisnu tak mau turun dengan alasan ia tak tahu harus membeli yang mana. Lalu kenapa ini tuan Wisnu sendiri yang turun? Apakah Karena Naura begitu istimewa?

Wisnu akhirnya keluar sambil membawa satu kantong plastik berwarna putih.

"Ini untukmu!' Katanya sambil menyodorkannya pada Naura ketika sudah berada di dalam mobil.

Naura membukanya dan tersenyum. "Kau hebat juga, juragan. Tahu membeli membeli pembalut. Aku tak heran, karena istrimu sudah tiga. Pastilah kau sangat familiar dengan barang ini." Kata Naura sambil cekikikan.

Wisnu tak menanggapi apa yang Naura katakan. Sedangkan Gading hanya mampu menatap nyonya muda nya itu dari balik kaca spion sambil menggelengkan kepalanya karena ia tahu ini yang pertama bagi tuannya untuk membeli pembalut walaupun sudah lama menikah.

"Jalan, Gading!" perintah Wisnu.

"Baik, tuan."

Saat mereka tiba di rumah kembali, Naura langsung turun dan berlari ke dalam rumah tanpa mengucapkan apapun. Ia segera ke kamar dan langsung masuk ke kamar mandi.

Sedangkan Wisnu menuju ke ruang kerja yang ada di lantai satu. Ia ingin memeriksa laporan dari pabrik. Ponselnya tiba-tiba saja berbunyi. Ada nama Regina di sana.

"Hallo.....!" sapa Wisnu.

"Assalamualaikum, mas."

"Waalaikumsalam!"

"Mas, mulai Senin kan Lisa sudah libur sekolah, aku mau mengajaknya ke desa boleh, nggak? Indira juga ingin ke sana karena kita kan sudah lama nggak ke sana."

Wisnu tertegun. Datang ke sini? Biasanya juga Regina dan Indira tidak suka bila datang ke desa.

"Mas...., boleh kan?" tanya Regina saat Wisnu tak kunjung menjawab.

"Bagaimana dengan pekerjaan mu?"

"Di klinik ku sudah ada ketambahan satu dokter kulit lagi. Jadi aku bisa ambil cuti beberapa hari."

"Ok."

"Makasi ya, mas." Suara Regina terdengar sangat senang.

Wisnu pun mengahiri panggilan teleponnya dan segera meletakan kembali gawai nya itu di atas meja. Ia kemudian memanggil Gilang.

"4 hari lagi, Regina dan Indira akan datang ke sini. Jadi katakan pada pelayan untuk menyiapkan kamar mereka di lantai satu. Lisa akan libur sekolah dan Regina akan membawanya ke sini."

Gading mengerutkan dahinya. Aneh! Biasanya juga kalau liburan kedua nyonya itu inginnya keluar negeri. Dan Wisnu walaupun tak suka akan tetap mendampingi kedua istrinya itu liburan.

"Baik, tuan. Apakah ada sopir yang akan mengantar mereka?"

"Regina dan Indira pasti akan datang dengan mobil mereka masing-masing. Oh ya, dimana Naura?"

"Tadi saat aku ke sini, nyonya sementara memasak di dapur."

Wisnu segera bangkit dari kursinya dan keluar kamar. Ia begitu penasaran dengan apa yang dikerjakan oleh istrinya itu di dapur.

Di lihatnya kalau Naura sedang memasak.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Wisnu.

"Juragan nggak punya mata ya? Aku memasak."

"Aku tahu. Tapi bukankah kau bilang bahwa kau tidak bisa masak?"

"Memang tidak bisa. Aku hanya membuat masakan untuk diriku sendiri."

Wisnu menatap sup ikan yang baru saja diangkat oleh Naura. Ada juga ikan goreng sambal balado yang baunya sangat enak.

"Di mana bi Aisya, Mona dan pelayan lainnya? Mengapa mereka tak membantumu di dapur?"

"Aku tak suka di bantu saat membuat makanan." Kata Naura lalu mulai mengambil nasi dari dalam magicom.

"Ambilkan aku juga. Aku mau makan!"

"Bukankah sekarang belum jam makan malam?"

"Aku lapar."

Naura mengambil satu piring lagi dan menuangkan nasi ke dalamnya. Ia lalu meletakkannya di hadapan Wisnu.

Ia sendiri mengambil tempat di depan Wisnu dan mulai menikmati makanannya.

Saat Wisnu mulai memasukan makanan ke mulutnya, ia sedikit terbelalak. Sup ikan yang Naura buat sangat enak. Bumbu nya pas dan ikannya gurih. Di masak dengan baik. Begitu juga dengan ikan goreng yang dibalut sambal balado. Rasanya juga sangat enak.

Naura yang sedang menikmati makanannya melihat perubahan ekspresi di wajah Wisnu.

"Mungkin makanannya tak seenak buatan mba Regina atau mba Indira." ujar Naura datar.

"Lebih enak."

"Apa?"

"Masakan mu lebih enak." ujar Wisnu sambil terus menikmati makanannya.

Naura menatap Wisnu tak percaya. "Bad liar."

Wisnu mengangkat wajahnya dan menatap Naura yang duduk di hadapannya. "Kakek mu pernah mengatakan, kelemahan mu adalah selalu keluar malam dan menghabiskan waktu untuk menari di sana. Namun kelebihan mu adalah memasak. Dan itu terbukti."

"Kapan kakek bicara denganmu?"

"Tadi pagi sebelum kita datang ke tempat ini."

"Kenapa tak mengatakan padaku? Aku kangen bicara dengannya."

"Kakek yang belum mau bicara denganmu."

"Kenapa?"

"Entahlah."

Wajah Naura terlihat sedih. Ada apa sampai kakek tak ingin bicara denganku?

1
Yora Fitriani86
aku suka ceritanya Thor/Kiss/
Ayu Ronggo
jangan dah kalau bisa😭
Eny Hidayati
Naura cukup bandel ... bisa-bisa Regina dan Indira puding tujuh keliling menghadapinya ... wkwkwk ...
Eny Hidayati
Naura seperti melampiaskan kekesalannya juga kemarahannya pada Wisnu ... itu rejekimu Nu... 🤭🤭🤭🤭🤭
Eny Hidayati
Naura ... he he he ... kibul yang cerdas ...
Eny Hidayati
perjanjian kerja ... perjanjian nikah ...
Eny Hidayati
menyimak cerita poligami yang lain dari yang lain ... semangat membaca !
Enny Olivia: terima kasih sudah mampir
total 1 replies
Rizky Sandy
Wisnu macam juragan yg berperut buncit,,,,
Irawati
semakin suka aja sama alur ceritanya ❤🙏
WJ
q mah ogah jadi kek naura masak bekas regina sm indira...geli😂
Rismawati Damhoeri
aku juga nggak punya ide thor...udah lama nggak pacaran soalnya/Drool//Drool/
Rismawati Damhoeri
tak apalah, namanya juga anak muda, jahil2 dikit wajarlah...
Rismawati Damhoeri
kan ada lakinya...
Sri Utami
menaruk
Bunda
nyimak🙏🏻
Dewa Rana
juragan kayak Abg 🤣🤣🤣
Dewa Rana
muai Thai Thor bukan muangthai
Dewa Rana
mudah2an selingkuhnya Regina segera ketauan
Dewa Rana
hamil tuh
Dewa Rana
lingerie Thor, bukan lingre 😂
Enny Olivia: he...he....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!